Chereads / Cinta Cowok Dingin / Chapter 18 - Gang beruang

Chapter 18 - Gang beruang

Happy Reading

.

.

.

"What" kaget Dwi saat melihat ke arah yang di tunjuk Briyan.

"Gimana keren kan?" tanya Briyan bangga pada kendaraan barunya.

"Prff hahah Vespa pink hahah" tawa Dwi tak terkendali.

"Emangnya kenapa? ini bagus kok malah lebih bagus dari motor si berandalan itu" ucap Briyan songong sambil menepuk-nepuk motornya itu.

"Siapa berandalan?" tanya Dwi setelah tertawa puas.

"Siapa lagi kalo bukan si Dian apa Fidian-fidian itu" jawab Briyan tak jelas membuat Dwi menaikkan alisnya bingung.

"Fian goblok" jawab Dwi setelah mengira-ngira siapa orang yang di maksud Briyan.

"Nah iya dia emang goblok" sahutnya tak tau diri.

"Maksud gue elu yang goblok" jawab Dwi dengan sedikit berteriak.

"Biasa aja kali gak usah ngegas juga, gue tinggal kapok" ancam Briyan yang sudah ambil posisi di motornya.

"Gitu aja marah" ledek Dwi yang langsung naik ke motor Briyan.

"Pakek helm dulu, motor gue masih baru ya kali kena tilang" omel Briyan sambil menyodorkan helm ke Dwi.

"Iya iya bawel nih udah cepat jalan" perintah Dwi.

Tek ketek ketek tek

Suara motor Briyan yang mulai melaju membelah jalanan.

"Cepetan woi lemot amat bisa gak sih bawak motor" teriak Dwi pada Briyan karena suara motor yang cukup keras.

"Ini udah paling cepet kali" teriak Briyan.

"Ya ampun udah jam 06.58 nih bisa telat kita" sewot Dwi yang sedari tadi bolak-balik mengecek jam.

"Iya sabar bentar lagi juga sampe" Briyan menarik lebih dalam gas motornya.

Tek tek brug brug

(anggap aja suara motor mogok ya ◉‿◉)

"Eh eh kenapa nih?" tanya Dwi khawatir.

"Gue juga gak tau kayaknya sih mogok" jawab Briyan sambil mencoba mengecek motor barunya itu.

"Yah gimana sih katanya baru kok udah mogok aja" omel Dwi.

"Ya mana gue tau pas gue beli katanya bagus kok" terang Briyan tak mau disalahkan.

"Ya iyalah semua orang jualan juga mana ada yang buruk-burukin barang dagangannya, harusnya lo cek dulu dong" omel Dwi semakin panjang.

"Terus sekarang gimana udah jam 07.05 nih" panik Dwi saat melihat jam di tangannya.

"Ya mau gimana lagi, terpaksa dorong cari bengkel dulu lah kan gak mungkin ninggalin motor di sini" jawab Briyan sambil mulai mendorong motornya.

"Setau gue disini gak ada bengkel" Dwi mulai mengikuti Briyan.

"Ada satu di dalam gang beruang" kata Briyan sambil berhenti sebentar dan membuka jaket serta helmnya karena merasa panas dan melanjutkan mendorong motornya.

"Gang beruang kan masih jauh" keluh Dwi sambil mulai membantu Briyan mendorong motor dari belakang.

"Ya mau gimana lagi" pasrah Briyan.

"Hah" Dwi menghelan nafas.

.

.

.

"Sayang ayo di makan sarapannya" bujuk Fidia ibu Fian yang sedang menyuapi anaknya itu.

"Ayo dong kamu harus cepat makan biar cepat juga sembuhnya" lanjut Fidia masih berusaha membujuk Fian namun tidak di hiraukan Fian yang hanya sibuk dengan hp nya.

Prak

Fidia melempar hp Fian.

"Apaan sih" marah Fian karena merasa terusik.

"Mama dari tadi bicara sama kamu tapi kamu malah sibuk dengan hp, kamu tau mamah sampai ambil cuti biar bisa jagain kamu tapi kamu malah gak ngehargain mama" marah Fidia.

"Gak ada yang suruh mama cuti kan, biasanya juga kalo aku sakit mamah masih kerja" jawab Fian dingin tanpa memikirkan perasaan mama nya.

"Aaaaaa kamu kenapa sih jahat banget sama mama, mama ini yang lahirin kamu kenapa kamu kayak gini sama mama kenapa kenapaaa" teriak Fidia histeris.

