Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 53 - KISAH ANAK MORIANA 33 : MIMPI dan MASA/ M^2

Chapter 53 - KISAH ANAK MORIANA 33 : MIMPI dan MASA/ M^2

TRINGGG TRINGG

Aku terbangun dengan suasana kamar sangat tidak asing bagi ku, sebuah foto keluarga di samping meja belajar, lampu tidur, lemari semuanya tersusun rapi, seketika aku tersadar dengan alarm hp yang terus bergetar.

"Apa? Kamis Jam 5:50 pagi, semuanya hanya mimpi?" Gumamku, mengingat samar-samar tentang "mimpi" yang terasa sangat nyata.

"Astaga! Aku hampir lupa hari ini ada jadwal ulangan mtk."

Aku bergegas siap-siap, membawa semua keperluan sekolah. Suasana rumah terasa sangat sepi hingga hampir tidak ada suara yang datang kecuali dari diriku.

"Kemana semua orang? Ayah? Ibu? Kakak?"

Aku keluar dari kamar berjalan menuju ruang makan namun tidak satupun orang yang ku temui, di meja makan tersaji sarapan yang masih hangat.

"Apa yang terjadi, mereka semua sudah berangkat?" Jam menunjukan pukul 6:30.

Dengan rasa bingung aku mencoba menghiraukan keadaan yang terjadi dan berpikir jika semua keluarga ku sudah berangkat lebih awal mengurus urusan mereka. Aku segera berangkat sekolah dan tidak menyentuh sarapan sama sekali, di perjalanan terasa sangat singkat semua jalan yang masih sama, semua orang yang sibuk berlalu lalang.

Sesampai di sekolah seperti biasa duduk, belajar, istirahat, belajar lalu pulang di sore harinya. Cuaca terasa mendung akan hujan, aku segera pulang dengan jalan yang basah oleh hujan.

TRINGGG DUARR

Seketika seakan déjà vu aku tergelincir, terjatuh dari motor.

"AH…..!"

Sebuah truk dengan arah berlawanan menabrak ku.

TRINGGG TRINGG

"AHHH!!" Aku terbagun dengan rasa amat terkejut "Ta-tadi mimpi?"

Aku terbagun dengan suasana kamar di pagi hari, sebuah foto keluarga di samping meja belajar, lampu tidur, lemari semuanya masih tersusun rapi, seketika aku tersadar dengan alarm hp yang terus bergetar.

"Ha-hanya mimpi…" Gumamku merasa ragu, jika mimpi seakan sangat nyata.

Jam menunjukkan Kamis pukul 5:50, aku bergegas bersiap-siap untuk pergi sekolah bayang-bayang mimpi ini terus menghantui ku.

TOK TOK TOK

"Silakan masuk." Ucap ku sepontan, rasanya sangat aneh menggunakan kata-kata baku ini tapi entah mengapa aku seperti terbiasa mengucapkannya.

"Udah bangun? Cepat turun sarapan." Ucap Ibu, hubungan ku dengan nya tidak begitu dekat tapi entah mengapa melihatnya serasa ingin meneteskan air mata "Eh! Kok bengong ajah cepat sarapan nanti telat loh!"

"Iyah."

Di meja makan ayah, ibu, dan kakak sedang sarapan, sangat jarang ini terjadi biasanya semuanya sibuk dengan urusan mereka masing masing. Suasana hangat ini membuat ku nyaman dan berharap tidak menghilang dengan cepat.

"Sebentar lagi, biarkan seperti ini lebih lama lagi…" Gumamku tersenyum menikmati sarapan, terkadang kami mengobrol ringan dan bercanda gurau.

"Kamu dari mana ajah sih Gas?" Ucap kakak perempuan ku.

"Ah? Emang aku dari mana?" aku merasa bingung dengan pertanyaan yang dilontarkannya.

"Disini ajah yah temenin ibu."

"Ayah janji akan lebih banyak meluangkan waktu dengan adik."

"Ah? Aku kan disini ajah?" Ucap ku risau, rasa yang tidak tenang ini terus berdatangan.

Aku berdiri dari kursi dan melihat sekeliling bisikan bisikan mereka yang terus berulang-ulang lama-kelamaan menjadi mendengung di telinga ku..

"Iyah disini ajah ya dek."

"Jangan pergi-pergi lagi."

"Nemenin Ayah ya."

"Dek."

"Gas…"

"Loh mau pergi kemana dek?"

