Setelah makan di kantin universitas, Renji kembali bertenaga. Dia melayang menebus tembok-tembok beton dan masuk ke kamar Yuki.
Kamar itu kosong, tak ada tanda-tanda barang dipindahkan. Dengan wajah cemberut, kepala Renji menembus pintu lemari.
[ Kopernya masih aman di sini. Apa dia belum kembali dari tadi? ]
"Kemana perginya Yuki? Tidak mungkin 'kan dia masih bersama Hiro? Ah, aku tak mau kembali ke rooptop."
Renji masuk ke kamar Sakura dan bertanya, "Kau melihat Yuki? Aku mencarinya di kamar tapi dia tidak ada."
Sakura menoleh sambil memegang buku pelajaran. "Bukankah kau yang memasuki tubuhnya. Dia membolos hari ini gara-gara ulahmu. Kau tinggalkan di mana dia?"
"Cih! Jangan marah begitu, aku hanya mengajarinya sesuatu. Kau melihat Yuki pulang ke asrama atau tidak?" tanya Renji khawatir.
Sakura menggeleng. "Yuki akan datang kemari, jika dia takut berdua denganmu. Ouh mungkin saja dia pergi tergesa-gesa untuk bekerja."
[ Benar juga. ] pikir Renji. Satu-satunya tempat yang dapat didatangi Yuki hanya toko sayur waktu itu.
Saat itu juga Renji bergegas ke luar dari asrama. Dari atas, lampu-lampu jalanan memperlihatkan aktivitas pejalan kaki di berbagai sudut wilayah. Kebisungan pembicaraan manusia bersama arus lalu lintas dapat didengarnya.
Sambil terbang, matanya ke hulu ke hilir mencari keberadaan Yuki. Di sela-sela gedung gelap, hantu-hantu gentayangan berkeliaran, terkadang terlihat sesak di sekitar manusia.
Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama, Renji sampai di distrik 14 tempat toko sayuran milik bos Yuki.
Renji mengelilingi toko itu, dan berhenti di garasi mobil.
Mobil yang biasa mengangkut kiriman para pelanggan baru saja dihidupkan oleh dua pegawai toko itu.
Renji masuk ke toko dan melihat sekelilingnya.
"Yuki, kau kemana? Kenapa pergi tanpa kabar, bahkan Sakura saja tidak tahu." Renji menggerutu sepanjang terbang melintasi beberapa ruangan. "Jangan-jangan ... bunuh diri karena aku?"
Renji tercengang oleh pemikirannya sendiri.
Renji berhenti di ruang utama toko. Terdapat banyak keranjang sayuran dan makanan dari sayur. Beberapa meja dipenuhi sejumlah pelanggan yang sedang menikmati menu vegetarian.
Matanya melirik berulang kali pada lingkungan sekitarnya. Renji ditampar kebingungan oleh lenyapnya Yuki dari perhatiannya.
Kemudian terdengar salah seorang pegawai sedang bercakap-cakap melalui telepon.
Renji duduk ikut mendengarkan.
"Mobil nomor 2 sedang dipakai Mas Yushimaru untuk mengantar barang. Biasanya dia akan datang sekitar 30 menit lagi."
"Ah, Yushimaru. Yuki mungkin bersama pria itu. Sebaiknya kutunggu sampai dia kembali ke sini." Renji duduk dan kadang mencicipi makanan di toko untuk menghilangkan kebosanannya.
Selama berada di dalam toko, Renji berpindah-pindah posisi. Sesekali melirik pada jam dinding. Waktu sudah berjalan 30 menit seperti yang disebutkan pegawai toko itu, tetapi tak ada tanda-tanda mobil yang dikendarai Yushimaru akan kembali ke toko.
Tak berlangsung lama penantian itu berakhir setelah melihat mobil pickup memasuki bagasi toko. Buru-buru Renji terbang dan memasuki garasi. Namun, yang turun dari mobil bukan Yuki, melainkan pegawai lain.
Pundak Renji jatuh lemas bersamaan ia mendesah.
"Aku salah karena terlalu memaksanya menuruti keinginanku. Niel akan memarahiku jika Yuki kabur dari asrama gara-gara aku merasukinya. Dasar otak bodoh!" Sepanjang perjalanan pulang Renji menggerutu.
"Aroma Yuki sangat harum sekali. Aku merindukannya!"
Renji merasa sepi karena tak melihat dan merasakan aura Yuki. Tak ada yang diganggu dan tak ada yang diajaknya bicara.
Dengan seluruh beban rasa bersalahnya, tubuh Renji berjalan agak berat. "Sebaiknya aku pulang dan meminta alamat Yuki. Mungkin gadis keriting itu pergi ke sana untuk menenangkan diri."
Di hamparan jalan nan luas, lingkungan sekitar begitu sepi lantaran sudah pukul 9.00 lewat. Di kawasan itu memang kadang sepi pejalan kaki termasuk hantu. Karena baru-baru ini terjadi hal ganjil di sekitar distrik 14 sehingga banyak hantu memilih menyembunyikan diri dari manusia.
Ketika terbang rendah dari permukaan aspal, sesuatu berbisik padanya, "Hai ... Hai, Kau!"
