Chereads / Tsabitha Penyihir Berdarah Campuran / Chapter 24 - Menghargai Kehidupan

Chapter 24 - Menghargai Kehidupan

Malam itu, kami kembali ke gereja itu lagi. Sepi, tidak ada seorang pun yang terlihat di sekitar bangunan itu. Gelap, dengan hanya penerangan dari cahaya bulan. Namun, aku masih bisa menjangkau tempatku melipat salah satu daun yang ku yakin itu bunga lily api.

"Bunga itu?," Mickey bertanya ketika aku memetik salah salah satu bunga yang sudah kuberi tanda secara diam-diam, sore tadi.

Aku bangun dan tersenyum padanya, "Sebenarnya, tadi sore, aku melihat ada sekitar tujuh bunga. Tapi, inilah yang paling dekat denganku dan yang paling aman untuk kutandai," ucapku sambil memasukkan tanaman itu ke dalam tas, "Ada seseorang yang langsung memetik saat menemukannya tadi sore dan berakhir dibunuh. Aku rasa, jika tadi aku langsung memetiknya, aku pasti akan bernasib sama seperti orang itu. Jadi, aku hanya menandainya dan menunggu waktu yang tepat untuk mengambilnya" jelas ku pada mereka.

"Bagaimana cara nona mengetahui itu adalah bunga yang benar?," kali ini, Kerberos yang bertanya padaku. Aku senang, akhirnya pertanyaan ini muncul.

"Awalnya, aku tidak tahu, jadi aku membuat perkiraan mengenai bunga itu," wajah mereka terlihat terkejut, "Aku hanya memiliki firasat, bahwa bunga yang aku petik tadi siang adalah lily api. Dia memiliki motif lidah api, tapi saat itu, aku tidak dapat membuktikannya pada diriku sendiri. Saat aku melihat semua orang menggunakan berbagai cara untuk menemukannya, menurutku, kami memiliki penglihatan yang berbeda. Bagiku, semua tanaman yang ada dalam gereja ini, memiliki warna yang tak sama. Sementara untuk mereka, sepertinya semuanya berwarna putih," aku menjelaskan dengan pelan-pelan.

"Aku mengambil satu bunga dengan perkiraan dan menjadikannya sebagai umpan untuk para pencari yang lain. Aku menggunakan mereka untuk mencari kebenaran dari tanaman itu. Apakah teori yang kugunakan untuk mencari lily api itu benar atau salah?," wajah Mickey dan Kerberos masih terlihat kebingungan,

"Jujur, saat itu aku juga belum mengetahui bunga itu seperti apa. Jadi, aku meminta Kerberos membuntuti mereka. Saat mereka pergi ke rumah yang kemungkinan sebagai tempat tinggal Zarina dan ternyata upacara itu kemungkinan berhasil, aku jadi mengetahui bahwa bunga yang kuambil berdasarkan kira-kira tadi adalah bunga yang benar. Jadi, aku bisa membuat teori yang kugunakan di awal tadi, untuk mencari bunga lily api yang sebenarnya," aku merasa puas setelah melihat ekspresi dua makhluk di hadapanku, mereka tampak kagum dan tak percaya.

Aku menggunakan orang yang merampas bungaku. Aku tahu, bahwa mereka akan pergi ke rumah Zarina atau ke para Manji untuk meminta sesuatu, dan dari situ, aku mendapatkan ilmu baru: 1. Cara menemukan bunga lily api, 2. Rumah Zarina, 3. Ritual.

Aku memang belum yakin sepenuhnya bahwa mereka tadi telah melakukan upacara pembangkitan. Namun, keyakinan ku terbentuk ketika aku mengamati wajah yang tidak lengkap milik seorang laki-laki yang keluar dari bangunan itu. Jika memang itu benar, aku bisa simpulkan bahwa Zarina bukan melakukan ritual sembarangan.

Seperti yang Mickey katakan, Manji adalah musuh Kerberos. Karena jumlah roh yang ada di alam roh akan selalu tetap, maka semua ritual mereka akan membutuhkan pengganti dan penggantinya diberikan dengan mengorbankan orang lain. Artinya, untuk satu nyawa yang kau inginkan, ada nyawa lain yang harus kau korbankan, para Manji pun mungkin menggunakan cara yang sama.

Sekitar jam dua dini hari, kami mencari penginapan yang paling dekat dengan gereja. Kami berencana akan menginap satu atau dua hari, sembari mencari informasi mengenai para Manji dan tentunya Zarina.

