Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 54 - KISAH ANAK MORIANA 34 : TUAN dan TAWANG/ T^2

Chapter 54 - KISAH ANAK MORIANA 34 : TUAN dan TAWANG/ T^2

Cuaca di luar jendela terasa sangat menenangkan, beberapa jam aku hanya berbaring di kasur tidak ada yang bisa ku lakukan selain mencoba untuk tidur kembali dengan harapan aku bisa bertemu "Ibu" untuk berbincang ringan jika aku baik-baik saja, jangan khawatir.

Seorang pelayan wanita menutup tirai, dia mengira jika aku ingin istirahat sejenak. Dari sisi pintu lain seorang pengawal sedang berdiri. Sejujurnya aku masih merasa risih setiap kali seseorang mengawasi di sekelilingku.

"Sepertinya Tuan Muda sedang tidur, saya izin untuk menyiapkan makan siang." Pelayan Wanita itu izin kepada pengawal dan keluar ruangan.

"Silakan."

Aku berusaha untuk tidur namun mataku terus terbagun. Aku membuka tirai turun dari kasur, seketika pengawal itu berjalan menghampiriku.

"Tuan Muda? Apa ada sesuatu yang anda inginkan?" Ucap pengawal itu.

Pengawal dengan mata biru langit, berdiri tinggi dengan gagahnya, rambut pirang keemasan seakan visual tokoh kartun.

"Aku ingin berjalan sejenak."

"Ta-tapi dokter menyarankan an-" Pengawal itu ragu untuk mengizinkan diriku.

"Hanya sebentar, disini membuat pikiranku suntuk."

"Ba-baiklah Tuan Muda."

Dengan menggunakan baju dan sandal tidur aku berjalan-jalan sejenak di lorong dengan seorang pengawal yang terus mengikutiku di belakang. Tidak banyak yang berubah sejak terakhir kali aku datang ke mansion ini.

Mendekati tangga aku mendengar suara bising dari lantai satu, suara anak-anak yang sedang sibuk bermain di halaman belakang.

"Siapa mereka?" Yang terlihat hanya tiga anak-anak bermain dekat kandang kuda "Terasa tidak asing."

"Mereka anak-anak yang tinggal sementara bersama Duke Han saya dengar mereka juga berasal dari panti asuhan Sweria sama seperti anda Tuan Muda." Ucap Pengawal itu.

"Aku ingin ke sana."

"Ta-tapi…" Pengawal tersebut kembali merasa ragu untuk mengizinkan ku bermain di luar "Saya akan menyiapkan sepatu dan jaket anda Tuan Muda."

Salju sudah mulai mencair, dedaunan kembali bertumbuh namun angin dingin masih terasa. Menghirup udara segar serasa menghilang penat sesaat.

"POLIN!" Ucapku terkejut melihatnya, rambut merah bata itu tidak akan bisa terlupakan.

"Oh Rain? Tadinya sih kami mau menyapamu tapi kata pelayan kamu sedang tidur." Ucap Juan dengan santainya "Apa kamu mau ikut bermain Rain?"

"HEKM 'TUAN MUDA RAIN'" Pengawal itu seakan memberi isyarat untuk memanggilku dengan hormat.

"Kenapa kalian disini? Aku mala mengira kau mati dibunuh oleh Earl karena berkhianat, Polin." Tanya ku.

"Aku tidak sebodoh itu sih, sejak pertemuan kita di penjara, aku kembali melakukan rencanaku."

"Hah? Apa maksudmu?"

Polin menceritakan tentang perjanjian dia dan Tuan Han. Ketika ku mendegarnya aku merasa sedikit terkejut karena telah menuduhnya seorang anak keluarga penghianat.

"Wah benarkah, aku merasa tidak enak." Aku mengalikan pandangan " Tapi yang duluan mengganggu juga kamukan!"

"AH? Walaupun itu hanya sandiwara belakang tapi aku melakukannya dengan senang hati!" Ucap Polin menyilangkan tangan.

"Sudah-sudah lupakan." Juan menghentikan kesalahan pahamanan ini "Kami sedang melihat pelatihan kuda disana! Apa kamu ingin ikut Rain."

"Kuda?"

"Iyah K-U-D-A" Ucap Polin menegaskan dengan nada kesalnya.

Seekor kuda sedang latihan berjalan mengeliling lintasan. Aku yang hanya melihatnya dari sudut lapangan seketika di hampiri oleh kusir yang masih menunggangi kudanya.

"Wah Keren banget gila..!" Ucap Juan kagum.

"Apa dia bisa melukai orang?" Dio yang terlihat sedikit takut ketika dihampiri.

"Selamat pagi Tuan Muda Rain Cahaya Zafia selalu menyertai anda." Ucapnya membungkuk memberi hormat pada ku "Ada apa gerangan Tuan Muda kemari?"

"Aku hanya ingin melihat latihan kuda saja."

"Oh benarkah, saya sangat bahagia melihat anda kembali di mansion Tuan Muda. Apakah Tuan-tuan yang lain ingin mencoba menunggangi kuda?"

"HE! APA BOLE?" Juan yang terlihat sangat tertarik soal perkudaan, matanya bersinar mengkilap.

"Menjauhlah…" Sedangkan Dio yang takut oleh kehadiran kuda tersebut.

"Tentu saja."

