Chereads / MAHARAJA IBLIS / Chapter 7 - Prabu dan kapten (1)

Chapter 7 - Prabu dan kapten (1)

Novel ini tidak ada kaitannya dengan sejarah dan fiksi belaka.

"Grr.. jangan harap emas itu dapat menyelamatkan dirimu dari tebasan ku!" Kapten Yuna mengayunkan pedangnya ke arah Prabu bertubi-tubi, Prabu mengelak sambil tersenyum, "Kapten kalau kau menebas wajahku yang mulus ini aku takkan memberikan emas ku untuk desa."

Mendengar perkataan Prabu, Ameera sebagai pengelola keuangan desa khawatir "Kapten tanpa emas itu kurasa sulit untuk bertahan 2 bulan ke depan, kalau hanya mengandalkan sawah saja." Ameera berusaha untuk meyakinkan kapten. "Baik, tapi mulai sekarang Prabu akan menjadi ajudan ku dan tidak boleh menjauh dariku." Kapten Yuna mendengus. Sugeng yang tidak memahami situasi bahwa Kapten mencoba menyelamatkan reputasinya masih kebingungan dengan situasi yang terjadi dan memutuskan untuk tetap diam.

Kapten kemudian menyarungkan pedangnya dan memberi komando agar Prabu pergi ke pos komando di tengah desa. Sugeng kemudian bertanya ke Ameera "Kau tahu apa yang terjadi dengan kapten dan Prabu ?", Ameera tersenyum "Kurasa itu masalah pribadi.", "Mungkinkah kapten menaruh rasa kepada anak muda itu, tak ku sangka kapten ternyata seorang predator yang menyukai anak muda." Sugeng menarik kesimpulan yang salah besar.

Dalam perjalanan menuju pos komando terjadi percakapan kecil antara Prabu dan Kapten Yuna.

Kapten: "Ingat ini, kalau ada rumor tidak sedap tentang diriku akan ku pastikan kau bisu paham?"

Prabu: "Rumor apa? oh aku ingat soal tangisan mu waktu itu? Apa yang salah dengan seorang wanita menangis?"

Kapten: "Kau bodoh? reputasi Prabu, Reputasi!"

Prabu: "Baiklah kenapa kau memilih ku menjadi ajudan, jangan-jangan kau menaruh hati padaku?"

Kapten: "Tidak mungkin bodoh kau 7 tahun lebih muda dariku, Ini perihal tawaran pekerjaan dari Kota Bulmes dan kudengar ini ada sangkut pautnya dengan mu."

Prabu: "oh soal itu, kau akan menyetujuinya?"

Kapten: "Kita akan membicarakan-nya setelah ini."

Kapten kembali meneruskan perjalannya menuju pos komando, ketika mendekati pintu masuk ruangan pos komando Prabu menyeletuk "Kau tahu aku tidak masalah dengan wanita yang sedikit lebih tua." Prabu mencoba mengolok kapten. Kapten Yuna dengan marah menendang Prabu masuk kedalam ruangan, di dalam ruangan sudah ada Tarek dan beberapa orang lain termasuk Ameera.

"Sungguh cara masuk yang menarik" Tarek menyeletuk.

"Diam Tarek." Potong Ameera.

Setelah perdebatan yang alot antara tim patroli, pengelola keuangan, tim pasokan makanan, dan Kapten berdebat sengit mengenai perihal tawaran pekerjaan untuk menyabotase karavan dari Jayanegara. Tarek merupakan orang yang paling tidak setuju akan hal itu, menurutnya menjadi Bandit berarti kebebasan dan tidak takluk terhadap segala macam aturan. Namun ia kalah suara terhadap semua orang yang ada di ruangan itu, ia marah dan keluar membanting pintu sambil berkata "Akan ku ikuti hasil musyawarah ini."

"Sungguh cara keluar yang mengesankan." sindir Ameera sambil tertawa.

Malam itu keputusan petinggi menyatakan bahwa mereka akan mengambil tawaran pekerjaan dari Tuan kota Bulmes. Kapten kemudian menyuruh Prabu untuk tidur disebuah gubuk yang disiapkan 'secara khusus' untuknya, Prabu masih tidak paham dengan pikiran dan niatan wanita itu. Prabu memikirkan pencapaiannya selama ini, Progres balas dendamnya bahkan belum mencapai 2 persen dengan kecepatan seperti ini diperkirakan butuh 10 tahun untuknya membalas dendam.

