Hati Radit merasa sesak kala melihat badan Azizah ditempeli segala alat medis, melihat Azizah terbaring lemah tak sadarkan diri bagaikan tamparan yang sangat kuat. Dalam keadaan seperti ini bahkan Radit tidak bisa berada di dekat Azizah, berkali-kali ia diusir oleh kedua orang tua Azizah. Akhirnya Radit memutuskan untuk pulang karena tidak ingin membuat kegaduhan di rumah sakit. Selama di perjalanan Radit hanya memikirkan nasib Azizah yang malang karena kebodohannya, merasa bersalah pun tak ada gunanya karena semua sudah terjadi. Bahkan hingga sampai di rumah pun Radit tak menghiraukan pertanyaan sang Bunda yang menanyakan keberadaan Azizah dan penampilan anaknya yang tak karuan. "Nak, apa Azizah sudah pulang.? Kamu antar kan.?" Tanya sang Bunda tanpa respon sang putra. Sang Bunda merasa khawatir karena melihat putranya yang tak berhenti menangis. "Kamu ini kenapa kok baru dateng udah nangis aja.?" Tanya sang Bunda khawatir. "Azizah kecelakaan Bund, dia ketabrak truk.. hiks..hiks.." ucap Radit terisak mengingat kebodohannya yang membuat Azizah tersinggung. Melihat putranya dengan keadaan kacau dan tubuh yang belum stabil membuat sang Bunda merasa bingung dan khawatir. "Kamu mending istirahat dulu ya, besok kita jenguk Azizah semoga dia baik-baik aja." Ucap sang Bunda menghibur Radit. Radit pun langsung masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam, ia tidak ingin diganggu siapapun.
Radit merasa sangat terpukul, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menangis dan memeluk bingkai foto Azizah bersamanya. "Maafin gue Zah, gue nggk becus jagain loe." Ucap Radit dalam tangisannya. Karena lelah menangis, akhirnya Radit pun tertidur dengan memeluk bingkai foto Azizah. Di tengah malam Radit terbangun, ia memutuskan untuk sholat tahajud. Meminta pada Tuhan-Nya agar menyelamatkan hidup Azizah, setelah menunaikan sholat tahajud Radit kembali mengambil bingkai foto Azizah dan memeluknya. "Semoga loe baik-baik aja, karena gue nggk sanggup loe tinggalin." Gumam Radit tanpa berhenti menangis. "Lebih baik gue tidur, karena besok pagi gue sama Bunda akan jenguk loe." Lanjutnya. Dan akhirnya Radit melanjutkan tidurnya dan tak lupa tetap setia memeluk bingkai foto yang sama.
Pagi pun tiba, Radit dengan semangatnya bersiap-siap untuk menjenguk Azizah. "Bundaa, Radit udah siap kita berangkat sekarang aja." Teriak Radit memanggil Bundanya. "Bentar nak, kita juga harus bawa sesuatu buat Azizah. Seenggaknya parsel buah atau apa gitu." Ucap sang Bunda. "Parsel buah aja Bun, simple." Ucap Radit dan diangguki oleh sang Bunda.
Skip>>
Saat diperjalanan, Radit pun berhenti di salah satu toko buah untuk membeli parsel buah. Setelah membeli parsel buah, Radit pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena tidak sabar ingin bertemu dengan Azizah. "Pelan aja sayank, jangan sampek kita celaka." Nasihat sang Bunda. Sesampainya di rumah sakit, Radit langsung menuju kamar dimana Azizah dirawat. "Assalamu'alaikum." Ucap Bunda dan Radit bersamaan. "Wa'alaikumussalam." Jawab Ibu dan Ayah Azizah. "Gimana keadaan Azizah pak.? Apa ada kemajuan.?" Tanya Bunda Radit. "Sampai saat ini dia masih stabil, tapi kalau sampai siang nanti dia tak sadarkan diri maka dia dalam bahaya." Jelas Ayah Azizah. Mendengar itu Radit kembali merasa sangat bersalah, mengingat kesalahannya kemarin yang berakibat fatal.
