Chereads / Cinta Cowok Dingin / Chapter 20 - Cewek aneh

Chapter 20 - Cewek aneh

Happy Reading

.

.

.

"Eh awas"

Brakkk Prang!

"Aw" rintih seorang wanita yang menabrak Briyan.

"Lo gimana sih udah di bilang awas juga" marah wanita itu sambil memegangi sikunya yang terluka.

"Hah berani-beraninya lo malah marah-marah bukannya minta maaf udah nabrak gue" kesal Briyan yang baru berhasil bangun dari posisi telentang akibat tertumbur tadi.

"Lo gak liat tuh makanan gue tumpah, mana piringnya pecah lagi kaan gue jadi harus ganti rugi" marah wanita itu semakin menjadi-jadi.

"Eh cewek masih untung ya gue gak minta ganti rugi juga sama lo karena nabrak udah gue malah marah-marah lagi lo" kesal Briyan sambil menepuk-nepuk baju dan celananya untuk memberikan dari debu.

"Terus gimana dong huwaaaa" tangis wanita itu terisak-isak masih dengan duduk di lantai, untung saja saat ini kantin belum terlalu ramai karena memang belum waktunya istirahat coba saja jika sudah waktunya istirahat pasti mereka sudah menjadi tontonan satu sekolah.

"Eh eh jangan nangis nanti gue di kira mukul lo lagi" panik Briyan sambil melihat sekitar.

"Huwaaa" tangis wanita itu semakin menjadi-jadi membuat Briyan semakin panik, dari kejauhan Dwi yang sudah melihat kejadiannya dari tadi beranjak untuk menghampiri mereka karena kasihan melihat Briyan yang sudah panik.

"Kenapa?" tanya Dwi sambil menepuk pundak Briyan.

"Gak tau dia yang nabrak gue tapi malah dia yang nangis" adu Briyan seperti anak kecil lalu bersembunyi di balik Dwi.

"Bangun" satu kata Dwi membuat wanita yang tak di ketahui namanya itu berhenti menangis dan spontan mengikuti perintah Dwi.

"Gue udah liat dari tadi, lo lari-lari terus nabrak dia (menunjuk Briyan) terus kenapa lo nangis?" tanya Dwi serius.

"Itu ti-tipan orang" tunjuknya sesenggukan ke arah mangkok dan gelas yang berserakan di lantai.

"Terus? kan tinggal pesan lagi" bingung Dwi.

"Ta-tapi gue udah g-ak punya uang lagi, uang gue udah abis untuk beli makanan itu, sekarang gue harus beli lagi mana mau gantiin piring dengan gelasnya juga" jelas gadis itu sesenggukan.

"Ya tinggal minta sama yang minta tolong sama lo aja" enteng Dwi.

"Hiks hiks ta-tapi" kata-kata gadis itu terpotong.

"Aaaa ribet nih" potong Dwi frustasi sambil menyodorkan uang 100 rb 2 lembar.

"Dah ayok" Dwi menarik Briyan menjauh dari sana meninggal gadis itu yang masih terduduk dilantai.

"Eh eh pelan-pelan woi" keluh Briyan karena kerah bajunya di tarik paksa oleh Dwi.

"Eh itu makanan kita datang tuh" seru Briyan saat melihat Bulek Sri menghampiri mereka.

"Mana mana" girang Dwi otomatis melepaskan tangannya dari kerah baju Briyan.

"Ini mau di taruh dimana disini aja atau tempat tadi?" tanya Bulek Sri menghampiri Dwi yang sudah kegirangan.

"Di sini aja deh Bulek" jawab Dwi cepat agar dia bisa segera melahap makanannya, melihat tingkah Dwi itu membuat Bulek Sri geleng-geleng kepala karena gemas.

Di pintu masuk kantin terlihat sosok laki-laki yang terlihat sama dengan yang kemarin malam memperhatikan Dwi sosok itu sudah memperhatikan Dwi sejak tadi.

"Eh lo ngapain disini? bukannya lo lagi RS ya?" tanya seorang siswa yang mengenal sosok laki-laki yang memperhatikan Dwi, yang ternyata adalah Fian.

Bukannya menjawab Fian malah buru-buru pergi dari tempat itu dengan berjalan tertatih-tatih karena kakinya yang masih sakit.

