Chereads / Tsabitha Penyihir Berdarah Campuran / Chapter 20 - Para Pedagang 

Chapter 20 - Para Pedagang 

Satu hari berada di dalam dimensi ini, sama halnya 1 jam hidup pada dimensiku. Untuk Kerberos dan Mickey, hal ini tidak akan berpengaruh besar. Namun bagiku, ini sangat buruk. Tubuhku bermetabolisme berdasarkan waktu di alam ini.

Itu artinya, jika aku 7 hari di dalam dimensi ini, maka umurku juga bertambah 7 hari dimensiku. Meskipun, di alam tempatku hidup, baru berjalan 7 jam. Hal ini menyebabkan jika aku terlalu lama disini, maka aku akan mengalami penuaan lebih cepat.

Mickey menyarankan agar kami tetap berada di dimensi ini, dia akan mencari jalan untuk sampai ke Sa'bah secepat mungkin. Keputusan ini kami ambil untuk meminimalisir kejaran kelompok wizard ayahku. Menurut kucing abu-abu itu, hanya sebagian kecil penyihir yang bisa mengunjungi tempat ini.

"Jika kau menyarankan ke Sa'bah dengan tetap berada disini, kau harus menemukan jalan tercepat dan sampai disana secepat mungkin," ucap Kerberos mengingatkan.

"Iya, aku tahu," jawab Mickey ketus "Ada masalah yang lebih penting," mata safir makhluk berbulu abu-abu itu menatap kami satu persatu, "Kita seharusnya bisa saja naik bis, kereta atau apapun, tapi disini sangat berbeda. Lihatlah!," dia meminta kami melihat bukit-bukit berbatu yang gersang sejauh mata memandang dan nyaris tak bisa dilewati, "Aku tahu rute kesana, tapi pertama, kita harus mencari tumpangan karavan para pedagang yang lewat disini, sebelum petang".

Aku melihat arlojiku, "Jam tanganku mati," ucapku, sambil mengambil ponsel, "Hah!," aku sangat terkejut karena mendapati benda elektronik berbentuk pipih itu juga tak hidup. Padahal, aku benar-benar yakin sudah men-charge sampai penuh saat kami makan di kedai, seusai menemui tuan Oka, "Kenapa begini?," ucapku bingung. "Seharusnya, baterai ponselku bisa bertahan 11 hari,".

"Nona, di dimensi ini, peralatan seperti itu tidak akan dapat bekerja," jelas Kerberos.

Aku benar-benar jengkel mendengar penjelasan anjing putih itu. Kini, semua alatku tidak bekerja, sia-sia saja aku membawanya. Satu-satunya yang berguna adalah botol air minumku, "Sial", umpatku lirih. Aku merasa seperti benar-benar tidak berdaya sekarang.

Pasar yang kami kunjungi terletak di atas sebuah bukit. Untuk sampai di jalan utama, kami harus menuruni lereng yang kemiringannya hampir 600. Tubuhku yang sudah lelah hanya bisa meluncur seperti bola, saat aku tidak fokus karena terpeleset.

Jalur utama yang Mickey maksud pun, ternyata hanya sebuah jalan sempit yang bahkan tidak akan muat dilalui mobil dan diapit dua tebing berbatu yang menjulang tinggi. Matahari nyaris tak terlihat dari bawah saat aku sampai. Tanahnya berdebu dan dipenuhi batu-batu tajam. Aku tidak dapat protes apapun kepada mereka, hanya berjalan menyusuri jalanan yang kucing gembul itu tunjukkan.

Udara yang panas benar-benar menguras energiku. Beberapa kali aku meminta untuk berhenti, istirahat dan minum sebentar.

"Hai!," sebuah teriakan dari kejauhan mengagetkan kami.

"Para pedagang," ucap Mickey senang.

Buru-buru Mickey menghampiri mereka. Itu adalah sekelompok pedagang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan seorang wanita yang menggendong bayinya, aku berfikir mungkin itu istri salah satu dari mereka.

"Ayo hampiri mereka!," pintaku pada Kerberos untuk menyusul Mickey.

"Kalian mau kesana juga?" ucap salah satu dari mereka pada Mickey.

"Ikut kami saja!," sahut yang lain, "Ada tempat kosong di kereta paling belakang, hanya saja, mungkin kurang nyaman. Kalau kalian mau, kalian bisa menumpang di bagian barang", imbuhnya hati-hati.

Tanpa berpikir panjang, aku mengiyakan. Kudapati Kerberos nampaknya terkejut, tapi dia tak menolak, "Aku punya sesuatu," ucapku sambil mengulurkan 7 keping koin emas, "Mungkin sedikit, tapi aku berharap kalian mau menerima, karena telah memberi tumpangan pada kami," aku memberikan semua koin itu pada salah satu dari mereka. Mereka terlihat begitu senang dan langsung meminta kami untuk naik ke kereta belakang dan segera melanjutkan perjalanan.