Sampai siang mereka berempat masih menunggu kesadaran Azizah, namun tak kunjung ada tanda-tanda kesadaran dari Azizah. "Aku mohon sadar Zah, aku janji ini akan jadi terakhir kali aku buat kamu menderita." Batin Radit. Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya Azizah sadar dari tidurnya yang cukup lama. "Alhamdulillah Ayaah, anak kita sadar juga." Teriak sang Ibu memanggil suaminya. Semuanya pun mendekat menuju brankar Azizah. "Gimana sayank, apa masih sakit.? Yang mana nak yang sakit bilang ke Ayah." Ucap sang Ayah menggenggam tangan putri kesayangannya. "Aku nggk papa Yah, nggk ada yang sakit juga kan aku kuat. Putri kesayangan Ayah ini selalu kuat, dan nggk boleh lemah." Jawab Azizah tersenyum. Sekarang tatapan Azizah tertuju pada Radit yang sudah menangis, Azizah tersenyum padanya. "Kamu kenapa nangis, aku nggk papa kok." Ucap Azizah menenangkan Radit. "Ayah, Ibu, Bunda.. apa Azizah boleh bicara berdua sama Radit sebentar aja." Pinta Azizah dan semuanya mengangguk keluar dari kamar Azizah. "Hey, kamu ngapain disana. Sini duduk samping aku, apa kamu nggk kangen aku.?" Ucap Azizah dan Radit pun hanya menurutinya. "Nggk usah difikirin, aku udah nggk papa kok aku udah sehat." Ucap Azizah dengan wajah yang masih sangat pucat. Mendengar itu bukannya senang, Radit malah menangis karena masih merasa bersalah pada Azizah. "Maafin aku, harusnya kemarin itu aku kejar dan antar pulang kamu. Tapi aku malah diem di rumah kayak orang bodoh, hingga Ibu kamu telfon buat nanya keberadaan kamu." Ucap Radit tersedu-sedu. "Udah nggk usah di inget lagi, akunya nggk papa kok." Balas Azizah.
Sedangkan disisi lain, Nela sudah mendengar kabar kecelakaan Azizah. Nela merasa sangat bahagia mendengarnya, karena tanpa ia melakukan apa-apa untuk mencelakai Azizah semesta seakan membantunya. "Gue harus buat rencana biar Radit dan Azizah putus hubungan." Gumam Nela. Nela mulai memikirkan rencana agar hubungan Radit dengan Azizah segera hancur, karena ia tidak rela melihat Azizah bahagia bersama Radit. Sampai saat ini Nela belum bisa mengikhlaskan Radit untuk Azizah ataupun pada orang lain. "Gue bakal buat Azizah menderita, kalau perlu Azizah akan gue buat mati. Kalau gue nggk bisa dapetin Radit, orang lain juga nggk boleh termasuk Azizah." Ucap Nela dengan senyum liciknya.
Pov Alvi :
"Ini pasti gara-gara Radit sampai Azizah bisa kecelakaan, gue bakal buat Radit menderita." Gumam Alvi. Sama halnya dengan Nela yang ingin melihat Azizah menderita, Alvi pun menginginkan penderitaan untuk Radit. "Lebih baik gue ke rumah sakit buat nyamperin Azizah, gue khawatir sama dia." Batin Alvi. Alvi pun mengendarai mobilnya dengan membawa buket bunga dan parsel buah juga.
Sedangkan di rumah sakit, terlihat Azizah dan Radit yang sedang bercanda gurau. "Zah, loe udah baikan.?" Tanya Avi di ambang pintu. "Gue baik kayak yang loe liat." Singkat Azizah sedangkan Radit memilih diam. "Ini buat loe Zah, semoga suka." Ucap Alvi menyerahkan barang bawaannya. "Makasih." Ucap Azizah. "Aku pulang dulu ya, semoga kamu cepet sembuh." Ucap Radit pada Azizah. "Dia bakal baik selama gue ada di sampingnya." Ketus Alvi menatap tajam Radit. "Gue butuhnya Radit bukan loe Al." jawab Azizah. "Kamu di sini aja, aku mau kamu temenin aku dulu disini." Sambung Azizah menggenggam erat tangan Radit. "Ya udah aku temenin kamu dulu sampai Ayah dan Ibu kamu datang." Ucap Radit. Mendengar itupun Azizah tersenyum, lain lagi dengan Alvi yang memasang wajah cemburu.