Seorang pemuda yang baru saja lewat itu adalah seorang anak kandung pemilik kedai, dia adalah mantan preman di sini. Sebenarnya dia tidak menjadi preman dulunya namun, itu karena terseret pergaulan bebas di SMP-nya.
Alasan kenapa dia memilih menjadi seperti itu karena dulunya dia anak yang lemah. Dia memiliki rasa takut yang besar akan dirisak teman-temannya. Lalu, dia mencoba berubah seperti itu karena takut dirisak.
Kedua orang tuanya yang tahu akan lingkungan sekolahnya pun memilih diam, dan dia tidak ingin mencampuri urusan anaknya hingga dewasa.
Namun, akhir-akhir ini dia sudah menginjak fase di mana setelah lulus SMA, dia harus mencari kerja. Di samping dia ingin membuang kebiasaan lamanya, dia ingin pergi dari kampungnya ini.
Namun apa yang ditakutkan dari kedua orang tuanya adalah, sang anak tidak bisa mengurus dirinya saat pergi nanti dan menjadi anak berandalan.
Dia yang ada di sini saja tidak mau berubah lantas bagaimana dengan kehidupannya di sana?
....
Beberapa jam yang lalu ....
Saat itu, dia datang meminta uang untuk pergi.
"Cepatlah!! Aku bosan ada di sini, daripada mengurus kedai kaki lima di sini mending aku hidup bebas dan bersenang-senang di kota dengan teman-temanku."
Sang pemilik kedai sebagai ayahnya menentang pilihannya itu, "Kau anak yang cukup durhaka, lihat kelakuanmu saja belum pantas untuk mencari pekerjaan yang layak, jika kau ingin berubah kau tidak bisa seperti itu."
"Heh, andaikan ayah tidak mengaturku, dan terus menekanku, yang membuat aku tidak bisa meraih hal-hal yang kusenangi ... aku tidak bebas hidup bersama kalian."
"Aku akan pergi dan untuk terakhir kalinya aku akan meminta uang!! Aku janji aku tidak akan meminta apa pun setelah pergi!"
Tentu saja perkataannya yang serius itu membuat kedua orang tuanya semakin tak tega untuk pergi. Orang tuanya sudah tidak akan mengizinkannya jadi mau bagaimana lagi?
Dia memberontak dengan kedua tangannya yang tiba-tiba menapis meja kayu tempat ayahnya duduk dan sempat retak di bagian ujungnya.
"Aku benci orang tuaku!!"
Dia mengatakannya dengan penuh kemarahan.
Akhirnya, mau tak mau sang pemilik kedai mengeluarkan sejumlah uang yang disimpannya di lemari lalu, dia menyodorkan dengan ekspresi tidak puasnya ke anaknya yang bawel ini.
"Itu untukmu! Bawalah. Ingatlah kalau itu adalah uang pemberian orang tuamu yang terakhir dan kau tidak akan pernah mendapatkannya lagi!"
"Hidup itu susah, jadi janganlah bersikap seenaknya sendiri."
Namun, begitu sang ayah mau menyeramahinya dan memberinya nasehat, dia pergi terlebih dahulu dengan memasang ekspresi menakutkannya, dan bersalipan dengan Yoshimura saat keluar kedai itu.
Tapi, dalam hati Yoshimura yang mengetahui hal ini dari cerita sang pemilik kedai, "Sebenarnya ... aku juga seperti itu ... namun, aku tidak berani menentang orang tuaku."
Kini dia pulang dalam suasana kecemasan dan merenungkan diri, apa inikah hidup yang benar?
Dia hanya ingin hidup damai sambil menyembunyikan identitasnya.
Karena dia lahir dari keluarga Yakuza dan dia sendiri tahu kalau itu adalah lingkungan yang bukan tempat seseorang bernaung dan berpijak. Mereka yang tidak kenal Yakuza dengan pasti, akan kehilangan arah.
Mereka akan saling memberontak dan memicu konflik serta perang, Yoshimura tidak ingin menjadi Yakuza yang seperti itu. Bukankah dulunya filosofi di dirikannya organisasi ini adalah berlandaskan untuk melindungi kaum yang tak mampu?
Sama seperti waktu Yoshimura di awal masuk sekolah yang meski beberapa minggu terakhir saja ....
Dirinya tidak merasa tersakiti namun, merasa sudah berubah dan bisa melindungi orang di sekitarnya ....
Siapa nama gadis itu? dia sepertinya gadis rumahan yang patut dilindungi, ini ingatan Yoshimura.
Tapi, dia sudah paham tidak bisa menghapus darah Yakuza yang sudah melekat dalam dirinya.
****
Yoshimura belum sadar juga, meski dia adalah orang asing di kota ini, sang gadis yang ditolongnya itu selalu mengunjunginya di rumah sakit, dia selalu membawa bunga baru dan berharap segera sadar.
Tapi, hari itu langit hampir gelap, dan malam pun tiba, gadis itu segera pulang dan berharap bisa kembali esok hari.
Sehari setelah kejadian itu ....
Kini Yoshimura hanya ditemani oleh sang pemilik kontrakan dan istrinya, serta pak Toushiro yang merupakan orang yang pernah menolongnya.
"...."
Beberapa menit kemudian, begitu matahari tengah memunculkan sinarnya dari ufuk timur yang dapat dilihat dari jendela rumah sakit ....
Yoshimura perlahan merasakan kehangatan sinar mentari itu, dia merasakannya ....
Aroma pagi hari, dan membuatnya ingin segera membuka matanya.
Kelompak matanya itu bergerak dan dia mulai menggeliatkan tubuhnya, membuat sang pemilik kontrakan berdiri, menatap anak laki-laki yang tadinya terbaring lemas di rumah sakit ini seperti anaknya sendiri.
Mata Yoshimura kemudian terbuka walau masih sipit dan dia mengetesnya dengan mengedipkan matanya perlahan seperti masih meraba-raba di mana keberadaan dirinya. Tentu saja Yoshimura yang sekarang masih lemah. Tapi, dia hendak membangunkan dirinya untuk duduk di tempat tidurnya ....
Lalu, dibantu dengan pak Toushiro yang mencoba memposisikan tubuhnya untuk duduk itu.
Matanya yang sayup perlahan terbuka, awalnya dia hanya bisa melihat langit-langit yang putih saja, sekarang dia benar-benar membuka matanya melihat kedua orang laki-laki yang ada di depannya ini ....
Sementara seorang perempuan di depannya sana dengan jarak yang agak jauh hanya tersenyum lembut padanya.
Dalam hati Yoshimura 'Pemandangan yang terasa asing ....' Namun, bukan pemandangan dari seorang perempuan itu tetapi, ruangan tempatnya berada ini terara asing baginya.
Begitu dia sudah memantapkan posisi duduknya, dia bertanya pada semua orang yang ada di sini, "Di mana aku?"