Tempat yang kami dapatkan berjarak dua jam dari gereja dan tidak terlalu bagus. Bagian bawah penginapan adalah bar minum yang sangat ramai. Mickey terus mengeluh karena tidak dapat tidur sedikit pun, aku memahami pendengarannya yang sensitif.

Aku pun mengalami hal yang sama, hingga aku memilih keluar bersama Kerberos untuk membeli makanan. Sepanjang jalan yang kami lewati berjajar restoran, penginapan, pusat oleh-oleh dan masih banyak tempat hiburan lain yang ditawarkan. Daerah ini merupakan tempat utama persinggahan para pedagang yang menuju ke pasar.

Hampir satu jam lamanya kami hanya berputar-putar, karena anjing putih itu sedikit pemilih untuk makanan. Kami sempat berhenti beberapa kali di kedai makan, tapi setelah melihat menunya, dia pasti akan pergi.

Saat itu, aku baru keluar dari toko souvenir, aku melihat seseorang yang tidak asing. Dia duduk sendirian di bangku yang berada di luar sebuah kedai. Nampaknya, dia sedang melamun.

Aku melangkahkan kaki menuju wanita itu, "Hai," sapaku.

Wanita itu menoleh ke arahku, lalu membungkuk sopan. Dia mempersilakan aku duduk, lalu memanggil pelayan untuk memesan sesuatu, "Kenapa masih disini? Aku sudah menyuruhmu pergi, tempat ini sangat berbahaya," ucapnya memperingatkan.

"Anda tidak perlu khawatir, saya disini bersama dengan dua teman saya," ucapku sambil berusaha tersenyum ramah padanya.

"Iya, aku tahu. Seorang penjaga dunia roh dan seekor kucing penyihir," aku terkejut mendengarnya. Aku bingung, bagaimana dia bisa mengetahui mengenai Kerberos dan Mickey?, "Meskipun kau bersama mereka, bukan berarti kau aman dan berhenti untuk waspada. Mereka membantumu karena memiliki tujuan masing-masing dan secara tidak langsung, kau dapat mempermudah mereka mencapai tujuan itu," dia berucap dengan ekspresi datar.

Aku memikirkan kembali perkataannya, semua yang dia katakan adalah benar. Mickey dan Kerberos memiliki alasan untuk membantuku sampai hari ini.

Anjing putih penjaga alam roh itu menginginkan roh Zie dan Mickey, aku mulai menyadari ambisinya untuk sampai disini. Dia ingin mendapatkan lily api. Aku melihat antusiasnya yang besar saat mencari bunga itu tadi sore, meskipun aku belum mengetahui apa yang akan dia lakukan dengan bunga itu.

"Terkadang, ada hal sederhana yang bisa membuat kita bahagia, sesuatu yang tidak merepotkan untuk menuntut kita mempercayai seseorang dan bersabar untuknya," saat ini, aku merasa berada di titik terbawah ku dan aku ingin jujur pada diriku sendiri,

"Apa yang saya alami hari ini dan beberapa hari yang lalu, seperti sesuatu yang membuat saya melompat dari dunia yang biasa saya jalani. Saya yang biasanya akan pergi bekerja di toko bunga sampai jam sembilan malam, sembari mengerjakan program untuk tugas akhir. Menemui pembimbing untuk mendengarkan semua saran darinya. Makan di tempat makan kesukaan saya di hari gajian, tapi beberapa hari ini," aku menunjukkan bekas luka sayatan di lenganku yang kudapatkan saat kami dikejar kelompok wizard ayah di hutan waktu itu,

"Saya bisa pergi ke dimensi lain, mencuri di pasar dan bertemu dengan anda. Hal yang paling simple, saat saya berbicara dengan kucing. Tidak ada yang bisa saya percayai saat ini, selain mereka. Semuanya terasa sangat tidak masuk akal untuk saya. Jika memang nantinya mereka akan mengkhianati, maka saya akan menghadapinya. Mungkin sekarang saya masih lemah, tapi seiring berjalannya waktu, saya akan memahami kondisi yang harus saya terima. Saat saya sudah mampu beradaptasi dan menerima semuanya, saya yakin akan bisa menyelesaikannya," aku mengambil bunga lily api yang tadi aku petik,

"Saya sadar sekarang, saya tidak membutuhkannya," aku menyodorkan tanaman itu padanya "Ambillah! Saya yakin, anda lebih membutuhkannya dibandingkan saya,".

Wanita itu melepaskan gendongannya dan menunjukkan sesuatu yang selama ini selalu dia bawa, "Manusia hanya akan mati sekali. Kau harus menghargai kehidupan itu," ucapnya.