"Kenapa gak dari dulu mama kayak gini, kenapa baru sekarang, kenapa dulu mama nelantarin aku, kenapa mama sekarang pura-pura peduli kenapa mah kenapa" air mata Fian tak dapat terbendung lagi membuat Fidia yang melihat menjadi terdiam merasa bersalah.

"Fi-an mama gak ada maksud nelantarin kamu, waktu itu mama juga lagi kesulitan kamu tau sendiri gimana sikap Papa kamu sama Mama, Mama juga udah berusaha bertahan tapi Papa kamu bawa wanita lain ke rumah" tangis Fidia pecah saat tau anaknya begitu menderita karenanya.

"Terus kenapa harus balik lagi?" tanya Fian sambil mengacak-acak rambutnya frustasi masih dengan air mata yang terus mengalir, buat Fian ini adalah kenangan yang paling menyakitkan dalam hidupnya dia selalu berusaha melupakan kenangan menyakitkan itu tapi malah digagalkan dengan datangnya kembali orang yang menyakiti nya itu.

"Maafin mama sayang, maafin mama, mama pulang untuk kamu, mama sayang sekali sama kamu, mama tau mama salah udah ninggalin kamu, mama menyesal mama mau Nebus kesalahan mama ke kamu" kata Fidia sambil menangis sesenggukan.

"Hiks hiks hiks" isak Briyan menahan tangisnya sambil menyembunyikan mukanya di antara kedua kakinya.

"Maafin mama" Fidia perlahan mulai memeluk Fian yang masih menangis sambil meringkuk.

.

.

.

"Hoss hoss hoss...masih jauh ya?" tanya Dwi yang ngos-ngosan sudah bercucuran keringat karena mengikuti Briyan mendorong motornya.

"Gak kok itu di depan" beri tahu Briyan sambil menunjuk gang tak jauh dari mereka.

"Ayok lebih cepat panas nih" keluh Dwi semakin semangat mendorong motor hingga akhirnya mereka berlarian sambil mendorong motor.

"Hah akhirnya dapat duduk juga" Dwi langsung berlari meninggalkan Briyan yang masih mendorong motor saat melihat tempat duduk.

"Bg tolong cekkin ya tiba-tiba mati tadi saya gak tau kenapa" Briyan berbicara dengan pemilik bengkel.

"Sip bg" kata pemilik bengkel dan langsung mengecek motor Briyan.

"Gimana bg?" tanya Briyan saat melihat montir itu sudah selesai mengecek motornya.

"Wah ini mah rusak parah bg harus ganti mesin" jawab montir itu setelah mengecek keadaan motor Briyan.

"Ya udah ganti aja" jawab Briyan enteng.

"Tapi mahal loh bg apa lagi motor kayak gini udah jarang jadi agak susah juga nyari barangnya" terang montir itu menjelaskan dia sedikit tidak percaya pelanggannya ini bisa membayarnya bagaimana mereka masih SMA dilihat dari seragam yang mereka gunakan.

"Iya gak papa, kira-kira kapan selesainya bg" jawab Briyan tak peduli.

"Kira-kira seminggu lagi deh bg" jawab montir itu.

"Ya udah seminggu lagi saya jemput" setelah mengatakan itu Briyan melihat-lihat sekitarnya mencari Dwi.

Srott srott

"Yah abis" tiba-tiba Dwi muncul es tebu ditangannya.

"Punya gue mana?" tanya Briyan sambil mengadahkan tangannya.

"Beli sendiri" jawab Dwi ngegas.

"Pelit banget lo" cibir Briyan kesal.

"Ya elah cuman es tebu 5 ribu juga, motor butut aja lo benerin masa cuman es tebu 5 ribu gak bisa beli" Dwi membalas cibiran Briyan.

"Eh bukan gue gak bisa beli lo aja pelit udah gue jemput juga gak tau di untung" protes Briyan tak terima.

"Bodo amat lo juga buat gue harus dorong motor panas-panas gini, lagian beli motor yang bagus kek ngapain beli rongsokan gini" Dwi kesal karena Briyan membuatnya harus dorong motor di cuaca panas.

"Yee ini namanya antik tau gak ANTIK" jelas Briyan dengan menekankan kata antik.

"Antik-antik butut iya" balas Dwi lalu melengos meninggalkan Briyan.

"Woi lo mau kemana?" teriak Briyan saat Dwi berjalan menuju keluar gang.

"Sekolah" balas Dwi.

"Tunggu Wi" teriak Briyan sambil berlari mengejar Dwi.

.

.

.

TBC....