Happy Reading
.
.
.
"Gak usah, gue gak papa kok cuman gak enak badan aja tidur bentar juga sembuh jadi lo gak usah khawatir" Dwi menyakinkan Milla agar Milla ikut dengan yang lain menjenguk Fian, dia tidak mau Milla menemaninya karena jika Milla menemaninya dia akan semakin merasa bersalah pada Milla.
"Ya udah deh" Milla berfikir Dwi benar-benar sedang ingin beristirahat dan tidak mau di ganggu jadi dia memutuskan untuk tidak memaksa Dwi.
"Ya udah gue mau bayar iuran dulu" Dwi berdiri ingin menghampiri Dila sang bendahara kelas pemegang keuangan.
"Eh gue aja" larang Milla ikut berdiri ikut berdiri mengikuti Dwi.
"Katanya lo lagi gak enak badan duduk aja nanti nambah sakit, biar gue aja sini kasih gue duitnya" lanjut Milla khawatir akan keadaan Dwi.
"Gak usah gak papa cuman kesitu doang kok" Dwi semakin tak enak hati karena Milla malah menjadi sangat menghawatirkan nya.
"Ih gak papa nanti kalo lo nambah sakit gue malah gak ada teman ghibah" Milla merebut uang di tangan Dwi sambil nyengir kuda lalu langsung pergi tanpa mau mendengarkan protes Dwi.
"Lo sakit?" tanya Briyan yang tiba-tiba sudah muncul di belakang Dwi yang sedang melihat Milla berjalan menjauhinya.
"Gak" jawab Dwi cuek sambil perlahan mulai duduk.
"Terus?" Briyan ikut duduk di depan Dwi.
"Gue takut ketemu Mamanya" jawab Dwi frustasi sambil menyembunyikan wajahnya di atas meja.
"Lo kenal ibunya?" tanya Briyan hati-hati.
"Hah auah gak usah nanya-nanya" Dwi menghelan nafas berat karena frustasi.
"Iya iya" Briyan memilih menyerah karena takut nanti Dwi malah ngamuk, kan bisa berabe.
"Wi udah gue setor duitnya, katanya nanti mau di beliin buah-buahan" kata Milla sambil berjalan menghampiri Dwi dan Briyan dengan mulut penuh sedang mengunyah kue yang entah darimana datangnya.
"Eh kenapa gak ngasih duitnya aja?" tanya Dwi heran.
"Iya kan bisa untuk bantu-bantu bayar biaya RS" kata Briyan menyetujui pendapat Dwi dengan tangan yang menjalar ke arah kue Milla ingin mencicipinya.
"Eh gak bisa duitnya gak seberapa, mana banyak yang receh lagi takutnya orang tua Fian tersinggung gara-gara kita" jawab Milla sambil menepuk tangan Briyan yang sedang mencuil kuenya.
"Aduh" desis Briyan kesakitan.
"Wekkkk" ejek Milla menjulurkan lidahnya ke arah Briyan.
"Iya juga sih mereka kan orang kaya mana mau uang recehan" jawab Dwi yang sudah paham tanpa memperdulikan Milla dan Briyan yang sedang berebut kue.
"Lo dapat dari mana kuenya?" tanya Briyan tak mendengar Dwi dan lebih tertarik dengan kue Milla.
"Ada deh lo gak boleh tau nanti abis" kata Milla mulai berani menjahili Briyan.
"Hais lo kok gitu sih bukannya lo kemarin masih suka sama gue kok cepat banget berubahnya" kesal Briyan karena tak mendapat kue keinginannya.
"Apaan sih kalian berisik banget" kata Dwi yang merasa mulai terganggu.
"Temen lo ni pelit banget" Briyan mengadu pada Dwi.
"Lo juga kek orang gak punya aja kalo mau yang tinggal beli" bukannya membela Briyan yang sudah mengadu padanya Dwi malah memarahinya, hal itu membuat Milla menjulurkan lidahnya mengejek Briyan karena meras Dwi membelanya.
"Tapi kan yang gratis lebih enak" jawab Briyan memelas tidak memperdulikan Milla yang mengejeknya.
"Dasar gak modal" desis Dwi kesal.
"Biarin yang penting perut kenyang" balas Briyan tak tau malu.
