Chereads / MAHARAJA IBLIS / Chapter 5 - Turnamen (1)

Chapter 5 - Turnamen (1)

Novel ini tidak ada kaitannya dengan sejarah dan merupakan fiksi belaka.

Orang tua yang menghempaskan Prabu berkata, "Hanya latihan mengapa kau ingin membunuh anak muda?".

"Maaf tetua ini pertama kalinya aku terlibat dalam pertarungan antar pendekar jadi aku kesulitan menahan kekuatanku." jawab Prabu.

Orang tua itu memaklumi dan kembali masuk ke ruangan meditasi miliknya, namun semua orang yang hadir dan menyaksikan peristiwa itu mengetahui agar tidak lagi macam-macam dengan Prabu. Seorang pendekar kemudian membawa Prabu ke kamarnya untuk memulihkan diri dari luka dalam serangan tetua tadi.

Keesokan harinya Prabu terbangun dan berjalan keluar, seorang pendekar pria dengan rambut panjang diikat memanggil Prabu. Tuan kota sudah menunggunya di arena latihan, Prabu bergegas merapikan diri dan pergi menghadap Tuan Kota. Di arena latihan Tuan Kota mengumpulkan semua pendekar di arena latihan dengan maksud untuk memperkenalkan Prabu, tetapi tanpa diketahui Tuan kota kejadian kemarin sudah membuat Prabu terkenal diantara para pendekar.

Prabu ditunjuk mewakili Kota Bulmes dalam turnamen antar kota, nampaknya turnamen ini sangat penting bagi Tuan Kota. Banyak pendekar berbisik-bisik bahwa sebenarnya turnamen ini adalah ajang memperebutkan tambang batu bara yang ada di perbatasan kota Bulmes dan Kota Saladua. Selain Prabu ada 4 orang lainnya yang ditunjuk, kakak beradik yang dilihat Prabu kemarin malam, pendekar yang membangunkannya tadi pagi, dan seorang pendekar dengan wajah tertutup topeng. Mereka kemudian maju keatas dan diperintahkan Tuan kota agar saling mengenal terlebih dahulu satu sama lain, Selain kakak beradik Lilin dan Sumbu, Prabu tidak mengetahui nama 2 pendekar lainnya. Mereka pun memperkenalkan diri yang bertopeng bernama Mulin, dan satunya lagi bernama Kubil.

Setelah memperkenalkan diri dan keahlian masing masing mereka berencana menyusun strategi. Terbentuklah formasi seperti berikut, Turnamen akan dilaksanakan secara bergiliran setiap tim mengirim satu orang ke arena, bila pemain pertama berhasil mengalahkan pemain pertama musuh maka akan lanjut bertanding dengan pemain kedua, intinya pemain yang menang dapat melawan pemain urutan seterusnya. Tim yang kehabisan pemain lebih dahulu menang.

Kubil adalah seorang ahli kaligrafi ilmu beladiri jarak dekatnya rendah maka ia akan maju pertama kali menggambar kaligrafi di atas arena untuk memberi peningkatan kekuatan bagi pemain seterusnya. Mulin adalah ahli pembunuh ia dapat bersembunyi dibalik bayangan, ia maju sebagai pemain kedua. Kakak beradik akan menjadi pemain ketiga dan keempat, Prabu akan ditempatkan diurutan terakhir.

Hari turnamen pun tiba, Kubil maju keatas arena di sekeliling arena ribuan warga menonton, Tuan kota dari kedua kota duduk berseberangan di atas kursi spesial. Lawan Kubil pun muncul keatas arena seorang wanita bersenjatakan tombak, nampaknya Kubil akan kesulitan menggambar di lantai dengan jarak jangkauan tombak yang luas. Kubil mengeluarkan Kuasnya dan wanita itu tertawa namun Kubil mengabaikan hinaan wanita itu. Bel pertarungan berbunyi Kubil dengan sigap mundur kebelakang arena, kuasnya menggambar tepat disisi-sisi arena huruf demi huruf kaligrafi tergambar di sekeliling arena. Setelah Kubil menyelesaikan kaligrafi pertamanya Arena bersinar dengan cahaya kuning dan tiba-tiba Kubil bergerak 2 kali lebih cepat. kaligrafi pertama Kubil dapat menambah kecepatan pergerakan.

Menyadari apa yang dilakukan lawannya wanita itu menerjang Kubil dengan cepat, namun tombaknya hanya bisa mengenai Tubuh Kubil dengan bagian tumpulnya. Kubil berhasil menggambar satu lagi kaligrafi dengan sinar hijau, kaligrafi itu dapat memulihkan luka. Kubil akhirnya terjatuh dari arena tangannya berubah menjadi keriput seperti orang tua, efek samping dari menggunakan kaligrafi berlebihan.

Mulin maju keatas arena menggantikan Kubil, wanita itu dengan cepat menyerang. Mulin tidak terlihat ingin mengelak saat tongkat menyentuh tubuh Mulin, Mulin menghilang seperti tertelan kedalam lobang berwarna ungu. Ini adalah ilmu khusus pembunuh terkenal dengan nama ireng sekabumi. Mulin muncul kembali dibelakang wanita itu dan dengan sigap memukul bagian kepala, wanita tersebut pingsan seketika. Pemain kedua maju, kali ini seorang laki laki dengan cakar harimau sebagai senjata di kedua tangannya. Mulin tetap diam ditempat kali ini keduanya tetap berdiam diri, ternyata keduanya merupakan seorang pembunuh.

