"Selamat datang! pentas seni teater! Nyoya-nyoya dan Tuan-Tuan yang terhormat silahkan mampir ke pentas seni kami!" Seorang anak-anak dengan lembaran poster mempromosikan pentas seni mereka "KISAH CINTA TRAGIS! ROMEO DAN JULIET!"
Lapangan rerumputan ini seketika berubah menjadi panggung seni mega dengan properti teater yang sudah tersusun rapi, beratapkan langit gelap beralasan rumput rindang. Detektif Edwin dan para tentara lain sedang sibuk berkeliling mencari letak bom yang dikatakan.
"Ah sial aku tidak mengira jika panggung seni seluas ini!" Gumam Detektif Edwin sudah hampir 4 jam memeriksa sekeliling panggung mulai dari gudang bawah panggung setiap sisi papan hingga sampai ke setiap property tersimpan yang akan digunakan namun tidak ada hasil.
"Tuan sedang apa mereka? Teater akan segera dimulai." Ucap kedua pekerja disana.
"Mereka keamanan sedang memeriksa panggung."
"Emangnya ada masalah apa, Tuan?"
"Entah lah mereka tidak memberi tahu, mungkin hanya pemeriksaan biasa."
Langit yang mulai gelap dengan lampu-lampu menghiasi malam, keadaan Detektif Edwin menjadi lebih kacau dari sebelumnya. Pentas Teater dengan para pemain sudah berada di atas panggung, acara akan segera dimulai.
"EDWIN!" Ucap Detektif Gren datang menghampiri dia kelihatan tergesa-gesa, menceritakan kejanggalan yang terjadi.
"AH?! Beruntungnya kita bom itu membeku di es. Jika saja tidak hanya tersisah sedikit waktu bom itu di nonaktifkan." Muka detektif itu berubah menjadi pucat "Kemungkinan waktu yang tersisa kurang dari 15 menit…"
Mendengar ucapan detektif itu, pasukan keamanan menyarankan untuk melakukan evakuasi segera namun sayang nya para pengunjung datang dengan sangat ramai hingga sulit di lakukan evakuasi.
Hingga terjadi perdebatan yang cukup lama, diputuskan untuk mengevakuasi terlebih dahulu sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah. Para keamanan lain meminta teater untuk dibatalkan tanpa alasan yang jelas tentu saja hal ini membuat banyak orang bertanya,
"HAH? MEREKA GILA?! BAGAIMANA BISA!" Ucap salah satu pekerja teater yang menolak keras permintaan para keamanan "Bagaimana bisa teater sudah dimulai siapa sebenarnya mereka?!"
Tangan detektif itu tidak bisa berhenti sedetikpun dia terus bolak balik mengelilingi panggung selagi negosiasi antara kedua pihak, beberapa saat dia melihat cela-cela kayu dengan kaca pembesarnya, namun tidak ada hasil yang didapatkannya.
"APAAN?! APA POLISI ITU AKAN MEMBAYAR KERUGIAN KITA?!!"
"SEMUA PERIZINAN SUDAH KAMI LAKSANAKAN! DAN TIDAK ADA YANG SALAH DI SANA!"
Di ujung panggung teater yang sedang berlangsung mereka saling berdebat untuk menghentikan teater ini, namun ditolak keras oleh para penyelenggara yang tidak mau rugi.
"CEPAT BUBARKAN! ADA KESALAHAN DALAM TEATER INI!"
"SEGERA BUBAR!"
"Ada apa di sana? Kenapa ribut sekali?"
Penonton lain tidak menghiraukan para keamanan yang sedang sibuk memberi arahan menjauh dari panggung.
"KAU! TIDAK PANTAS BERSAMA PUTRI KU" Seorang pemeran raja dengan wajah yang berwibawa, tua berkeriput "KELUAR DARI ISTANA KU! ROMEO!"
"JULIET! Aku hanya lah seorang laki-laki biasa yang tidak memiliki status sosial tapi ketulusan hati ku padamu bagaikan air di Samudra." Laki-laki berambut emas beraut wajah tegas dan tampan "Tunggu aku JULIET! Aku akan memberikan cincin berlian sebagai rasa cinta ku!"
"Oh Romeo aku akan selalu menunggu mu hingga ujung waktu ku!" Juliet menangis sedih dibawah pohon dia menulis puisi kerinduan kepada kekasihnya.
Detektif Edwin terpaku sejenak melihat di atas panggung. Dia terus bergumam bolak-balik mengenai bom yang diletakkan bawah panggung pentas seni.
"OH MY LORD! Bom itu bukan berada di bawah panggung pentas seni!" Ucapnya terkejut berlari ke atas panggung "Benda itu memang diletakkan di bawah panggung, tapi ketika pentas diadakan…"
Detektif Edwin berlari ke atas panggung melewati kedua pihak yang sedang berdebat, dia masuk begitu saja berkeliling dengan tingkahnya yang sangat mencolok.
Adegan drama sedang berlangsung, Juliet yang sedang terduduk menangis di bawah pohon apple membuat puisi indah kepada sang kekasih tentu saja dengan kedatangan Detektif Edwin hampir menghancurkan teater yang sedang berlangsung. Si Juliet yang malang hanya melihatnya dengan rasa bingung meminta pekerja lain untuk mengusirnya. Para penonton hanya melihat berbisik mengujingnya.
"Tu-tuan? Sedang apa? Anda merusak pentas ku!" gumam Si Juliet dengan rasa kesal.
"Dimana! Dimana!" Detektif Edwin yang tergesa-gesa berkeliling mengecek properti Teater satu per satu.
"Apanya?!"
