Happy Reading
.
.
.
Tok tok tok
"Non bangun non" Bi Minah mencoba membangunkan Dwi.
"Non udah siang loh, ayo cepat bangun nanti terlambat sekolah" panggil Bi Minah lagi saat tidak mendapatkan respon dari Dwi.
"Non saya masuk ya" kata Bi Minah lagi.
"Loh kok di kunci sih" heran Bi Minah karena Dwi memang tidak pernah mengunci pintu kamarnya hal itu membuat Bi Minah khawatir.
Dokkk dok dok
"Non, non kenapa? non" Bi Minah menggedor pintu kamar Dwi dengan kencang karena merasa khawatir akan keadaan Dwi.
"Iya Bi tunggu sebentar" teriak Dwi dari dalam kamar membuat Bi Minah lega.
"Hah iya non" lega Bi Minah.
Clekk
"Kenapa Bi?" tanya Dwi saat membuka pintu sudah dengan seragam sekolah lengkap.
"Loh non udah bangun dari tadi?" heran Bi Minah karena Dwi tidak biasanya bangun sendiri.
"Iya Bi, maaf tadi Dwi lagi di kamar mandi makanya gak dengar Bibi manggil-manggil Dwi" jelas Dwi sambil meminta maaf karena membuat Bi Minah khawatir.
"Iya non gak papa. Oh iya tumben non kunci pintu, kenapa non?" tanya Bi Minah penasaran.
"Gak papa kok Dwi tadi kan lagi mandi jadi Dwi kunci aja" jawab Dwi sambil memasuk-masukan buku kedalam tasnya.
"Ya udah Bibi turun duluan ya non, Bibi mau nyiapin alat makan" izin Bi Minah.
"Iya Bi, Dwi juga bentar lagi turun" jawab Dwi memberi izin.
"Ya udah non kalo gitu Bibi turun duluan ya nanti kalau ada apa-apa panggil aja Bibi ya" kata Bi Minah dengan penuh rasa sayang pada Dwi yang sudah di anggap anaknya itu.
"Siapp komandan" kata Dwi bercanda sambil memberi hormat pada Bi Minah.
"Haha non bisa aja" Bi Minah terkekeh karena tingkah konyol Dwi dan langsung berjalan pergi, sedangkan Dwi yang melihat Bi Minah pergi dengan bahagia juga ikut merasa bahagia karenanya.
"Ah buku biologi gue dimana?" tanya Dwi pada dirinya sendiri yang seakan tersadar.
"Nah ini dia?" Dwi menemukan buku yang di carinya.
"Waktunya makan" katanya dengan gembira.
Tap tap tap
"Bi ada yang mau dibantu?" tanya Dwi sesaat sampai di meja makan dan melihat Bi Minah yang tampak sibuk.
"Gak ada non, non duduk aja dulu" tolak Bi Minah halus.
"Mommy sama Daddy mana Bi?" tanya Dwi heran karena tidak menemukan kedua orang tuanya yang biasanya selalu standby di meja makan pada pagi hari.
"Gak tau non sepertinya belum bangun" jawab Bi Minah menerka-nerka.
"Tumben" heran Dwi.
"Ya udahlah Dwi bangunin Mommy dan Daddy dulu" lanjut Dwi yang langsung meluncur menuju kamar kedua orang tuanya.
"Pagi" teriakan Briyan menghentikan langkah kaki Dwi.
"Ngapain lo kesini?" tanya Dwi jutek.
"Jemput lo lah ngapain lagi" jawab Briyan santai tanpa memperdulikan Dwi dan langsung duduk di meja makan.
"Gue curiga jangan-jangan lo cuman modus doang mau jemput gue padahal niat aslinya mau numpang sarapan, iya kan? ngaku aja deh lo" tuding Dwi pada Briyan.
"Tu lo tau, lagian mana mau gue repot-repot jemput lo kalo gak dapat apa-apa" jawab Briyan sambil mencomot perkedel kentang di atas meja.
"Hais" dengkus Dwi yang langsung berbalik ingin melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda untuk membangunkan Mommy dan Daddy-nya.
"Pagi sayang" saya Atan Daddy Dwi sambil berjalan kearah Dwi dan mengelus kepala Dwi saat melewatinya.
"Daddy baru bangun?" tanya Dwi.
"Iya" jawab Atan singkat sambil duduk di depan meja makan.
"Terus Mommy mana?" tanya Dwi lagi karena tidak dapat menemukan Mommy nya.
