Chapter 9 - Orang Baik

Matanya yang sayup perlahan terbuka, awalnya dia hanya bisa melihat langit-langit yang putih saja, sekarang dia benar-benar membuka matanya melihat kedua orang laki-laki yang ada di depannya ini ....

Sementara seorang perempuan di depannya sana dengan jarak yang agak jauh hanya tersenyum lembut padanya.

Dalam hati Yoshimura 'Pemandangan yang terasa asing ....' Namun, bukan pemandangan dari seorang perempuan itu tetapi, ruangan tempatnya berada ini terara asing baginya.

Begitu dia sudah memantapkan posisi duduknya, dia bertanya pada semua orang yang ada di sini, "Di mana aku?"

"Kamu berada di rumah sakit, dan kamu sudah terbaring di sini selama 1 hari." Jelas lelaki yang telah membantu Yoshimura untuk pertama kalinya di Osaka.

Begitu mendengar perkataannya itu, Yoshimura pun mengingat kejadian sebelumnya dan dia mulai membelalakkan matanya karena mengingat hal demikian.

Dia pikir dirinya yang sudah memejamkan matanya itu sudah tidak punya kesempatan untuk hidup lagi.

Tapi, sekarang ... dia terlihat asing dengan tempat yang telah disebutkan lelaki itu.

"Rumah sakit!?" gumamnya, dan wajar saja dia agak terkejut karena selama ini anak keturunan Yakuza itu tidak pernah masuk ke rumah sakit.

Beberapa menit kemudian, dokter tiba dan memeriksa kondisi Yoshimura.

Jawabannya, kondisi Yoshimura sudah membaik karena dia sudah bisa sadar namun masih lemah dan dalam tahap pemulihan dari cederanya, sehingga dia harus di rawat di sini selama 2 hari.

"Yoshimura, kamu harus makan banyak, ya ...." Kata sang pemilik kontrakan itu dengan riangnya menyambut anak baik yang telah mengontrak apartemennya dengan cas ini sudah terbangun. Tentu saja walaupun dia tidak pernah ke rumah sakit namun dia tahu, makanan di rumah sakit itu rasanya hambar. Wajahnya agak cemberut tidak senang begitu mendengar dia harus di rawat selama dua hari di sini, itu artinya dia tidak bebas. Orang-orang yang menjenguk Yoshimura memang belum pernah tahu kalau identitas aslinya adalah keturunan dari orang yang brutal.

Namun, demi menjaga kesopanannya, dia memilih untuk tersenyum tipis walaupun itu agak pahit, "Maaf pak, saya berulah dan membuat sikap saya merepotkan Anda lagi ...." Dia sengaja menjaga sikap baiknya dengan mempertahankan senyuman itu, dan Yoshimura sendiri masih berpikir kalau dirinya selama ini bukanlah orang yang baik.

Sesaat dalam hatinya terdapat pertanyaan yang bergejolak, 'Kenapa dia memandangku dan memperlakukanku seolah-olah aku adalah orang baik? Padahal aku berkelahi di sekolah pun itu tindakan yang tidak baik.'

Selain sungkan, Yoshimura merasa aneh, dan tidak mungkin dia mengutarakan hal terpendam yang menjadi rahasianya selama ini.

Kenyataan bahwa dia belum terbiasa dengan situasi seperti ini.

....

"Ah~ tidak kok," jawab sang pemilik kontrakan itu dengan santainya dengan senyuman yang ramah. "Aku malah bangga pada seseorang yang sudah berani menolong siswa yang telah ditindas, benar-benar seperti pahlawan." Ucapnya dengan bangga sambil berpikir, 'Andai dia anak kami ....' Selain itu dia mendekati Yoshimura dan menepuk pelan pundaknya.

"Um ...." Yoshimura hanya bias bergeming, selain tidak bisa berterus terang dia menundukkan kepalanya karena malu saat dipuji, padahal dia sudah babak belur begini yang ada malah bukan seperti pahlawan namanya. Mana ada seorang pahlawan mati begitu dihajar sekali saja? Yoshimura selain merasa aneh dia merasa kemampuannya kini menjadi tumpul.

Tapi, mengingat pukulan yang diterimanya ....

Pukulan yang melesat ke tubuhnya itu dari seorang pria yang tampak garang tadi, dia merasakan aura kekuatan yang berbeda, tampaknya seperti ada semacam kekuatan khusus yang ada pada diri orang itu.

Yoshimura masih memikirkannya ....

"Yoshimura? Oi, Yoshimura? Yoshimura!?" Toushiro yang merupakan lelaki penolong itu memanggilnya sebanyak tiga kali karena Yoshimura melamun.

"Ah~ maaf tadi Anda bicara apa?" tanya Yoshimura yang tersadar dari melamunkan sesuatu.

"Ah~ tidak kok, aku khawatir kau tiba-tiba murung seperti itu." Jawabnya dengan santai. Dalam hati Toushiro bekata, "Ah~ sepertinya dia sudah baik-baik saja."

"Oh, ya, bagaimana dengan gadis yang tadi itu?" tanya Yoshimura memastikan begitu ingat dia telah menyelamatkan seseorang. Dia berpikir apa gadis itu baik-baik saja?

"Ah~ dia sudah pulang dari rumah sakit." Ucap sang istri pemilik kontrakan yang telah merapikan bunga di vas bunga di meja kecil di bagian pojok dekat jendela. Itu adalah bunga morning glory yang telah gadis itu bawa saat mengunjungi Yoshimura tadi.

Dia mengunjunginya sebelum jam sekolah masuk, "Lebih tepatnya ... dia sekarang memilih untuk bolos sekolah."

"...!" Saat Yoshimura mendengarnya, dia ingin sekali bicara dengan gadis itu, apa dia tidak apa-apa? Mengapa dia yang harusnya ke sekolah dipagi hari malah memilih untuk membolos sekolah?

Yoshimura teringat juga dengan Iori, "Apa hanya gadis itu yang kemari? Bagaimana dengan teman-teman lainnya? Apa adakah seseorang yang menjengukku selain dia?" tanya Yoshimura memastikan dengan ekspresi cemas namun, dia pasti sudah tahu jawabannya kalau tidak ada orang yang akan menjenguknya apalagi dia belum akrab sama sekali dengan orang-orang yang ada di kelasnya.

"Hmmm, sepertinya belum ada." Ucap sang istri pemilik kontrakan itu dengan lembutnya.

Dalam hati Yoshimura yang mengetahui jawaban itu berkata, "Ah~ benar juga! Mana mungkin aku punya teman dan ada yang menjengukku? Hah~ ternyata tinggal di sini pun sama saja. Namun, aku masih sedikit bersyukur karena tidak terikat oleh aturan keluarga."

"Ah~ begitu, ya ...." Ucap Yoshimura membalas perkataan sang istri pemilik kontrakan dengan nada tidak bersemangat.

Kemudian istri sang pemilik kontrakan juga menepuk pelan pundak Yoshimura dan memasang senyum lembutnya supaya Yoshimura tidak terlalu khawatir, "Tenang saja! Pasti nanti mereka yang tahu akan menjengukmu juga, kamu yang telah berkelahi menolong seorang gadis adalah orang yang baik dan mereka tidak akan mengabaikanmu."

Dalam hati Yoshimura yang ragu menerima kata-kata itu berkata, "Mengapa mereka masih menyebutku orang baik?"

________

To be Continued