Acara wisuda pun dimulai dengan khidmat, dimulai dengan sambutan dari salah satu dosen. Hingga tiba saat nama Radit disebut dengan perlakuan istimewa, karena Radit lulus dengan nilai terbaik. Saat nama Radit disebut, Radit pun naik ke panggung dan menerima penghargaan. Selesai Radit menerima penghargaan tersebut, Radit pun turun dan berganti nama Alvi yang disebut. Alvi pun naik ke panggung lalu mengucapkan beberapa kalimat. "Terima kasih semuanya, dan yang paling utama terima kasih untuk pacar aku yang paling cantik Clara. Makasih udah bantuin aku dan udah mau nemenin aku sampai detik ini." Ucap Alvi terlihat sedikit melirik kearah Radit dan tersenyum licik. "Loe nggk akan pernah dapetin Azizah ataupun Clara, dulu loe rebut Azizah dan sekarang nggk akan gue biarin loe dapetin Clara." Batin Alvi tersenyum senang. Setelah itupun Alvi turun dan duduk kembali disamping Clara. Acara wisuda pun berakhir, kini Radit dan sang Bunda berada di halaman kampusnya. Sedangkan Alvi mengajak Clara untuk berfoto bersama merayakan hari wisudanya. "Kenapa setiap gue lihat Clara, rasanya kayak gue lagi lihat Azizah. Rasa yang gue rasain juga sama kayak dulu." Batin Radit. Melihat putranya murung akhirnya sang Bunda mengajak Radit untuk pulang.
Sesampainya di rumah Radit meminta izin pada Bundanya untuk pergi sebentar menemui teman-temannya. Setelah mendapatkan izin pun, Radit langsung menuju kafe yang biasa ia gunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya dulu. Sampai di kafe tujuan, Radit pun mengedarkan pandangannya mencari keberadaan para sahabatnya. Setelah menemukan sahabat-sahabatnya, akhirnya Radit duduk bergabung dengan para sahabatnya. "Gimana kabar loe bro? udah lama nggk ikut kumpul sama kita disini." Ucap Geo. "Iya nih, sejak kejadian 6 tahun lalu loe jarang amat kumpul sama kita." Timpal Reno. "Loe masih galau gitu ditinggal mati sama cewek loe itu? Yaelah kayak nggk ada cewek lain aja yang lebih cantik dari pada dia." Kini Zico yang ikut ambil suara. Karena merasa gadisnya dicela oleh teman-temannya Radit mulai terpancing emosi. "Maksud loe apaan? Nggk ada yang bisa gantiin posisi Azizah. Jadi lebih baik jaga bacot loe." Tekan Radit dengan menarik kerah baju milik Zico. "Maafin gue Dit, gue nggk maksud bikin loe tersinggung. Gue cuma mau loe move on aja dari Azizah, sama kayak dulu loe move on dari si Risa." Ucap Zico menyesal. "Udah jangan pada berantem, dari pada saling tonjok mending kita balap liar kayak dulu aja." Usul Geo. Karena Radit butuh pelampiasan untuk melampiaskan semua emosinya, akhirnya Radit pun mengikuti balap liar untuk pertama kalinya setelah kematian Risa.
Balap liar pun segera akan dimulai, hitungan mundur mulai diucapkan. 3…2….1 mulai.
Radit pun melajukan motornya dengan kecepatan maksimal, karena teringat dengan Clara yang terlihat dekat dengan Alvi akhirnya Radit tidak fokus pada balapannya. Radit mengalami kecelakaan di arena balap, semua temannya pun menghampirinya dan mencoba menolongnya. Dengan segera Radit dilarikan ke rumah sakit terdekat agar segera mendapat pertolongan dari para dokter. Geo pun mencoba untuk menghubungi Bundanya Radit, namun tak bisa tersambung. "Ah apa Bunda lagi ada kerjaan ya, kok tumben nggk bisa dihubungin. Gue kirim pesan aja deh, nanti kalo udah aktif pasti Bunda bakal langsung baca pesannya." Gumam Geo sendiri dan segera mengirim pesan singkat tentang kondisi dan keberadaan Radit sekarang ini. Setelah mengirim pesan, Geo pun kembali ke ruangan dimana Radit dirawat. Dokter keluar dan menginformasikan tentang keadaan Radit. "Gimana keadaan temen saya dok?" tanya Geo. "Keadaan pasien untuk saat ini baik-baik saja, hanya ada luka luar dan tidak membahayakan." Jelas sang dokter. Semua teman Radit pun merasa lega karena mendengar penjelasan dokter.
