Azizah dan Radit terus saja berbicara tanpa menghiraukan keberadaan Alvi, sadar bahwa keberadaannya tak dianggap pun Alvi memilih untuk pulang. "Zah, gue pulang aja ya sakit hati gue nggk loe anggep." ucap Alvi seraya keluar dari ruangan Azizah. Selang beberapa menit dokter pun datang untuk memeriksa keadaan Azizah. "Permisi, saya mau memeriksa keadaan pasien." ucap sang dokter. "Silahkan dok." ucap Radit mempersilahkan. "Gimana keadaannya nak Azizah? ada keluhan atau apa?" tanya sang dokter. "Tidak dok, untuk saat ini saya tidak merasa ada keluhan apapun." jawab Azizah. "Tetep makan yang teratur ya, juga obatnya diminum tepat waktu biar cepat sembuh." nasihat sang dokter sedangkan Azizah hanya membalasnya dengan senyuman. "Apa bisa saya bicara dengan keluarga pasien?" tanya dokter pada Radit. "Maaf dok, orang tua Azizah sedang keluar dengan Bunda saya. Kalau dokter ada yang penting bisa bicara dengan saya, nanti saya sampaikan pada orang tua Azizah." jelas Radit. "Baiklah, kita bicara diluar saja." ucap sang dokter seraya keluar kamar. "Aku tinggal sebentar ya, tunggu bentar aja aku nggk lama." pamit Radit yang diangguki Azizah.
Setelah keluar dari kamar rawat Azizah, dokter pun menjelaskan keadaan Azizah. "Jadi begini, keadaan nak Azizah tidak sebaik kelihatannya. Ada pendarahan di pembuluh otaknya, kemungkinan dia akan mengalami koma ataupun kematian jika dia tidak bisa bertahan dengan keadaannya." jelas sang dokter. "Terus apa yang harus dilakukan agar Azizah bisa selamat dok?" tanya Radit antusias. "Untuk saat ini kita hanya perlu berdo'a agar Azizah bisa tetap bertahan dengan keadaannya." jawab sang dokter. "Kalau begitu saya pamit dulu karena masih ada banyak pasien lainnya." pamit sang dokter. "Terima kasih dok." ucap Radit dan segera kembali masuk ke kamar Azizah. "Gimana? apa kata dokternya?" tanya Azizah penasaran. "Katanya kamu baik-baik aja, nggk boleh telat makan juga minum obatnya." ucap Radit bohong. 'Maafin aku Zah, aku nggk bisa jujur sama kamu. Aku nggk mau kamu sedih, dan aku juga nggk mau kamu drop lagi karena kefikiran sama keadaan kamu.' batin Radit.
"Permisi, sudah saatnya makan siang untuk pasien." ucap seorang perawat yang masuk membawa nampan berisi makanan dan obat untuk Azizah konsumsi. "Makasih sus." ucap Radit seraya mengambil nampan dari sang perawat. "Sama-sama, kalau begitu saya tinggal dulu." pamit sang perawat dengan sopan, Radit dan Azizah menanggapinya dengan senyuman. Setelah kepergian perawat itu, Radit mulai menyuapi Azizah dengan tulus. "Sini aku suapin aja ya, buka mulutnya sekarang." ucap Radit. Azizah pun memakan habis makanan yang diberikan Radit, setelah selesai makan Radit pun memberikan obat yang harus diminum Azizah. "Sekarang kamu minum obatnya terus istirahat ya." pinta Radit. "Baiklah, tapi kamu disini aja ya. Kalo perlu nginep aja, aku nggk mau kalo nggk ada kamu disini." ucap Azizah dan diangguki oleh Radit.
