[Tennouji] ....sekitar pukul 4 sore.
"Ah~ aku melewatkan satu distrik yang harusnya distrik itu menjadi distrik tujuanku," dia menyesali kecerobohannya padahal tadi sempat yakin setelah keluar dari perpustakaan umum di stasiun kereta di Yodogawa dia akan tiba di tempat tujuannya, Abeno.
Tapi, begitu dirinya melihat-lihat daerah sekitar stasiun JR Tennouji ini, "Tampaknya tidak buruk juga ...." pikirnya sambil berjalan di trotoar dan melihat kastil megah yang menjulang di sana.
Walaupun dia ingin mencoba mengunjungi beberapa tempat di Tennouji tapi, dia masih bersikeras ke Abeno karena dia sudah memantapkan dirinya untuk menemukan penginapan di sana. Yoshimura memejamkan mata sejenak begitu setelah melihat senja dari belakang kuil, dia membuka matanya kembali dan berbalik memutuskan pergi ke kota sebelah dengan naik bus. Dia sengaja berjalan ke pemberhentian bus terdekat, kemungkinan itu adalah bus yang masih mengantarkan anak-anak saat pulang sekolah, pikirnya.
Di jalan sekitar ini banyak orang berjualan dengan senyum ramah dan harga murah. Ya! Mungkin inilah sisi menariknya Osaka. Yoshimura jadi tidak sabar ingin menjalani hidup dengan menetap di sini karena harga yang murah-murah dibandingkan dengan Tokyo.
Tak terasa beberapa menit kemudian saat berjalan dengan melihat-lihat pemandangan sekitar, kakinya yang melangkah itu sudah sampai di terminal pemberhentian bus. Kali ini sebelum masuk, dia melihat dengan sungguh-sungguh rute perjalanannya terlebih dahulu supaya tidak salah naik lagi.
Begitu dia sudah sampai di kota sebelah, tepatnya di Hannanchou - Abeno, dia mencoba menyewa apartemen murah seperti yang tertera di peta yang dia cari di perpustakaan umum di Yodogawa tadi. Dia berusaha mencari lokasinya sambil bertanya-tanya pada orang-orang di daerah sekitar. Konon katanya di dekat SMA Abeno ada seorang pengusaha yang membuka kedai Takoyaki, dan dia mengontrakkan beberapa rumahya di Hannanchou blok 3 dengan harga murah.
Dia terus mencarinya hingga lelah.
Tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang tampak seperti bapak-bapak mendekatinya, dia berkata pada Yoshimura dengan senyum riangnya, "Jika anak muda bersedia, aku akan mengantarkanmu ke pemilik kedai itu ...." Orang itu kebetulan bisa bicara dengan logat Tokyo, dan hal itu membuat Yoshimura tidak sungkan untuk bertanya pada orang sekitarnya. Tadinya dia khawatir karena tidak bisa berbicara menggunakan logat Osaka dengan lancar dan dia hanya mendengarnya sekilas.
Karena dia berpikir ini adalah kesempatan yang tepat, dia tidak akan menyia-nyiakannya.
"Terima kasih banyak atas bantuanmu." Tidak lupa dia berterima kasih pada orang yang menolongnya untuk pertama kalinya di Osaka hingga dia menunjukkan jalan yang benar. Walau cukup melelahkan untuk berjalan, setidaknya Yoshimura bias hidup normal di Osaka nanti.
Impiannya pasti segera terwujud ....
Tapi, dia tidak bisa mempercayai orang begitu saja, bisa jadi keramah-tamahan seseorang itu hanya pada awalnya saja. Mereka berjalan sambil berbincang-bincang.
"Nah sebentar lagi di dekat SMA akan terlihat kedai Takoyaki." Ucapnya sambil menunjukkan arahnya, "Pemilik kedai itu adalah pemilik apartemen di sekitar sini."
"Oh, saya mengerti ...." Yoshimura menjawabnya dengan pelan.
"Ngomong-ngomong berapa umurmu, nak? Kamu terlihat sangat muda saat bepergian sendirian." Kata laki-laki bertampang bapak-bapak itu yang bertanya pada Yoshimura untuk memastikannya.
