Semua di awal dari pertemuan bukan, karena pertemuan adalah awal dari awal yang baik atau buruk.
Mr.G
Mr. G POV
Aku berjalan di koridor sekolah yang sudah sepi karena jam pelajaran pertama baru saja di mulai beberapa menit yang lalu, tujuanku adalah ruangan kepala sekolah, karena aku tak tau di tempat kan di kelas yang mana, tapi kemarin beliau bilang, aku di tempat kan di kelas yang paling sulit di atur, tapi ku katakan pada kepala sekolah jika aku tak masalah di tempat kan di kelas mana saja.
Kita lihat seperti apa nakalnya anak-anak ini.
Tok Tok Tok
"Silahkan masuk!"
Ceklek
Aku masuk ke dalam dan berdiri di dekat pintu.
"Akhirnya Mister datang juga, ayo ikut saya ke kelas anda, saya sudah beri tau sebelumnya kan jika mister menjadi wali kelas di kelas ini, semoga mister kuat menghadapi mereka, karena saya sudah lelah menghadapi mereka, saya sangat berharap sekali mister dapat menghadapi mereka"
Bu kepala sekolah berjalan sambil berbicara padaku, sampai aku sadara kami sudah di depan kelasnya.
Ceklek
"Ayo masuk pak"
Aku hanya mengangguk dan mengikuti nya masuk.
Wow sungguh pemandangan yang sangat indah, kaki di atas meja, mendengar musik di jam pelajaran, tutorial makeup di jam pelajaran, bermain kartu di jam pelajaran, Mabar game online di jam pelajaran, tidur di jam pelajaran, dan masih banyak lagi.
Pakaian mereka pun tidak ada yang benar, semua seragam di keluarkan, tak ada tanda pengenal, dan atribut tidak lengkap, dan apa itu? Ada yang bahkan tidak mengancingkan seragamnya, degan kaos hitam dan di balut seragam.
"Anak-anak, perhatikan!"
Mereka hanya menoleh ke arah Bu kepala sekolah sekilas lalu kembali pada kegiatan mereka masing-masing.
Seperti nya banyak yang harus ku perbaiki di sini.
"Ibu bawa guru baru yang akan menjadi wali kelas kalian, perkenalkan namanya Mister..."
"Mister G" potongku.
"Hem iya mister G"
"G apa tuh G?, Gila?"
"Hahahaha....." Mereka semua tertawa.
"Atau gendut kali"
"Hahahaha...." Lagi mereka tertawa.
"Eh guys gajah bukan sih?"
"Hahahaha..."
"Anak-an.."
Ku potong ucapan Bu kepala sekolah dengan isyarat tangan.
"Bu biar serahkan saja mereka pada saya, ibu jangan khawatir"
"Hem semoga mister sanggup menghadapi mereka, kalo begitu saya permisi"
"Iya Bu"
Setelah Bu kepala sekolah keluar dari kelas, aku berjalan dengan perlahan menuju anak yang memuliakan semuanya, dan mereka semua terdiam melihat apa yang akan aku lakukan.
"Terima kasih untuk panggilan gila nya Soleh" ucapku membuatnya kaget, karena aku tau namanya.
"Tunggu kamu ga pantes di sebut Soleh dengan pakaian kaya gini, kamu lebih mirip kuproy" lanjutku.
"Hahahaha cocok banget sama muka lu, kuproy"
"Terima kasih juga untuk panggilan gendut nya Aldo" ucapku pada orang di bangku samping Soleh, dia juga ikut kaget karena lagi-lagi aku tau namanya.
"Dan muthe terima kasih juga panggilan gajah nya"
"Kita mulai pelajaran hari ini, tapi saya ingin kalian duduk lebih rapi dari ini, saya hitung sampai sepuluh jika masih belum rapi maka akan ada sanksi yang harus di terima!"
"Satu!"
"Dua!"
"Tiga!"
"Empat!"
"Lima!"
Karena tidak ada tanda-tanda mereka akan duduk lebih api jadi ku keluarkan sebuah benda yang ku yakini membuat mereka takut.
Ku simpan benda itu di atas meja guru, semua murid menatap dengan takut.
Aku menyimpan sebuah pistol, lebih tepat nya pistol mainan.
"Mister hitung lagi dari awal"
"Satu!"
Mereka terburu membenarkan duduk mereka masing-masing, aku terkekeh melihatnya.
Bagaimana bisa anak-anak pembuatan onar ini, takut dengan benda ini.
