Chereads / MAHARAJA IBLIS / Chapter 2 - Alkisah(2)

Chapter 2 - Alkisah(2)

Novel ini tidak ada kaitannya dengan sejarah dan merupakan fiksi belaka.

Prabu terbangun di pagi hari, namun ada yang berbeda kali ini pintu tak lagi dikunci dengan tertatih-tatih Prabu mulai berjalan keluar dari gubuk dan merasakan sengatan matahari. Betapa terkejutnya Prabu ternyata lingkungan tempat tinggal bandit gunung sudah hampir sama dengan sebuah desa dengan sawah seluas dua hektar dan sekiranya ada 200 penduduk yang tinggal di tempat itu.

Ia kemudian melihat seorang bandit gunung pria mulai mendatanginya, pria itu memiliki karakter yang khas dengan rambut dikuncir, mata sipit, dan mulut yang selalu tersenyum. Bandit itu datang menghampiri Prabu dan memandanginya kemudian berjalan dan memberi isyarat anggukan agar mengikutinya berjalan bersama.

Dalam perjalanan Prabu menyadari betapa teroganisir-nya bandit gunung ini, seakan-akan seperti sebuah desa milik kerajaan. Ia mulai mencoba berkomunikasi dengan bandit gunung yang berjalan bersamanya.

"Jadi tempat apa ini? mau kemana kita?"tanya Prabu penasaran.

Bandit gunung tidak menjawab ia malah memperkenalkan diri.

"Nama-ku Sugeng kau bisa panggil aku bila kau membutuhkan bantuan." ujar Sugeng masih dengan raut wajah tersenyum.

Setelah melewati hamparan sawah yang luas akhirnya mereka sampai ke sebuah gubuk yang lumayan besar dan berbentuk agak bundar, banyak orang keluar-masuk gubuk tersebut. Di dalam terdapat sebuah meja bundar besar dengan sebuah peta diatasnya di depan meja ada Kapten dan beberapa kawanan-nya, nampaknya ruangan ini adalah markas dan ruang diskusi mereka.

Ketika masuk Sugeng menyuruh Prabu tetap diam ditempat sementara ia memanggil kapten, kemudian datanglah sang kapten dengan membawa sebuah kursi.

"Duduk." ucap Saka Yuna.

Prabu kemudian mengikuti arahan dan duduk di atas kursi kelima orang yang sebelumnya ada di depan meja mengerubungi Prabu.

"Aku butuh sebuah kisah!" bentak wanita tadi.

"Baik baik , bila kau memaksa." jawab Prabu

"Awalnya aku ank seorang saudagar Kain tekstil di Jayanegara, namun kemudian...." Prabu terdengar enggan.

"Raja menginginkan adik perempuan ku sebagai salah satu selir, namun ayahku menolak tak lama kemudian disinilah aku, bukan siapa-siapa hanya buronan kerajaan yang kabur dan mengharapkan balas dendam." cerita Prabu kepada semua orang disitu.

"Kau lihat? dia sama dengan kita, aku tak pernah salah!" kapten wanita kemudian tertawa bersama teman-temannya.

"Tenang nak kami semua memiliki nasib yang sama, Sugeng tadi yang membawamu kakaknya dijadikan budak kerajaan untuk membangun gerbang istana, kakaknya tewas di sana dan disinilah dia hahaha." ucap sang kapten.

"Kapten menceritakan kisah orang tanpa izin bukanlah hal yang baik huh." Sugeng mendengus.

"Disini merupakan tempat penampungan bagi semua rakyat terbuang komunitas bandit gunung, berbagi perasaan yang sama dan terbakar dendam, satu tujuan menggulingkan istana. Bagaimana menurutmu?" Kapten berusaha merekrut Prabu.

Prabu memikirkan balas dendamnya, namun kalimat mendiang ayahnya terkenang di kepalanya jangan sampai menjadi seorang bandit kalau ajal belum menjemput. Tetapi Prabu berpikir bahwa ajal telah menjemputnya disaat dia kehilangan keluarganya dia kini tidak lebih dari mayat berjalan, orang buangan.

Setelah setuju dengan tawaran kepala bandit ia diajak berkeliling oleh Sugeng. Pertama, mereka menghampiri kaum petani di sawah Sugeng menjelaskan bahwa mereka adalah para petani yang tanahnya direbut oleh kerajaan mereka terusir dari rumah dan bergabung disini menjadi penyedia makanan dari kaum bandit berjumlah 44 orang. Kedua, kaum rakyat biasa yang biasanya dilatih menjadi mata-mata ataupun menjual barang curian terkadang menjadi bantuan tempur pula bila dibutuhkan mereka berjumlah 57 orang. Ketiga, para bekas tentara yang merasa hak mereka tidak terpenuhi atau yang keluarganya terdampak keputusan jahat raja mereka berjumlah 36 orang merekalah kekuatan tempur utama pasukan bandit. Terakhir kapten dan 38 orang pengikutnya, tidak diketahui asal usulnya nampaknya hal itu menjadi rahasia besar.