Mereka semua terus menatap melihatku dengan mata kosong, tanpa disadari aku terus menjauh menjaga jarak tidak sengaja kaki ku tersandung terjatuh ke lantai. Dengan anehnya suasana ruang makan berubah sekarang aku kembali terbangun di jalan basa dengan mobil truk yang akan menabrak ku lagi.

"AHHH….!"

TRINGGG TRINGG

Aku terbagun untuk sekian kalianya dikamar dengan keadaan basa kuyup, seketika aku sadar semua ini hanya mimpi belakang. Suasana kamar di pagi hari, sebuah foto keluarga di samping meja belajar, lampu tidur, lemari semuanya masih tersusun rapi, alarm hp yang terus bergetar. Semua kejadian yang sama terus berulang.

"Kamis jam 5:50 pagi?!"

Aku mulai merasa janggal dengan ini semua, kejadian-kejadian yang terus berulang-ulang menyiksa ku. Aku keluar dari kamar dengan baju tidur basa kuyup, kini rumah terasa sangat sepi dan gelap tidak ada lampu yang dinyalakan. Ruang makan pun terlihat sangat dingin tidak ada aktivitas yang terjadi.

"Ibu? Ayah? Kak?" Ucap ku pelan berjalan memeriksa setiap ruangan namun tidak ada seorangpun yang ku temui.

Dengan keadaan remang-remang aku terus berjalan berkeliling.

"AYAH!"

"IBU!"

"KAKAK!"

Teriakan ku seakan bergema, beberapa menit aku frustasi mulai lelah dengan semua keadaan yang terjadi. Aku meringkuk istirahat sejenak ketakutan diriku terus berdatangan.

"Ini mimpi lagi kah?" Air mata ini berjatuhan, aku menutup wajahku dengan tangan berharap ini semua selesai.

Ting Ting Ting

Suara alat kesehatan EKG terdengar dari balik pintu keluar rumah, aku berdiri mendekati sumber suara tersebut. Ketika ku membuka sekilas.

Seorang anak laki-laki tertidur di kasur rumah sakit, tangannya di infus, selang oksigen yang tidak pernah terlepas di badannya, dia terbaring lemah dengan perban yang masih membungkus luka.

Di sisi kasur seorang perempuan membelakangi ku dia terlihat menanggis memegang erat tangan anak laki-laki tersebut.

"Dek... Sehat-sehat terus ya, dimanapun kamu ibu akan selalu bersamamu."

"Maafin ibu tidak bisa menjadi ibu yang sempurna."

"Bagun ya ibu sanggat merindukan adek…"

Aku terdiam sejenak melihat apa yang terjadi.

"Selama ini aku…" Air mata ini seakan sulit untuk dibendung.

"I-Ibu…"

Rasanya aku sangat ingin memeluknya mengabarinya bahwa aku baik-baik saja, ketika kakiku melangkah memasuki kamar rumah sakit, tiba-tiba diri sebuah bayangan gelap menarik mundur tersedot jatuh ke dalam kegelapan.

"IBU! IBU! TUNGGU!"

Teriak ku mencoba meraih kembali pintu rumah sakit namun jarak pintu itu seakan terus menjauhi diri ku, namun samar-samar aku melihat ibu berbalik ke arahku.

"IBU! MAAF AK-"

Dadaku terasa sangat sesak seketika aku terbagun Kembali di kamar mewah ku dengan tirai kasur masih tertutup rapat. Aku terduduk dengan air mata tanpa henti membasahi wajahku.

"Aku…"

Sayup-sayup terdengar pintu yang terbuka, seorang pelayan membuka tirai jendela hingga cahaya memasuki ruangan.

"OH! TU-TUAN MUDA." Ucap pelayan Wanita, segera dia memanggil seorang dokter.

Aku hanya terdiam mengingat mimpi yang masih terbekas jelas di bayanganku.

Beberapa menit kemudian seorang dokter memeriksa ku, dia kelihatan sangat terkejut.

"Tuan Muda lebih baik anda berbaring menunggu luka anda sembuh total." Dia mengarahkanku untuk kembali berbaring "Luka di perut anda bisa terbuka Kembali."

Benar saja aku melihat baju tidurku mulai basa dengan darah, bahkan tubuhku tidak terasa sakit sama sekali.

"I-ibu…" Gumamku.

"Maksud ada Duke Han?" Ucap dokter itu mendengar gumaman ku yang mengira aku memanggil seorang 'Ayah' "Tuan Han sedang berada di kantor beliau berangkat subuh karena ada urusan mendadak tapi tenang saja saya sudah mengabari kalau Tuan Muda sudah siuman."

"Ah… iya."

Aku terbangun kembali menjadi Tuan Muda Zafia.