Drap drap drap
"Guys Buk Yani gak masuk, gimana kalau sekarang aja jenguk Fian nya" saran Joe setelah sampai di depan kelas.
"Lo tau darimana?" tanya Milla tak yakin, karena yang sedang mereka bicarakan ini adalah Buk Yani yang termasuk guru rajin.
"Iya jangan nyebar hoax lo" kata Agung sambil melemparkan kertas kearah Joe.
"Gue serius tadi Buk Putri ngasih tau gue pas manggil gue ke kantor nya" Joe berusaha menyakinkan teman-temannya.
"Wih beneran nih?" tanya Fatan kurang percaya.
"Iya bener" jawab Joe pasrah.
"Yuk lah gass" teriak Dila si anak paling pendiam di kelas dengan semangat dengan tiba-tiba.
"Woooo ada yang gak sabar ketemu Fian nih'' sorak Agung heboh membuat teman-teman sekelasnya ikut menyoraki Dila, hingga membuat Dila malu.
"Hahahaha" Milla tertawa terbahak-bahak disebelah Dwi membuat Dwi bingung sedangkan Briyan hanya tersenyum karena paham akan situasi.
"Mil kenapa sih?" tanya Dwi penasaran.
"Haha lo gak tau ya?" tanya Milla yang di jawab dengan gelengan kepala oleh Dwi.
"Dila suka sama Fian" Deg jantung Dwi seakan berhenti berdetak.
"Satu sekolah ini juga udah tau dan katanya Dila dekat sama mamah Fian loh" terang Milla dengan jiwa gosipnya yang sudah kambuh.
"De-dekat?" tanya Dwi dengan nafas tercekat karena menahan sesak di dada.
"Iya" jawab Milla ringan tanpa menyadari Dwi yang menahan sakit mendengarnya.
"Lo gak papa?" tanya Briyan yang melihat keadaan Dwi yang tidak baik.
"Eh Dwi lo kenapa?" tanya Milla khawatir.
"G-ak papa kok, terus kok bisa?" tanya Dwi ingin tau lebih jauh walau bisa menyakiti nya.
"Gak papa gimana lo keluar keringat dingin tau gak" Milla tak merespon pertanyaan Dwi dan sibuk mengelap keringat Dwi yang bercucuran.
"Me-mereka pacaran?" tanya Dwi berat.
"Ya ampun Wi keringat lo banyak banget ke UKS aja yuk" ajak Milla tak memperdulikan pertanyaan Dwi.
Brakkk
"JAWAB GUE" teriak Dwi sambil menggebrak meja membuat seluruh isi kelas memperhatikannya.
"Wi lo gak papa?" tanya Milla yang masih syok karena bentakan Dwi.
"Ma-maaf" gumang Dwi pelan lalu berlari pergi meninggalkan kelas dengan mata merah menahan tangis.
"Wi Dwi" panggil Milla mencoba menghentikan Dwi dan bersiap mengejarnya.
"Jangan" Briyan menahan tangan Milla yang berusaha mengejar Dwi.
"Kok jangan sih lo gak liat Dwi kacau gitu" proses Milla tak terima Briyan menghentikan nya mengejar Dwi.
"Biarin dia sendiri dulu, dia butuh waktu untuk nenangin dirinya" jawab Briyan sambil melepaskan pegangan tangannya.
"Sebenarnya ada apa sih?" tanya Milla dengan rasa sedikit kecewa karena Briyan melepaskan pegangan tangannya.
"Gak papa dia cuman butuh waktu sendiri" jawab Briyan sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Dia kenapa sih? gila ya? kasihan banget Milla padahal dia udah baik sama Dwi" bisik-bisik anak kelas saat melihat Dwi membentak Milla.
"Kenapa pada diam ayok katanya mau liat Fian" Briyan berusaha mengalihkan topik karena melihat teman-teman sekelasnya yang sedang bisik-bisik membicarakan Dwi.
"Iya ayok siap-siap pergi kita masih harus beli buah-buahan dulu nanti di jalan" kata Joe membantu Briyan mengalihkan topik karena merasa suasana kelas yang kurang nyaman baginya.
"Eh iya ayok-ayok nanti kita masih ada kuis sama Pak Andre" sahut Milla agar teman-temannya tidak lagi membicarakan hal buruk tentang Dwi.
"Gasslah"
.
.
.
TBC....