Setelah meminum obatnya, Azizah pun mulai mengantuk ditambah lagi dari tadi Radit mengelus lembut kepala Azizah. Rasa kantuknya tak bisa ditahan, Azizah pun tertidur karena pengaruh dari obat yang baru saja diminum. 'semoga kamu kuat sama keadaan kamu sekarang, aku bakal usahain semuanya supaya kamu selamat.' batin Radit. Beberapa menit kemudian orang tua Azizah beserta Bundanya Radit kembali ke kamar Azizah. "Azizah sudah tidur?" tanya Ayahnya Azizah. "Sudah om." jawab Radit. "Kalau gitu kamu pulang aja, biarkan Azizah istirahat." ucap Ayahnya Azizah dengan dingin. "Maaf om sebelumnya, tapi Azizah minta saya buat tetap disini dan juga nginap." jelas Radit dengan kepala menunduk. "Tidak usah, kalau kamh di sini terus bisa-bisa Azizah dalam kesusahan lagi." tegas Ayahnya Azizah. Mendengar itupun Radit ingin melepaskan genggaman Azizah perlahan agar Azizah tidak terbangun, namun nihil genggaman Azizah begitu kuat. "Maaf om, tapi tangan saya sama Azizah nggk bisa dilepas." seru Radit. Dan akhirnya Ayahnya Azizah mencoba untuk melepaskan tangan mereka, Azizah yang merasa terganggu pun akhirnya terbangun dari tidur nyenyaknya. "Ayah ngapain.?" tanya Azizah. "Radit mau pulang nak, masa kamu genggam tangannya kuat banget sampek Ayah nggk bisa lepasinnya." jawab sang Ayah. "Azizah mau Radit nginep disini, nggk papa kan Bun.?" tanya Azizah menatap Bunda Radit namun dengan segera sang Ayah menjawab putrinya. "Nggk bisa nak, Radit sama Bundanya ada urusan penting." ucap sang Ayah meyakinkan putrinya. Sesaat Azizah menatap Radit, sedangkan yang ditatap memberikan senyuman. "Baiklah, Radit bisa pulang." ucap Azizah. Mendengar ucapan putrinya seperti itu, Ayahnya tersenyum bahagia karena ia tak akan melihat wajah orang yang sudah membuat putrinya celaka. "Ya sudah kamu lanjutin tidurnya, Ayah dan Ibu akan mengantar mereka keluar." ucap sang Ayah. Azizah pun mengangguk paham, setelah mencium punggung tangan Bundanya Radit dan segera melanjutkan tidurnya karena pengaruh dari obat tadi.
Setelah keluar dari ruangan Azizah, Radit pun menyampaikan pesan dari dokter Azizah tadi. "Maaf om, tadi ada dokter yang meriksa keadaan Azizah dan menyampaikan pesan. Katanya, Azizah nggk lagi baik-baik aja seperti keliatannya. Ada pendarahan dipembuluh otaknya, kemungkinan dia akan koma atau bahkan kematian." ucap Radit berkaca-kaca. Mendengar itupun sang Ayah terkejut bukan main, sedangkan sang Ibu ambruk pingsan mendengar keadaan putrinya sangat menyedihkan. Dan juga sekarang Bunda Radit menangis histeris. "Ya Allah apa salah putriku, angkat penyakitnya dan berikan saja penyakitnya padaku. Bangun Bu, hiks...hiks.." ucap sang Ayah mencoba membangunkan sang istri. "Maafin Radit om, Radit nggk bisa jagain Azizah kayak amanahnya om." ucap Radit meneteskan air matanya. Ayahnya Azizah tak menghiraukan ucapan Radit dan tetap mencoba membangunkan sang istri, akhirnya sang istri pun bangun dari pingsannya. "Kamu pergi sekarang, saya menyesal mempercayakan putri saya pada kamu." ucap sang Ayah lantang mengusir Radit. "Maafin saya om." ucap Radit menunduk bersalah. Tak menghiraukan ucapan Radit, dan membawa istrinya masuk ke ruangan Azizah. "Sudah nak, kita pulang saja kita berdo'a agar Azizah baik-baik saja.
Skip>>
Malam tiba, saat Ibunya ingin membangunkannya untuk makan malam tiba-tiba Azizah kejang-kejang hingga membuat khawatir kedua orang tuanya. "Nak kamu kenapa? bangun nak." ucap sang Ibu dan Ayahnya pergi memanggil dokter yang menangani Azizah. Tak lama kemudian dokter pun datang dengan beberapa perawat. "Kalian tunggu diluar dulu, biar saya periksa keadaan pasien." ucap sang dokter meminta orang tua Azizah untuk keluar. Orang tua Azizah pun keluar dari ruangan sedangkan dokter memeriksa keadaan Azizah. "Keadaan pasien memburuk dok, detak jantungnya melemah." ucap salah satu perawat. "Pantau terus keadaan pasien, saya akan memberitahu orang tua pasien tentang keadaan anaknya." pinta sang dokter