Mickey menatapku seolah tak percaya, aku hanya tersenyum padanya. Kami naik di kereta paling belakang yang berisi barang-barang. Memang sedikit kurang nyaman dan sempit, tapi aku berusaha membuat diriku senyaman mungkin.

Selama dalam perjalanan, aku memilih diam, aku merasa kucing gembul itu terus memperhatikanku dengan tatapan curiga, "Darimana kau mendapatkan uang itu?," tanyanya.

"Aku mencurinya," jawabku enteng. Mickey dan Kerberos menatapku seolah tak percaya, "Saat berada di dekat makam itu, aku melihat tempat yang ramai dan kau menyuruhku berjalan kesana. Saat itu, penglihatanku sedikit terpecah dengan bayangan pohon-pohon di hutan. Lalu, ketika kau mengajakku masuk dan semua yang kulihat sangat berbeda, di situ lah aku sadar jika aku bukan berada pada tempat ku," jelasku.

"Kapan nona melakukannya?," tanya Kerberos. Ekspresi terkejut yang ditampilkan anjing putih itu membuatku menyeringai.

"Aku memanfaatkan kondisi pasar bagian depan yang kita lewati tadi, disitu sangat ramai. Banyak yang tidak menyadari keberadaan kita, mereka terlalu fokus dengan kegiatan masing-masing untuk menawar dan menjajakan dagangannya. Aku mencuri beberapa dompet dari mereka, karena aku tahu ada kemungkinan bahwa apa yang aku miliki dari dimensiku, tidak akan berguna disini," jelas ku, bangga, "Saat itu, aku melihat satu ibu yang berusaha menenangkan anaknya yang menangis. Dia begitu ceroboh meletakkan tempat uangnya di tas yang kemudian dia tinggal begitu saja, tentu saja aku segera mengambilnya. Kemudian, ada 2 orang yang sibuk bertransaksi dengan penjual, hingga mereka tidak menyadari saat aku mengambil uangnya," aku mengeluarkan 3 kantong uang yang penuh dengan koin emas berukirkan gambar burung dengan diameter masing-masing tak lebih dari 5 cm.

Mickey mendekat ke arah ku, "Kau sangat berbakat, jaga baik-baik bakatmu nak!," ucapnya.

Aku tersenyum bangga pada diriku sendiri.

...

Pemilik karavan mengatakan, perjalanan menuju gereja Barones membutuhkan waktu paling singkat sehari semalam jika menggunakan jalur ini.

Jalan yang kami lewati ini adalah jalanan yang biasa digunakan para pedagang untuk sampai ke pasar yang kami kunjungi sebelumnya. Mereka membawa barang dagangan di hari rabu atau kamis, untuk dijual di hari Jumat. Maka sebelum hari itu, biasanya mereka akan datang lebih awal dan menginap di penginapan yang ada di sekitar tempat mereka berdagang.

Saat malam datang, pemilik karavan mengajak kami makan bersama. Kami duduk mengitari api unggun, hingga tak lama berselang, mereka memberi kami bubur encer yang nampaknya terbuat dari campuran berbagai jenis biji-bijian. Hal tersebut terbukti ketika aku menyuapkan sendok berisi bubur itu ke dalam mulut, aku dapat mengunyah jagung, kacang dan rasa bunga matahari.

Mickey berkata padaku, bahwa upah yang kuberikan cukup banyak, mungkin karena itulah, mereka juga memberi kami makanan. Kucing abu-abu itu tampaknya sangat menyukai wanita yang membawa anak kecil, yang berada dalam satu karavan dengan kami. Beberapa kali kudapati si gembul itu mendekatinya dan bergelung manja dengannya.

"Biasanya, mereka hanya menerima 1 atau 2 keping saja, dan itu untuk satu orang. Secara sederhana, kami tidak dihitung," jelas Mickey pelan.

Sekitar jam 10 malam, pemilik karavan menghampiri kami yang berada di kereta paling belakang dan memberikan satu selimut tebal, "Sebelum jam 1 pagi, pastikan kalian bangun," ucapnya.

Aku bingung mendengarnya, tidak memahami maksud pemilik karavan itu.

"Jalur ini cukup berbahaya, sebenarnya. Pada jam-jam itu, para penjarah dan perampok akan berkeliaran. Meski kalian sudah membayarku, aku tidak bisa menjamin keselamatan kalian," dia menunjuk wanita yang sedang menggendong bayi, duduk di samping api unggun, "Aku juga harus menjaga istriku, jadi kalian harus bisa jaga diri kalian sendiri," dia kemudian pergi.

"Aku akan berjaga malam ini. Lagi pula, besok siang kita sudah akan sampai di tempat itu," ucap Kerberos, menawarkan diri.

Ada yang aneh dengan tubuhku. Selama disini, sekalipun aku tidak merasakan kantuk. Aku tidak dapat tidur, meskipun hanya sebentar. Selain itu, porsi makanku juga menjadi lebih sedikit dari biasanya.

Aku hanya berguling kesana kemari dalam kereta, hingga aku mulai merasa jenuh dan mengintip Kerberos yang mondar mandir bersama beberapa orang lainnya di luar untuk menjaga karavan.