"Lo liat apa?" tanya Briyan saat melihat Dwi yang tiba-tiba berhenti makan dan melihat ke arah pintu masuk.

Dwi setelah melihat sekitar karena merasa di perhatikan saat tidak menemukan yang hal yang mencurigakan Dwi pun melanjutkan makannya.

"Gak papa" jawab Dwi setelah melihat sekitarnya.

"Ya udah cepat abisin, abis ini kita harus cepat masuk kelas" Briyan mengingatkan Dwi.

"Iya iya bawel" jawab Dwi kesal lalu langsung melahap makanannya.

.

.

.

Tringg tring tring

"Eugg kenyang banget" seru Dwi setelah bersendawa.

"His lo malu-maluin aja Wi" seru Milla yang duduk di samping Dwi.

"Biarin aja lagian cuman lo doang yang dengar" jawab Dwi tak peduli.

"Eh ngomong-ngomong lo dari mana aja sama Briyan kok baru masuk?" tanya Milla penasaran.

"Haduh jangan di tanya" keluh Dwi.

"Emang kenapa?" bingung Milla.

"Bikin kesel tau gak, masa ya tu bocah (nunjuk Briyan) sok-sok an beli motor baru taunya motor butut rongsokan dan akhirnya gue harus dorong motor dong pagi-pagi" keluh Dwi mengadu ke Milla.

"Hahah lo sial banget Wi pagi-pagi, terus terus kok kalian bisa masuk?" tanya Milla masih menertawakan kesialan Dwi.

"Kalau itu rahasia" jawab Dwi tak mau memberitahu Milla.

"His gak asik pelit" keluh Milla pura-pura merajuk.

"Haha makanya jangan ngejekin gue" bukannya merayu Milla, Dwi malah senang karena dapat menertawakan Milla.

"Is jahat lo Wi gue malah di ketawain" dengkus Milla kesal.

"Yee lagian kalo gue kasih tau nanti lo malah ke enakan pagi-pagi santai di rumah bukannya cepat-cepat sekolah" Dwi memberi alasan kenapa dia tidak mau memberi tau kan hal itu kepada Milla.

"His ya udahlah" Milla menyerah karena Dwi sudah mengetahui tujuannya dan hanya di balas senyum mengejek Dwi.

"Oh iya gue lupa mau ngasih tau, Fian masuk RS loh" Milla mengganti topik menjadi kabar Fian.

"Gue tau kok" jawab Dwi lempeng karena memang dia sudah tau keadaan Fian orang dia yang membawa Fian ke RS.

"Lo tau dari mana lo kan baru datang?" tanya Milla curiga.

"Ya ya gue tau aja orang sepanjang jalan banyak yang ngomongin kok" Dwi mencari alasan agar tidak ketahuan, Dwi takut menjadi bahan pembicaraan satu sekolah jadi Dwi memutuskan untuk menutupinya.

"Iya sih Fian kan pentolan di sini jadi wajar aja kalau banyak yang gosipin" Milla merasa alasan Dwi masuk akal dan mempercayainya hal itu membuat Dwi bernafas lega.

"Terus lo tadi iuran berapa?" pertanyaan Milla membuat Dwi bingung.

"Hah iuran apa?" tanya Dwi balik karena tidak paham maksud Milla.

"Eh yang ini lo belum tau ya?" tanya Milla yang di jawab dengan gelengan oleh Dwi.

"Nanti jam 1 abis istirahat kita bakal jenguk Fian" Milla memberi tau Dwi sambil menyalin tugas Dwi.

"Oh gue iuran aja ya, gue gak ikut" Dwi masih trauma akan kena tampar ibu Fian, Dwi juga belum siap secara mental jika harus di maki-maki ibu Fian.

"Eh kenapa? anak kelas sebelah aja banyak yang ikut masa lo enggak sih" bujuk Milla manja.

"Sebenarnya gue lagi gak enak badan" Dwi mencoba mencari alasan lagi agar tidak di paksa ikut.

""Loh kok bisa?" tanya Milla khawatir.

"Gak papa kok cuman gak enak badan aja, jadi nanti gue mau tiduran di UKS kalau kalian pergi" dalam hati Dwi terus-menerus meminta maaf kepada Milla karena telah membohonginya.

"Mau gue temanin gak?" Milla khawatir jika harus meninggalkan Dwi sendirian.

.

.

.

TBC...