Mereka semua pun masuk ke dalam menemui Radit yang masih terbaring di ranjangnya. "Maafin gue Dit, nggk seharusnya gue usulin buat balap liar."ucap Geo merasa menyesal karena usulannya membuat Radit mengalami kecelakaan. "Nggk papa, gue aja yang kurang fokus. Sampek gue kecelakaan itu juga kesalahan gue, kalian nggk perlu minta maaf." Ucap Radit. "Maafin gue juga Dit, udah bikin loe emosi tadi." Ucap Zico merasa tak enak karena telah menyinggung masalah kematian Risa dan Azizah. Radit pun hanya diam untuk menanggapi ucapan Zico, karena menurut Radit kali ini Zico sudah keterlaluan. "Ge..tolong panggilin dokter, gue mau pulang hari ini juga. Kasihan Bunda gue sendirian di rumah, nggk ada yang jagain." Ucap Radit pada Geo. Mendengar permintaan dari Radit, Geo pun segera memanggil dokter. Sampainya dokter di ruangan Radit, Radit langsung menyampaikan keinginannya. "Saya mau pulang sekarang, bisakan?" tanya Radit pada dokter. "Bisa kok, lagi pula hanya ada luka luar." Jawab sang dokter.
Dokter pun telah memberikan izin pulang untuk Radit, akhirnya Radit pulang diantar oleh teman-temannya. "Loe nggk papa di rumah sendiri Dit? Bunda loe belum pulang kayaknya masih ada kerjaan diluar." Ucap Geo khawatir karena Radit di rumah hanya sendiri. "Gue nggk papa kok, udah biasa kalo Bunda belum pulang ya gue sendiri aja di rumah ini." Jelas Radit agar teman-temannya tidak khawatir lagi. "Kita tunggu aja ya sampek Bunda loe dateng, nggk tega gue ninggalin loe sendirian." Ucap Geo sedangkan yang lain hanya menangguk mengiyakan ucapan Geo.
Disisi lain, Alvi dan Clara bersenang-senang di salah satu restaurant ternama. "Kamu mau pesen apa sayank?" tanya Alvi. "Samain aja kayak kamu." Jawab Clara singkat. Alvi pun memesan beberapa makanan dan minuman untuknya dan Clara. "Boleh aku tanya sesuatu?" ucap Clara. "Boleh kok, emang mau tanya soal apa?" jawab Alvi. "Siapa cowok yang namanya Radit itu? Kenapa dia panggil aku Azizah?" tanya Clara. "Radit? Kapan kamu ketemu sama dia?" bukannya menjawab Alvi malah balik bertanya. "Kemarin, waktu akum au pulang dari toko buku. Dia manggil aku sama nama Azizah, padahalkan aku Clara. Apa dia bener ya, aku ini Azizah dan bukan Clara?" tanya Clara. "Nggk, kamu itu Clara dan bukan Azizah." Ucap Alvi sedikit gugup. "Kamu beneran nggk lagi bohongin aku kan? Karena aku tau kalo aku ini amnesia gara-gara pernah kecelakaan. Apa mungkin dia salah satu masa lalu aku ya?" tanya Clara yang mencoba mencari kebenarannya. "Aku bilang kamu itu Clara, bukan Azizah." Teriak Alvi karena terpancing emosi. Mendengar bentakan Alvi, mata Clara berkaca-kaca karena ini pertama kalinya ia dibentak oleh seseorang. "Aku mau kita putus." Ucap Clara seraya pergi meninggalkan Alvi yang masih mematung ditempat. "Sial, gue nggk bisa nahan emosi gue. Malah Clara minta putus lagi." Batin Alvi seraya berlari mengejar Clara keluar restaurant.