"Sebenarnya aku sudah kehilangan orang tuaku dan menjadi sebatang kara. Lalu aku mencari beberapa tempat untuk mengasingkan diri dari situasi itu, aku tidak mendapatkan hidup yang baik di Tokyo dan oleh sebab itu, aku kabur dari rumah." Yoshimura menjelaskannya dengan wajah serius. Sang laki-laki itu pun mempercayainya dan dia bersimpati dengan kisah hidupnya Yoshimura yang menyedihkan.
Yoshimura juga tahu saat melihat ekspresi iba laki-laki itu setelah mendengar alasannya kemari. Kemudian dia memberikan sebuah kartu nama miliknya, ternyata dia adalah seorang direktur perusahaan, dan dia juga bilang kalau Yoshimura kesulitan, Yoshimura dapat menghubunginya kapan saja.
"Takizoe Matsuda?" itu adalah nama bapak-bapak yang menolong Yoshimura.
"Ya, benar itu nama asliku dan saat ini aku tinggal di Bandai tapi, aku sedang cuti bekerja dan pulang ke Hannanchou." Dia menjelaskannya dengan ekspresi meyakinkan.
Sungguh orang yang ramah, Yoshimura akhirnya memperkenalkan namanya pada sang bapak-bapak itu. "Nama saya Yoshimura, dari Tokyo." Hanya seperti itu doang.
"Oh ya, 16 Tahun," Yoshimura menjawabnya dengan cepat karena dia sempat lupa untuk menjawabnya tadi.
"Wah~ kalau begitu umurmu masih seumuran dengan anakku. Saat ini dia bersekolah di SMA Abeno. Kalau kamu berencana melanjutkan pendidikanmu di sini lebih baik kamu bersekolah di SMA Abeno saja." Dia menjelaskannya sambil menyarankan tempat sekolah yang baik dan suatu saat dia berharap kalau anak laki-laki yang ditolongnya ini dapat berteman baik dengan anaknya.
Yoshimura ingin menanyakan banyak hal dan dia menjadi penasaran siapa anak pak Toushiro itu. Tapi, begitu beberapa langkah saja berjalan, mereka berdua sudah sampai di depan kedai Takoyaki.
"Kita sampai," ucap pak Takizoe dengan yakin sambil menengadah melihat nama yang tertera di atas tokonya.
*Kedai Takoyaki Meiro*
'Nama yang unik,' pikir Yoshimura sambil mengikuti pak Toushiro masuk ke kedai tersebut. Kedua orang yang ada di kasir menyambutnya dibantu dengan pelayan yang membawa mereka berdua masuk.
Begitu pak Takizoe sudah memperkenalkan Yoshimura pada sang pemilik kedai, dia segera meninggalkannya sambil menepuk pundaknya Yoshimura dan tersenyum tipis. Dia menyuruh Yoshimura untuk memberanikan sendiri berbicara pada mereka, pak Takizoe sendiri sudah bilang kalau anak laki-laki ini berasal dari Tokyo.
Tak lupa Yoshimura mengucapkan terima kasih banyak pada pak Takizoe yang ternyata merupakan orang yang paling penting dalam suatu perusahaan yang baik. Dia sangat bersyukur bertemu dengannya, dan suatu saat dia ingin membalas kebaikannya.
Sang pemilik kedai pun segera mengajaknya di ruang tamu, yaitu ruangan nyaman di dalam rumahnya. Tentu saja, dia adalah orang yang memiliki apartemen di Hannanchou juga.
"Permisi ...." Begitu Yoshimura hendak mengatakan sesuatu yang menjadi kepentingannya, dia menjadi gugup. Dia takut tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
Istri sang pemilik kedai segera menyuguhkan minuman di depannya, itu adalah teh hijau yang manis. Dia mempersilakan Yoshimura untuk meminumnya terlebih dahulu untuk menenangkannya.
Mereka menyambut tamunya dengan senyum ramahnya. Tapi, masih saja rasa gugup nan canggung ini menghantui Yoshimura.
Begitu dia sudah tenang dari rasa gugupnya, sang pemilik kedai itu memulai dengan memberinya pertanyaan.
"Apa ada yang bisa saya bantu?"
________
Bisakah Yoshimura mengatakannya dengan benar?
To be Continued