Prabu tidak ingin berlama-lama memikirkan jalan balas dendamnya, ia langsung pergi tidur memejamkan matanya. Prabu kembali bermimpi dalam mimpinya ia kembali melihat bayangan hitam namun kali ini bayangan itu tetap diam, mulutnya yang tersenyum lebar mulai berbicara terdengar suara "Sebaiknya kau bangun.", suaranya terdengar seperti anak kecil berusia 5 atau 6 tahun. Prabu terkejut dan terbangun dia melihat gubuk yang dihuninya mulai terbakar dan segera ia berlari keluar.

"Kau gila Kapten, untuk apa kau bakar gubuk ku, mencoba membunuh ku?" Prabu terkejut saat melihat kapten memegang obor ditangan kanannya dan tertawa. Sugeng yang melihat kebakaran dan asap segera menuju tempat Prabu "Ada apa ini?" tanya Sugeng penasaran.

"Tidak ada apa-apa hanya saja tadi ada serangga jadi ku bakar gubuk ku." jawab Prabu sambil menoleh kearah kapten. Sugeng terdiam melihat kapten memegang obor di tangannya. Kapten kemudian berjalan pergi dengan membawa obor ditangannya.

Sugeng yang tak dapat menahan rasa penasarannya bertanya pada Prabu "Apa yang kau lakukan, apa yang terjadi antara kau dan Kapten?", "Bukan apa apa hanya salah paham." jawab Prabu ketus. "Kau harus hati hati lain kali dengan kapten." ingat Sugeng kepada Prabu.

Prabu kemudian berpikir untuk mandi ketika berjalan menuju tempat permandian bersama yang digunakan warga desa ia diikat dan dijerat oleh 3 orang prajurit patroli dan dibawa menuju pos komando. Kapten telah menunggu disana dengan Tarek.

"Kau terlambat, besok pagi kau sudah harus ada disini pukul 4 pagi ingat itu baik baik, pukul 5 aku ingin ruangan komando sudah bersih, pukul 6 kau bersihkan baju pelindungku, pukul 8 kita bersiap patroli." Kapten mengucapkan dengan nada yang ketus. "Untuk sekarang Tarek akan mengajarkan mu dasar dasarnya."

Tarek tersenyum memandang Prabu, Prabu merasa tidak enak.

"Mulai sekarang kau adalah bagian dari tim kau mengerti!" bentak Tarek.

"Baik, aku paham, aku paham." jawab Prabu.

Tarek mulai mengomandoi Prabu agar berlatih bersama dengan pasukannya, pasukan Tarek terdiri dari 19 orang prajurit gagah dan kuat. Tarek menginstruksikan agar seluruh anggota kelompoknya mulai berlari pagi, ia memandang Prabu dan mengisyaratkan agar Prabu ikut berlari. Mereka berlari mengitari desa sekitar 4 kali sambil menyapa orang-orang yang mereka temui ditengah jalan. Lari pagi mereka diakhiri dengan spar dan latihan formasi bersama sampai siang hari, pertama-tama latih tanding atau spar semua orang berpasangan dan memilih senjata nya masing-masing mulai dari tongkat kayu panjang, pedang kayu, hingga perisai kayu. Prabu dipasangkan dengan salah satu anggota, ia masih terbiasa memakai pedang dan tongkat kayu panjang sebagai senjata dengan mudah ia mengalahkan anggota Tim Tarek.

Tarek kemudian meminta Prabu berlatih tanding dengan dirinya, Ia memakai sebuah pedang dan perisai, Prabu masih dengan pedang dan tongkatnya sulit untuk mendaratkan serangan ke Tarek. Pertahanan Tarek sangat kuat oleh karena itu Prabu memakai akalnya ia mengayunkan tongkat ke arah kaki Tarek dan ketika Tarek meloncat untuk mengelak ia menyerang Tarek dengan pedang. Tarek menangkis dengan Perisainya dan memberi isyarat cukup nampaknya Tarek mengakui kecakapan ilmu Prabu.

Tarek tersenyum dan berkata "Kau tidak cukup buruk anak muda." , tiba-tiba terdengar suara ribut dari tengah desa Prabu yang penasaran mulai mendekat dan ternyata....

bersambung....

Maaf ya digantung :) terimakasih telah membaca.