"Dimana Properti yang disimpan di bawah panggung? Sial bukan ini! Bukan ! Ini? Juga bukan!"
"Hah? Mungkin kotak kayu sana?" tunjuk si Juliet bergumam kesal mencoba mengembalikan suasana "Oh anda merupakan utusan ayah ku?! Ambil saja kotak kotak itu aku sudah Lelah dengan semua peraturan kerajaan ini…"
"Oh apakah dia kurir?" Gumam salah satu penonton "Aneh banget aktingnya."
Benar saja kotak kayu dengan sambungan paku itu berisikan sebuah bom. Detektif Edwin dengan cepat menjauhkan bom itu dari keramaian dengan waktu yang tersisah 1 menit.
"SIAL! SIAL!" Gumam Detektif Edwin, karena festival diadakan tengah kota sehingga tidak ada tempat yang sepi untuk meminimalisir ledakan yang terjadi.
"Kemari Edwin!" Ucap Knight Johans Kzial yang sedang bertugas.
Hingga tersisa 10 detik bom itu terjebak sihir kubus gedap udara yang dilakukan Knight Johans Kzial, untungnya sihir dari kubus kedap suara meminimalisir kerusakan.
TEKBOOOOOMMMMMM
Bahkan dinding yang kedap udara itu rusak dan pecah di langit langit, kedua detektif itu terduduk lelah dengan pengalaman mereka yang hampir jadi abu. Tidak banyak orang yang menyadari suara keras itu dikarenakan tersamar oleh music yang sedang beralun.
"Terimakasih Tua-Knight Johans Kzial?!" Ucap Detektif Edwin terkejut dan meliriknya sinis "Bagaimana… anda bisa.."
"Aku hanya kebetulan lewat saja, jangan berpikir negatif tentangku Edwin hahaha…." Ucapnya masih bisa tersenyum melihat teman detektifnya "Apa yang barusan terjadi? Itu adalah Bom?"
"Seperti apa yang anda lihat." Ucap Detektif Edwin ketus padanya.
"Bukan ini sangat berbahaya! Kenapa tidak dibatalkan saja pentasnya?"
"Dan membuat masyarakat panik lalu festival dihentikan permanen?"
"Tapi ini semua demi keselamatan masyarakat juga bukan, ditambah kau tidak bekerjasama dengan tentara Knight khusus. Bagaimana bisa kau mengetahui ada ancaman pengeboman"
"Duke Han yang memberi perintah untuk ku, harusnya Knight sadar diri kenapa Tuan kalian tidak mempercayai kalian untuk melakukan ini semua. Alih-alih meminta bantu seorang Pasukan khusus keamanan Zafia beliau lebih memilih seorang detektif untuk melakukannya?"
Mendengar ucapan Detektif Edwin, Knight Johans hanya terdiam dan tidak melawan perkataannya, akhirnya kedua detektif itu bisa beristirahat dengan tenang mereka berjalan-jalan festival sejenak kemudian pulang kembali ke kantor mereka.
"Kamu kelihatan tidak puas Edwin?"
"Tentu saja, sekarang kasus apa yang akan kita hadapi sesuatu yang sangat besar akan terjadi." Gumamnya berbaring di atas sofa "Nama kita tidak akan muncul dalam berita, sebagai pahlawan, penyelamat, atau bahkan julukan seperti detektif agung sebagainya menjadi seorang dalam bayang-bayang sungguh tidak menyenangkan ya… tidak ada lampu flash dari kamera wartawan…"
Rain terbaring di atas altar yang penuh darah, dadanya tertancap sebuah pisau tajam berambut perak mengkilap dipenuhi bercak merah darah. Duke Han dikawal oleh Count Diandra Wentz dan Marquess Felix Andreas untuk menyergap Earl, semua raut wajah mereka seketika berubah amarah. Earl yang tidak bisa berbuat banyak dia hanya mencoba membela diri dengan mengatakan bahwa Rain adalah seorang monster iblis dan mencoba bernegosiasi terkait informasi rahasia.
"DIA-DIA ADALAH MONSTER! IBLIS! KALIAN HARUS PERCAYA PADA KU! IBLIS!" Teriaknya mencoba melawan tentara yang menangkapnya "DI-DIA IBLIS! IBLIS! DIA MELAKUKAN SIHIR KEMAT-"
"KAU! BERHENTI OMONG KOSONG!"
"PER-PERCAYA PADA KU IBLIS ITU! IBLIS HANYA MEMILIKI WU-"
"TUTUP MULUTMU! KAU YANG AKAN MATI DI TANGAN KU!" Duke Han terlihat sangat murka melihat kondisi Rain berbaring dengan darah di sekujur tubuhnya.
"TU-TUAN KU AKU-AKU BISA-"
"BAWA DIA KELUAR! TIDAK ADA YANG PERLU KAU BICARAKAN!!" Semua orang di ruangan itu hanya bisa terdiam melihat Duke Han yang sedang murka.
"Maaf Rain, kamu harus menunggu lama." Ucap Duke Han menghampirinya, memeluknya dan mengobati nya dengan rasa amarah yang bercampur kesedihan.
"Bertahanlah… kumohon bertahanlah."
"Jangan pergi lagi…"
"Maafkan Ayah…"
Para tentara mengevakuasi jasad anak-anak yang berada di ruangan, semua anak-anak yang diculik dibebaskan dan diberikan ke panti sosial sedangkan semua penjaga tempat penjara khusus ini ditangkap atas dasar penghinaan.
Seketika wartawan memenuhi kantor pasukan Marquess daerah Artur, berita dengan cepat memenuhi surat kabar "PENCULIKAN DAN PERINGATAN EARL VERDENRIK!" hingga sampai ke telinga Raja Agasthya.