Aku duduk di kursi taman dekat lapangan kuda, Juan yang sedang mencoba menunggangi kuda bersama Dio yang terpaksa ikut oleh Juan.

"Eh Rain, aku mendengar kabar jika banyak jasad anak panti yang ditemukan di camp penjaga Earl, apa salah satunya Lukas, Chandra dan Terian?" tanya Polin duduk di sampingku, ketika mendengar nama mereka hatiku terasa sangat sakit "A-Aku tidak memaksamu untuk menjawabnya, hanya saja kau kelihatan sangat-"

"Aku hanya mengetahui Lukas dan Chandra mereka… salah satu dari korban yang dikatakan, sedangkan Terian dia… aku tidak tau dia dimana selamat atau tidak." Ucapku, Polin melihatku dengan empatinya.

"Sebelumnya aku-aku mau minta maaf menjebak kalian kepada Earl, jika sajaa… aku tidak terikat dengan mereka."

"Lupakan, aku sedang tidak ingin mendengarkan nama Earl.."

Setelah beberapa menit, aku merasa kepalaku kembali pusing dan memutuskan kembali ke kamar, sedangkan mereka masih sibuk bermain dengan para kuda.

"Loh diaman Rain?" Tanya Juan.

"Dia bilang dia sedang tidak enak badan."

Dikamar seorang pelayan wanita telah menyiapkan makan siang dengan beberapa obat di piring kecil.

"Tuan Muda silakan makan siang dan minum obat setelah makan." Pelayan Wanita ini terasa tidak asing dimataku, rambut merah bata yang disanggul rapi, tutur kata yang lembut, dia kadang mengingatkan ku pada seseorang.

"Kalian boleh pergi" Rasanya aku hanya ingin sendirian untuk kali ini, tapi pelayan dan pengawal itu tatap-tatapan seakan mereka tidak ingin keluar.

"Mohon maaf Tuan Muda, Duka Han menugaskan untuk pengawal anda begitu juga pelayan ini Tuan Muda."

"Aku akan memanggil kalian jika aku butuh bantuan jadi tolong biarkan aku sendirian sejenak."

"Ta-tap-"

"Baiklah Tuan Muda." Ucap Pelayan Wanita itu dan menarik lengan si Pengawal.

Makan siang terasa sangat hambar di lidah ku, seketika terdengar suara ketukan pintu.

"Silakan."

Duka Han dan Tuan Frey Chaiden masih menggunakan jas lengkap dengan hiasan yang sedikit nyentrik.

"Rain, syukurlah…" Duke Han menunduk memelukku dengan erat "Jangan lakukan itu lagi… jangan pergi jauh dari ayah lagi."

"Ayah…" Gumam ku, belum perna ku memanggil Duke Han dengan sebutan Ayah.

"Syukurlah kau baik-baik saja bocah ya, kalo aku berada di lapangan sudah ku cicang-cicang si Earl sialan itu! Gila apa dia!" Tuan Fray pemandang ku dengan rasa ibanya seketika menggubah topik "Kalo saja Han tidak menyuruhku untuk mengurusi kantor Duke."

"Apa? Jadi Tuan Frey hanya mengurus duduk di kantor?" Tanyaku heran.

"Iyah! Rasanya pekerjaan pemerintah ini tidak cocok dengan ku. Lebih membosankan dari pada mengurus Mahasiswa, setiap harinya ada 100 lebih surat datang yang harus ku cek dan tanda tangan, ditambah setiap menit anggota parlemen bertanya dimana Duke? Dimana Duke? Duke?Rasanya ingin menulis di depan pintu jika 'Duke Han sedang sibuk!" Tuan Frey kelihatan kesal ketidak menceritakan pengalamannya.

"Hahaha…pantas saja kau kelihatan lesu kali ini."

"Bagaimana lukamu? Apakah masih sakit." Tanya Duke Han, mengecek luka di badan ku.

"Tidak sama sekali."

"Bagus lah jangan lupa minum obat ya, sihir penyembuh hanya bisa menutupi luka dari luar."

Kami berbincang ringan untuk beberapa jam, entah apa yang dibicarakan tapi terasa sangat hangat bagi ku. Setelah itu Duke Han dan Tuan Frey pergi melanjutkan pekerjaan mereka. Kembali tersisah diriku, seorang pengawal dan pelayan Wanita.

"Siapa nama kalian?" Tanya ku

"Sa-saya Andrian Drian dari keluarga Drian." Jawab pengawal itu dengan gugup.

"Saya Sarah Cloin, Tuan." Ucap pelayan muda itu.

"Sarah dan Andrian."

"Iyah Tuan Muda?"

"Aku ingin melakukan sesuatu mungkin sedikit berbahaya tapi aku tidak ingin Duke Han mengetahuinya, jadi jika kalian masih menganggapku Tuan Muda kalian cukup hanya aku yang kalian jadikan Tuan di mansion ini."

"Kalian akan menjadi kaki tangan ku, semua orang memiliki rahasia mereka masing-masing jika Duke Han menanyakan tentang diri ku jujur saja padanya dan tutup lubang seandainya menurutmu Duke Han akan marah kepada ku."

"Baik Tuan Muda Rain, seluruh jiwa ku patuh pada Zafia."

"Aku ingin kau Adrian mencari tahu masalah hukuman mati Earl Verdenrik dan seorang anak moriana bernama…"

"Terian."