"Mommy masih tidur, tapi biarin aja jangan di bangunin kasian Mommy kamu capek" jawab Atan sambil menyendok nasi goreng dan mulai melahapnya.
"Daddy tau gak?" Dwi memberi pertanyaan pada Atan.
"Apa?" tanya Atan.
"Aku belum sarapan karena nungguin Daddy sama Mommy tapi kok bisa-bisanya Daddy makan duluan" omel Dwi sebal.
Uhuk uhuk
"Sini-sini makan nih Daddy ambilin sarapan kamu" mendengar perkataan Dwi membuat Atan tersedak dan langsung buru-buru mengambilkan sarapan untuk Dwi agar anaknya itu tidak merajuk.
Pftt
Bunyi Briyan yang menahan tawanya sampai membuat nasi goreng didalam mulutnya menyembur keluar
"Ih Briyan jorok" kata Dwi makin kesal.
"Hahaha maaf-maaf" Briyan meminta maaf sambil tertawa karena sudah tidak bisa menahannya lagi.
"Kenapa kamu ketawa?" tanya Atan galak tapi tidak membuat Briyan takut.
"Haha gak papa kok om" jawabnya dengan sisa-sisa tawannya.
"Bersihkan mulut kamu" perintah Atan masih dengan mode galak agar Briyan tidak menertawakannya lagi.
"Iya om" jawab Briyan menahan tawanya sambil mengambil tisu untuk membersihkan mulutnya yang belepotan.
"Ini makan perkedelnya sayang" kata Atan penuh kasih sayang pada anaknya.
"Ini udah banyak Dad" protes Dwi.
"Udah makan aja biar cepat besar" kata Atan sambil terus menambah lauk di piring Dwi.
"Udah-udah Dwi udah kenyang" perkataan Dwi menghentikan Atan yang sedang ingin mengambilkan ayam goreng untuk Dwi.
"Ini gak mau?" tanya Atan dengan muka cengo.
"Gak" jawab Dwi singkat padat dan jelas.
Pfttt
"Hahahaha" lagi dan lagi Briyan di buat tertawa oleh tingkah ayah dan anak itu, apalagi saat melihat ekspresi wajah Atan.
"Apa kamu ketawa-ketawa" marah Atan pada Briyan.
"G-gak papa om" jawab Briyan sambil menahan tawanya.
"Wi lo udah selesai kan ayok" lanjut Briyan mencoba kabur.
"Udah kok ayoklah" jawab Dwi cepat lalu langsung berdiri dari duduknya masih dengan mulut yang penuh.
"Eh ini minum dulu" Atan menghentikan Dwi yang ingin mengambil tasnya dengan memberikan segelas susu agar Dwi minum.
"Iya" jawab Dwi yang langsung menyambar susu yang di berikan Daddy-nya.
"Aah" Dwi meminum habis susu yang diberikan ayahnya.
"Pelan-pelan aja belum terlambat kok" khawatir Atan.
"Iya kayak orang kesetanan aja lo" ejek Briyan.
"Sewot aja lo" kesal Dwi bersiap memukul Briyan.
"Udah-udah sana pergi" usir Atan karena merasa risih dengan pertengkaran Dwi dan Briyan.
"Daddy usir aku?" tanya Dwi memelas.
"Enggak, mana mungkin Daddy ngusir kamu yang merupakan anak Daddy satu-satunya" jawab Atan dramatis.
"Huh ya udah Dwi pergi dulu" pamit Dwi dengan muka masam.
"Eh" Atan menghentikan Dwi.
"Apa lagi?" Dwi berbalik dengan kesal.
"Gak salim?" tanya Atan sambil menyodorkan tangannya.
"Ya udah sekarang Dwi pergi" izin Dwi lagi setelah menyalami Daddy-nya.
"Kami pergi dulu om" izin Briyan sambil menyalami Atan.
"Iya hati-hati, jangan ngebut-ngebut, dan tolong jagain Dwi di sekolah ya" kata Atan memberikan wejangan kepada Briyan.
"Siap om saya janji akan mastiin Dwi pulang dalam keadaan aman" janji Briyan pada Atan.
"Apa-apa sih ini" gumang Dwi saat melihat Daddy-nya dan Briyan yang membuat dia seperti akan pergi berperang bukannya pergi sekolah.
"Ayok" Dwi menarik Briyan karena sudah tidak tahan dengan drama yang dimainkan Briyan dan Daddy-nya.
.
.
.
TBC....