Pagi itu Renji terbangun masih dalam tubuh Yuki. Bermimpi hal erotis setelah lama tak memiliki tubuh manusia beginlah jadinya, semuanya tercemar.
"Aaaakkkhhh!!! Gawat, aku mengotori sprainya!"
Saat itu juga segera dibersihkannya tempat tidur. Renji bergegas menggulung sprai yang basah kemudian berlari keluar kamar menuju ruang cuci.
Sprai itu dimasukkan ke mesin cuci kemudian dikeringkan.
"Yuki akan mencibirku dengan lidahnya nan tajam itu. Tak kusangka, tubuhnya banyak sekali mengeluarkan lendir setelah aku bermimpi tadi malam. Jadi begini kerja tubuh wanita."
Senyum lebar di wajah Yuki, menarik perhatian beberapa mahasiswa lain.
Setelah sprai kering di pengering Renji kembali ke kamar. Dia membawa tubuh Yuki berendam di bak mandi besar.
[ AARGGGG!!! KENAPA KAU TIDAK KELUAR JUGA DARI TUBUHKU. KELUAR SEKARANG!!! ] Yuki yang terbangun kini berteriak pada diri sendiri.
"Mengagetkan saja. Aku hanya meminjammu sebenar saja, lagi pula kemarin aku sudah membantu mengambil uang gajimu dari Bosmu!" Renji berbohong. Dia bersikukuh untuk tetap berada di tubuh Yuki.
[ Apa saja yang kau lakukan selama menjadi diriku? ] Tanya Yuki memulai introgasi.
"Ouh, lihat gadis ini. Sungguh tidak berterimakasih. Kalau tidak ada aku, Bosmu tidak akan memberikan gaji itu, mengingat kau sering bolos kerja!" kata Renji.
[ Bi-bisakah kita berdamai? ] tawaran yang selalu diinginkan Renji akhirnya terdengar langsung dari Yuki.
"Baiklah, untuk satu hari ini saja, biarkan aku merasakan hidup seperti manusia lagi, Yuki. Ini sungguh hanya sekali selama menjadi hantu, aku dapat memasuki tubuhmu," Renji berucap begitu bersemangat.
[ Berjanjilah, kau tak akan menggangguku lagi! ] Yuki mengutarakan kesepatakan dengan jelas.
"Untuk hal yang satu itu, aku tak bisa mengiyakannya. Kau tahu sendiri aku di sini sebagai pelayanmu. Yang berarti aku akan tetap berada di dekatmu." Renji memperjelas posisinya.
Setelah melakukan perdebatan panas, Yuki berpura-pura mengalah. Dia ingin melawan setelah berhasil mengendalikan bagian besar tubuhnya.
Setelah mendengar Yuki menyerah, Renji senangnya bukan main. Selesai mandi, dengan bebas, dia pergi mengenakan celana dalam yang seksi dan berlenggak lenggok di depan cermin.
Tentu saja hal itu membuat Yuki jijik melihat dirinya sendiri. [ Kapan aku bisa bebas dari dia. Sialan, Brengsek, hiks hiks. ] Yuki menangis sejadi-jadinya.
"Gadis malang, kau tak akan merasa terbebani jika mengakuiku dan semua yang ada di sini."
Sambil berbincang dengan Yuki, Renji menata rambut Yuki, membuatnya sedikit bergelombang agar terlihat lebih anggun.
Bibir gadis itu disapu dengan lipstik merah muda dan diberi lipglos agar mengkilat dan sedikit berminyak. Alis Yuki juga sedikit di cukur untuk mempertegas wajah cantik Yuki yang tentu saja itu mendapatkan pertentangan keras oleh Yuki.
Polesan bedak menutupi semua pori-pori dan membuat wajahnya tampak lebih cerah.
Setelah berdandan sedemikian rupa, Renji melakukan sentuhan terakhir. Dia menggunakan anting kecil berupa permata putih yang dibelinya di jalan tadi malam.
Diperhatikan dari bagaimana Renji berdandan, pria itu terlihat lebih mirip wanita. Meski sebenarnya, dandanan yang diterapkannya pada wajah Yuki tak lain adalah gambaran wanita yang disenanginya.
Yuki berangkat bersama Sakura dan makan di kantin seperti biasanya.
Setelah mendengar perbincangan hangat seantero sekolah tentang dirinya, Renji semakin buta. Dia ingin lebih merasakan hidup dari tubuh gadis itu.
Usai perkuliahan pertama, Sakura mendapatkan tugas terpisah dari Yuki. Gadis itu pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas individu dari dosen. Yuki seharusnya melakukan hal yang sama. Tetapi karena Renji, dia tak bisa mengerjakan tugas itu.
[ Biarkan aku mengerjakan tugasku, Renji! Mengalahkan sedikit! ] Yuki memohon.
"Kau sebaiknya tidur saja, Yuki. Mengenai soal yang diberikan padamu, aku akan menjawabnya. Otakku lebih pintar darimu!" kata Renji memuji diri sendiri.
[ Kau ingin membawaku kemana? ] Sepanjang jalan Yuki dibuat bingung karena Renji terlihat sedikit genit pada orang-orang. Dia merasa dirinya sedang dipermalukan oleh Renji.