"Mister akan menjadi wali kelas kalian, sampai kalian lulus dari sekolah ini, sekarang kalian kelas 2 SMA, maka kebersamaan kita masih panjang, coba saja jika kalian bisa nakal di kelas mister, dan mister memegang pelajaran sejarah di kelas ini"
"Wahai anak-anak IPS 3 kalian akan berhadapan dengan guru yang tidak akan kalian duga sebelumnya, jadi bersiaplah" aku menyeringai.
"Keluarkan buku kalian!"
Aku menuliskan kata-kata di papan tulis dengan ukuran yang cukup besar.
"17 Agustus 1945"
"Apa yang kalian tau tentang tanggal ini?" Tanyaku pada mereka.
"Tanggal lahir mister kan" tebak si kuproy.
"Woy tua amat, 1945 tuh" ralat Aldo.
"Oh iya, terus apa, jangan bikin kita pusing mister, kita ga ada waktu mikirin hal kaya gitu" ucap kuproy.
"Ini adalah tanggal dimana Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, jika kalian tidak tau hal sederhana ini, maka mister akan pindah kan kalian keuar negri sekalian!"
"Widih serem amat ancamannya" celetuk Eli.
"Jadi mulai hari ini kalian akan mengenal negara kalian sendiri!"
"Faham!"
Tak ada yang menjawab satupun, mereka sibuk saling pandang satu sama lain.
"Faham!" Ku ucap sekali lagi dengan penuh penekanan.
"Faham" jawab mereka serempak dengan sedikit takut.
Katanya anak nakal baru di gituin udah ciut, bener ga sih mereka pembuat onar.
"Aldo maju ke depan dan bacakan teks proklamasi Indonesia!"
"Maju do" Soleh mendorong Aldo yang ogah-ogahan.
"Aldo jadi presiden huuu.... Mantap" teriak Mirza.
"Awas lu" ucap Aldo pada Mirza yang di tanggapi dengan ledekan.
"Ayo Aldo!"
Aldo maju dan membacakan teks proklamasi permisi seperti bapak presiden Ir,Soekarno.
Mereka menertawakan tingkah Aldo yang lucu di mata mereka saat membacakan teks proklamasi.
"Geli gue liat lu do hahaha" ucap Soleh.
"Tapi pantes sumpah" tambah eli.
"Udah cocok gitu Lo" tambah eve.
"Zee"
"Iya mister"
"Kamu ketua kelasnya kan?"
"Iya mister"
"Kalo begitu mister akan beri kalian tugas, tolong bagi kelompok, jika Kalian tidak mengerjakan tugas dari mister maka kalian akan mendapat hukuman yang misterius, yang tidak akan pernah kalian bayangkan!" Aku berbicara dengan nada sedikit menakuti mereka.
"HAHAHAHA" di akhiri tertawa jahat.
Mereka semua hanya diam.
Teeet teeet teeet
Jam pelajaran ku berakhir, karena memang aku datang agak terlambat tadi, untuk mempersiapkan semuanya, terutama mempersiapkan mental untuk mengadaptasi mereka.
"Akhirnya selesai juga" ucap Eli.
"Iya akhirnya bisa bebas dari guru aneh" tambah oniel.
"Maaf mister masih di sini, dan akan tetap di sini, mendampingi guru selanjutnya"
"Haaah!"
"Ga usah kaget gitu, santai aja"
Mereka terduduk lesu, aku hanya terkekeh melihatnya.
Aku memang menjadi guru sejarah tali khusu kelas ini, dan aku menjadi wali kelas mereka yang tidak akan membiarkan mereka bebas sedikit pun, mereka tidak akan lepas dari pengawasanku.
"Emang mister ga ngajar kelas lain?" Tanya Soleh.
"Tidak!" jawabku singkat.
"Ga punya pacar emang, biar pengen ngedate gitu?" Tanya eve.
"Tidak!"
"Ga punya kerjaan lain gitu?" Tanya jesslyn.
"Tidak!"
"Ga punya game gitu biar bisaain game online?" Tanya teman Mabar nya jesslyn, yaitu Marsha.
"Tiiiidak!"
"Ada lagi yang ingin di tanyakan?"
Mereka semua menggeleng.
"Permisi"
"Silahkan masuk pak, mereka siap menerima pelajaran"
"Wah iya mister terima kasih"
Mereka belajar matematika dengan khusu, karena jika tidak senjataku akan keluar dan mengejutkan mereka.
Teeet teeet teeet
"Akhirnya beneran selesai" ucap Shani yang sedari tadi tidak bersuara, dia lebih suka bertindak dari pada berdebat.
"Iya bener juga, udah pegel banget nih, belum pernah gue belajar kaya gini" tambah Jinan, temannya Shani.
"Kita harus ngisi tenaga nih kalo kaya gini" tambah Chika, teman satu gengnya Shani.