Renji berhenti, wajahnya menoleh ke belakang. Dia menemukan hantu sedang bersembunyi di got kecil di tepi jalan.
Hantu itu berpenampilan sangat kotor dan rambutnya berantakan.
Renji tertarik dan mendekat. "Apa yang kau lakukan di sana? Bau sekali!"
"Sepertinya kau hantu baru di kawasan ini. Cepatlah bersembunyi! Aku sering melihat beberapa orang berjubah hitam menangkap hantu di sekitar sini," kata hantu di got.
"Ah, mereka mungkin dari divisi intelijen! Kalau kalian berbuat onar, mereka muncul," celetuk Renji.
Renji celangak-celinguk lalu berkata lagi, "Kemana semua hantu di sini? Jalan ini terlalu sepi."
"Mereka bersembunyi di rumah-rumah penduduk, di basmen-basmen bahkan di saluran air. Kudengar terjadi penculikan terhadap beberapa hantu. Apa kau tidak takut berjalan sendirian? Di sini mencekam," hantu di got itu ikut celangak-celinguk.
Renji menatap bingung, "Bukankah aura kalian yang bikin lingkungan di sini mencekam. Sampai-sampai tidak ada yang mau melewati tempat ini. Kalian sudah membuat jalan di sini menjadi angker."
"Dasar otak udang!" hantu itu mengumpat.
"Apa kau bilang, bicara sekali lagi kutendang wajah jelekmu itu!"
Si hantu got mendesis sebelum akhirnya berjalan ke dalam got meninggalkan Renji meracau sendirian.
<>
Malam berjalan hingga pukul 10.00. Renji berjalan dengan kedua kakinya menelusuri kawasan yang disebut angker oleh manusia. Sekarang jalan itu sangat sepi karena tidak ada hantu usil yang sering mengganggu.
Dalam perjalanan pulang ke asrama, dia mengambil jalan pintas untuk menghemat tenaga.
Suatu ketika, tubuhnya merasakan aura seseorang sedang mengintainya. Renji mempercepat langkah sambil sesekali menoleh ke belakang, pada kesunyian yang masih berlangsung di jalan kecil itu. Tak ada sesiapa, manusia pun tak terlihat. Namun, aura busuk kejahatan menyerah dari arah belakang.
"Apakah ini yang disebut hantu got tadi?" Renji semakin mempercepat kakinya.
Begitu dia menoleh, sekelebat kain hitam menelan tubuhnya, membekapnya. Beruntung Renji sempat menembus aspal dan lolos sebelum dijerat dengan kain hitam aneh itu.
Di dalam aspal yang pengap dan sesak, Renji bersembunyi.
[ Kain itu tidak bisa ditembus. Apakah itu penculik para hantu? ] Hatinya berbicara. Gugup dan takut mulai mendorong dirinya untuk kembali berlari.
Renji tidak bisa menembus tanah terlalu lama karena yang dibutuhkannya adalah energi kehidupan dari tuannya, Yuki.
Beberapa meter dari posisi awal, Renji keluar dengan cepat dan terbang tiga meter dari permukaan jalan.
Tak jauh di belakang, terlihat sosok hitam yang berlari kencang sedang memburu dirinya.
[ Siapa sosok serba hitam itu? Lari orang itu begitu tak masuk akal untuk digolongkan sebagai manusia biasa kecuali dari divisi intelijen. Tapi, tidak mungkin salah satu dari mereka memburuku. Gelang kakiku sebagai budak manusia, masih terpasang, mereka tak mungkin tidak mengenalinya. ] pikir Renji.
Renji menepis anggapannya yang sembrono. Dia berusaha untuk terbang lebih tinggi dan berlari di udara.
Sosok hitam itu masih gigih mengejarnya, berlari sambil membawa kantong hitam.
"Dia pasti manusia."
Setelah mengerahkan tenaga selama 15 menit, gerbang depan universitas Hayakamato nan tinggi, telah terlihat.
Renji meloncat.
Tanpa diduga, sebuah tali merah menjerat kokoh lehernya hingga Renji terperosot jatuh. Langkah demi langkah sosok itu mendekat.
Panik, Renji berusaha memanjat gerbang depan meski tali di lehernya menarik tubuhnya.
Beruntung tim patroli memergoki kejadian itu.
Mereka meloncat dari atas gerbang lalu memotong tali merah di leher Renji. Ketika dipotong tali itu menggeliat bagaikan ular lalu meluncur kembali kepada tuannya yang bersembunyi.
Sosok itu mengintai tim patroli yang sedang membantu Renji.
"Apa yang kau lakukan di luar, Renji?" Keributan terjadi di depan gerbang, beberapa orang dari divisi lain berdatangan melihat keadaan Renji.
Lehernya merah bagaikan berdarah, Renji bangkit dibantu oleh divisi patroli.
"Kau lihat tadi? Wah, aku baru kali ini melihat penculikan di depan mata."
"Renji, kau hantu pertama yang berhasil lolos dari penculik itu. Hantu Pelayan seharusnya berada di asrama. Kau akan dihukum karena melanggar aturan madam Ryio."