[ "Aku ingin mencoba sesuatu Yuki. Aku ingin melakukannya dengan seorang pria." ]
Naluri ilmiah dari dalam jiwa Renji melebur menjadi satu dengan tubuh Yuki. Sehingga meski Renji tak menyebut apa maksud dari ucapan singkat itu, tubuhnya menjawab. Ada sensasi terbakar dan darahnya berdesir bagai ombak di laut, kelaminnya sudah berdebar-debar.
[ Aku yang memiliki tubuhku sendiri. Aku tak mengijinkan kau mencemarinya. Ini tubuhku! Renji bodoh, keluar sekarang! ] Yuki membentak lagi. Kali ini amarahnya sangat kuat.
Mata Yuki terus menatap pada resleting celana para pria yang berlalu lalang.
[ Aghh mataku, ini gila! Kau sudah terlalu jauh, Renji! ] Emosi membuat Yuki mengambil alih 40% kekuatan tubuh itu.
Yuki bersikeras membawa Renji untuk ke rooptop. Menurutnya Renji harus melihat matahari agar kekuatannya melebur. Dia berencana mengusir Renji dengan cahaya matahari.
[ "Kau mau kemana, Yuki. Aku akan membuatmu merasakan nikmat. Aku tahu tubuhmu belum pernah merasakannya." ] Renji bersikeras untuk tidak menggerakkan satu kaki kiri yang dikuasainya. [ "Hanya sekadar berciuman, biarkan aku mencobanya!" ]
[ Dasar Hantu Mesum! Aku tidak akan pernah menyetujuinya! ] Yuki bersikeras.
[ Aku ingin mencari angin di rooptop. Biarkan aku menikmati ketenangan di sana! ]
Yuki mengendalikan kaki kanan dan menyeret kaki kirinya. Kedua tangan yang berhasil diambil alih olehnya sekarang berusaha menaiki tangga.
Ketika itu seorang senior dari divisi administrasi di dekat tangga sedang lewat dan melihat Yuki.
"Hai, kau baik-baik saja? Apa kau sedang sakit?" tanya orang itu terlihat benar-benar cemas.
Seorang gadis cantik dan seksi seperti Yuki tentu mengundang ketertarikan para pria. Tak sedikit pria yang sudah bermain mata dengannya. Hal itulah yang membuat Yuki makin geram.
Yuki membuka mulutnya nan keras dan kaku karena ditahan oleh Renji. Lalu katanya, "Aku baik ... baik saja. Ha-hanya sedikit le-lah. Ingin men-cari -u-udara segara di-" Dia menunjuk ke atas.
"Ah, Berhati-hatilah, jangan dekat dengan pembatasnya! Nanti kau jatuh. Perlu kuantar?" tawar orang itu.
Renji tersenyum lebar dalam diri Yuki. Wajah Yuki mengangguk, sesaat kemudian menggeleng-geleng.
Terjadi perebutan kekuasaan pada bagian leher hingga wajah. Sehingga memungkinkan menghasilkan kesimpulan yang keliru. Orang itu bingung apakah Yuki menolaknya atau menerima tawarannya.
"Maksudmu apa?" tanya orang itu lagi.
"Ah, maksudku ... Kau baik sekali. Ku-kurasa ... Aku bisa pergi sendiri." Akhirnya Yuki berhasil mengambil alih mulutnya. Dia berbicara sedikit lebih lancar.
Setelah membuang waktu selama 18 menit hanya untuk saling mengambil alih tubuh itu, akhirnya Yuki berhasil membawa tubuhnya ke rooptop.
Renji tentu saja tak tinggal diam. Meski dia merasakan kepuasan Yuki menguasai beberapa bagian tubuh, Renji diam-diam menguasai kaki gadis itu.
Udara segar mengelilingi tubuhnya, menerbangkan rok mini, membelai pantat yang mengenakan celana dalam nan seksi. Rambut nan bergelombang panjang menari-nari bebas. Sinar matahari menghangatkan tubuh Yuki.
"Apakah ini tidak berhasil?" Yuki ragu.
[ "Kau pikir aku takut dengan sinar matahari?" ] tanya Renji dengan nada menyepelekan. [ "Segar sekali. Sudah lama aku tidak berjemur di bawah matahari. Aku sekarang berada di tubuhmu. Tubuhmulah yang melindungiku, Yuki. Gadis ini memang ceroboh!"]
[ Sialan! Mau sampai kapan kau berada di tubuhku? ] tanya Yuki, penuh penekanan.
[ "Sampai kau menyerah untuk pergi dari asrama dan menerimaku sebagai pelayanmu!" ] Setelah berkata begitu Renji merentangkan tangan Yuki, dan wajahnya yang tersenyum menengadah. Membiarkan angin merasuki tiap sudut baju dan pakaian dalamnya nan tipis.
Karena tubuh itu sudah terlalu lama digunakan oleh dua jiwa, akhirnya Yuki melemah. Potensinya untuk menguasai tubuh turun menjadi 10%.
Kini Yuki hanya berupa hati yang mengoceh tak punya kendali pada bagian tubuh mana pun. Dia perlu tidur kembali untuk mengambil alih tubuh itu.
Ketika Renji membuka mata Yuki dan memutar wajah gadis itu, matanya melihat seorang pria tak asing sedang tertidur pulas di meja besar dekat tanaman bunga. Orang itu Hiro.
Maka inilah kesempatan yang ditunggu-tunggu oleh Renji. Dia ingin melanjutkan hasrat seksualnya yang tertunda.