Prabu ditugaskan Sugeng untuk mengamati dan bersosialisasi terlebih dahulu dengan penduduk sekitar, nanti Prabu akan mendapat pelatihan khusus dari Sugeng tentang tugasnya di kelompok bandit. Prabu kemudian mengangguk, Sugeng meninggalkan-nya sendiri ia mulai mengarah ke sawah tidak pernah berkerja di sawah sebelumnya Prabu penasaran dan berkenalan dengan seorang petani yang bernama Derman. Derman mempunyai 3 orang anak 2 laki-laki, 1 perempuan, ia mulai mengajarkan Prabu bagaimana caranya bertani karena Prabu sangat penasaran.

Derman mengajarkan Prabu tentang macam-macam bibit dan bagaimana merawatnya, tidak terasa hari sudah menjelang siang, seorang pria berlari di sepanjang desa membawa Kentungan memukul dan meneriakkan "MAKAN... MAKAN SIANG..." ini merupakan tanda bahwa waktu istirahat siang dimulai. Derman membawa Prabu ku ke tengah desa di sana beralaskan daun pisang terdapat nasi dan ikan dalam jumlah yang banyak, setiap orang membawa piring terbuat dari rotan mengambil jatahnya masing-masing.

Sugeng menghampiri Prabu memberikannya piring dan mendorongnya ke antrian tanpa berkata sepatah-katapun. Prabu mengambil nasi dan ikan kemudian mencari tempat duduk, dilihatnya sekelompok pasukan desa berjalan pulang diantaranya ada yang terluka kemudian duduk dibawah pohon. Kapten bergegas menghampiri mengajak mereka berbicara terlihat raut wajah-nya yang was-was.

Prabu kemudian dihampiri oleh seorang prajurit dengan membawa parang panjang yang tersarung di pinggang. Di tatapnya wajah Prabu begitu tajam sehingga terasa menusuk.

"Siapa ini, tak pernah kulihat di desa ini?" tanya prajurit itu kepada Sugeng.

"Anak baru, sekarang ia bagian kita, masih belum punya tugas Tarek." Jawab Sugeng.

Kemudian Tarek pergi dan berbicara kepada kapten, terlihat mereka berdebat sangat sengit. Tiba-tiba parang Tarek keluar dari sarung menerjang Prabu, Prabu menyadarinya segera berdiri ia melompat keatas meja menghindari sabetan parang Tarek. Sugeng mengeluarkan tombaknya dipukulnya Tarek dengan bagian tumpul tombaknya, Tarek berteriak "Sugeng aku tak percaya kau begitu bodoh percaya anak ini!".

Parang Tarek kembali melayang ke arah Prabu, Sling bunyi parang beradu dengan mata tombak. Sugeng menangkis parang Tarek dan memukul tangannya membuat parang Tarek terlepas dari pegangan.Tarek masih menyerbu Prabu kali ini dengan tinjunya, Prabu mengelak kemudian melemparkan pasir ke arah mata Tarek dan menendangnya menjauh.

Tarek mengusap matanya, ketegangan muncul semua warga desa terdiam. Prabu tidak bergerak masih dengan kuda-kuda silat-nya, demikian juga Tarek. Kemudian Sugeng memecah keheningan dan menyuruh semua orang kembali makan. Kapten Yuna datang diambilnya pedang dan seketika pedang melesat kearah Tarek dan Prabu, daun telinga Tarek dan Prabu terbelah dua. Darah menetes ke tanah, sang Kapten berkata "Tidak ada perkelahian antar sesama disini, terlibat perkelahian merupakan kejahatan, lain kali kalian berdua berkelahi bukan daun teling yang menjadi korban, namun leher!".

Prabu terdiam masih belum merasakan sakitnya karena adrenalin yang terpacu saat berkelahi dengan Tarek. Semua orang kembali pada rutinitas masing-masing, Sugeng membawa Prabu ke tempat pengobatan. Kain dan perban kembali melilit kepala prabu karena luka sabetan pedang di telinga.

Sugeng memberitahu Prabu bahwa ini belum selesai dan selalu berhati hati dengan Tarek, Prabu mengangguk mengiyakan. Sore tiba dan terjadi pengumuman di lapangan, semua orang berkumpul dengan rasa penasaran. Kapten muncul dan mulai berbicara.

"Tadi siang pasukan patroli dikejutkan dengan sekumpulan prajurit yang mencari seorang Pria, mengakibatkan salah satu anggota kita terluka, bagi semua warga harap tidak keluar ke hutan sementara sampai situasi terkendali." Kapten mengingatkan warga, disebelah kapten terdapat Tarek dengan wajah masam dan memandang tajam ke arah Prabu.

Prabu merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi, ia kembali ke gubuknya memikirkan apa yang terjadi hari ini akibat dirinya sendiri. Prabu mulai berpikir apakah baik bila ia tinggal di desa ini.....

bersambung..

note: Maharaja Iblis merupakan kisah fantasi dengan sentuhan Nusantara berlatar di era kerajaan Indonesia periode Hindu-budha.

Terimakasih telah meluangkan waktu membaca.