Suasana menjadi tegang saat keduanya berdiam diri, tiba-tiba musim berpindah kebelakang pria itu dan menyayat tangannya dengan pedang. Pria itu menendang perut Mulin dengan sepatunya, perut Mulin berdarah ternyata ada pisau tersembunyi di sepatu tersebut. Pria itu kemudian muntah darah dengan wajah membiru tanda terkena racun.

Mulin menang namun ia juga tidak dapat lagi melanjutkan pertarungan. Dua orang pemain baru masuk ke arena, kali ini dua orang wanita. Lilin adik perempuan maju terlebih dahulu, lawannya adalah seorang wanita dengan sebuah kipas. Wanita itu mengibaskan kipasnya dan terciptapah hembusan angin, didalam hembusan angin terdapat serpihan bambu kecil menyayat kulit Lilin dengan setiap kibasan-nya. Lilin dengan cepat maju kedepan mengeluarkan pedangnya beberapa serpihan bambu berhasil melukai kulit area tangan dan kaki Lilin, wanita tadi mengeluarkan sebuah belati dari balik jubahnya dan bertarung dengan Lilin.

Bunyi besi beradu menghiasi arena, Lilin berhasil memasukan sebuah serangan dan mengenai wajah wanita tersebut. Wanita itu menangis sejadi-jadinya dan mengibaskan kipasnya dengan sembrono. Gong dibunyikan pertanda menyerah dari tim musuh, Lilin telah menang.

Kali ini seorang pria dengan wajah sangar berbadan tegap Berseba maju ke arena.

"Hehehe gadis kecil, wanita cantik sepertimu tidak cocok ada di arena lebih baik dikamar ku." ejek Berseba. Lilin tetap diam tidak terusik, sementara kakaknya sumbu dengan tangan memerah memegang pedang dengan kuat siap mencabik Berseba dari luar arena.

Gong berbunyi keduanya bertarung bersama Berseba mengeluarkan teknik Patah Bambu miliknya, setiap serangan mematahkan tulang lawannya. Pukulan pertama Berseba diterima lilin dengan pedangnya anehnya tangan Berseba tidak berdarah, namun jari jari Lilin patah menahan serangan tersebut. Ilmu orang ini sangat tinggi, Lilin memilih untuk menyerah karena tidak dapat menggenggam pedang lagi.

Kakak laki-laki Lilin, Sumbu masuk ke arena menggantikan adiknya. Kemarahan terlihat dimata Sumbu menatap tajam ke arah Berseba, Berseba malah tersenyum sambil mengolok-olok Sumbu. Kali ini Berseba mengeluarkan kekuatan penuhnya, Sumbu tak mau kalah mereka berdua beradu di-atas arena hingga menyebabkan arena retak. Namun semua serangan Sumbu hanya menyentuh kulit Berseba saja tidak ada luka dalam. Berseba kemudian mengambil kapaknya dan menerjang maju kedepan Sumbu menghentikannya dengan pedang-nya dan terjatuh.

Sudah jelas ini kekalahan Sumbu, Berseba masih tetap mengayunkan pedangnya dan melukai kaki Sumbu. Sumbu menyerah namun kali ini Berseba ingin memotong kaki Sumbu. Gong berbunyi dan tetua arena muncul menghentikan keduanya. Kaki Sumbu terluka parah namun masih dapat disembuhkan.

Prabu sangat marah dan meloncat ke arena menantang Berseba dalam pertarungan hidup dan mati. Berseba dengan sombongnya berkata, "Hah seorang tubuh Drajat menyerahkan nyawanya kepada ku ranah Mujab?" sambil tertawa.

Kedua darah mereka distempel diatas surat hidup dan mati, kali ini pertarungan dilakukan sampai salah satu kehilangan nyawanya. Prabu mengambil tombak dan pedang, tombak ditangan kanannya dan pedang ditangan kirinya. Ia menggunakan kemampuan Beladiri senjata Kerajaan dengan tombak memiliki kekuatan yang terpusat sebagi modal serangan, dan pedang sebagai pencabut nyawa.

Prabu memusatkan segala tenaga dalam yang ia kumpulkan sebelum pertandingan dilemparnya tombak, Berseba dengan sombongnya tidak mengelak karena berpikir serangan Prabu tak akan melukai dirinya. Seleb.. bunyi tombak menusuk dada Berseba namun tidak cukup dalam untuk membunuhnya, Berseba terkejut dan dengan marah ia mengamuk bagai sapi yang hendak disembelih. Prabu memanfaatkan momentum serbuan Berseba dengan meloncat dan menendang tombak di dada Berseba, Berseba tewas seketika ketika tombak menyentuh jantungnya.

Prabu mengangkat pedangnya, memotong kepala Berseba yang sudah tak bernyawa. Diangkatnya kepalanya dibawanya keluar arena dan diberikan kepada Sumbu yang kakinya hampir dipotong Berseba.

bersambung.

Sekian terimakasih atas waktunya :).