"Terima kasih mister berkat mister mereka mau belajar"
"Sama-sama pak,mereka emang harus belajarnya"
"Kalo gitu saya permisi"
"Iya pak"
Tentu mereka harus belajar, karena aku punya kunci utama menghadapi mereka.
Di paksa.
Terpaksa.
Terbiasa.
Biasa.
Bisa.
Itu kuncinya.
Semua murid berhamburan keluar kelas, aku mengikuti mereka satu persatu, untuk melihat kenakalan apa yang mereka lakukan di luar kelas.
"Gito, Aldo Soleh, kenapa kalian buang sampah sembarangan?" Tanyaku saat mereka membuat Chiki bekas mereka makan sembarangan.
"Ah elah mister, peraturan ada untuk di langgar" jawab Soleh.
"Oh begitu, saya baru tau"
"Makanya gaul Mister" jawab Soleh.
"Cabut guys" ucap Aldo.
'kalian harus belajar dari hal sederhana ini' gumamku.
Ku ambil papan peraturan yang bertuliskan buang sampah pada tempatnya.
Ku gantikan tulisannya menjadi
'Jangan buang sampah pada tempatnya!'
Sekitar satu jam istirahat.
Teeet teeet teeet
Semua murid kembali masuk ke dalam kelas, begitu juga dengan jelas berisi anak-anak nakal ini.
Aku menunggu mereka di dekat pintu masuk.
"Eh eh guys liat, peraturannya ganti, jadi di larang buang sampah pada tempatnya, ini apaan sih, buang sampah guys, buang yang banyak" ucap Soleh dengan cadelnya.
"Iya bener bro, eh bro bro buang sampah sembarangan ya, karena peraturannya jangan buang sampah pada tempatnya"
"Iya buang yang banyak guys" ucap Gito.
Aku masih mempertahatikan mereka yang membuang sampah sembarangan.
Lalu ku dekati mereka.
"Ekhem"
Mereka semua menatapku.
"Bukankah tadi kata Soleh peraturan ada untuk di langgar ya, kenapa peraturan yang sekarang malah di ikuti, bukan di langgar juga, seharusnya jika peraturannya di langgar kalian jadi buang sampah pada tempatnya"
"Hem ya karena peraturannya yang salah"
"Jadi kamu tau yang mana peraturan yang benar dan yang salah"
"Tau lah"
"Lalu kenapa tidak mengikuti peraturan yang benar, malah mengikuti peraturan yang salah?"
Dia diam tak tau harus berkata apa.
"Kesalahannya tidak terletak pada peraturannya tapi terletak pada diri kalian sendiri, jika tindakan kalian seperti ini, kalian lebih rendah dari sampah yang kalian buang, kamu belajar lagi ke SD soleh, mau kamu saya kirim lagi untuk belajar sama anak SD"
"Enggak mau lah"
"Kalo begitu semua yang buang sampah sembarangan, ambil sampahnya sekarang juga dan buang ke tempatnya!, SEKARANG!"
Mereka buru mengambil sampah yang mereka buang sembarangan tadi, membuangnya ke tempat sampah.
Aku tersenyum melihatnya.
"Cuci tangan kalian lalu masuk kelas!"
"Untuk kamu Gito, Aldo, dan Soleh, jangan ulangi lagi kesalahan kalian atau kalian akan mendapat kejutan dari Mister, faham kalian!"
"Faham" jawab mereka bersamaan.
Sudah ku bilang mereka tidak akan lolos dariku.
"Buset tu guru aneh banget ya, kacau, ga bisa kalo gini caranya" bisik Aldo.
"Iya parah woy, kalah kita kalo terus gini" tambah soleh.
"Kita kehilangan kebebasan kita kalo gini caranya" tambah Gito.
Aku tersenyum mendengar bisikan mereka yang masih jelas di telinga ku.
Aku menuju belakang mereka saat mereka tengah memncuci tangan mereka sambil membicarakan ku.
"Iya kalian benar, kebebasan kalian akan segera berakhir anak-anak, jadi bersiaplah!"
Mereka menegang mendengar nya.
Ku tepuk pundak mereka yang masih terdiam.
Aku hanya menggeleng melihat mereka yang terdiam di depan cermin degan mulut terbuka lebar.
Apa yang akan mereka lakukan, akan ada aku yang mengganggu mereka, tidak akan ku biarkan rencana jahat apapun yang mereka miliki berjalan dengan lancar hahahaha.
Semoga suka sama jalan masalah-masalahnya.
Kadang kita masih banyak yang kaya gitu, kita sama-sama saling mengingatkan aja ya, dan saling mengajak ke jalan yang benar, Yuk bisa yuk.
Maaf kalo ada typo 😊😊😊
Masih banyak belajar 😁😁😁