Novel ini tidak ada kaitannya dengan sejarah dan merupakan fiksi belaka.
Setelah mengalahkan Berseba, Kota Saladua menyerah dan memberikan hak kepemilikan tambang berlian kepada Kota Bulmes. Tuan kota sangat gembira ia turun ke arena, menjabat tangan Prabu yang berlumuran darah. Prabu kemudian kembali ke area istirahat, matanya mulai mengabur dampak berlebihan menggunakan tenaga dalam. Prabu kemudian terjatuh pingsan.
Dalam ketidaksadaran-nya Prabu kembali melihat bayangan hitam yang berada di alam bawah sadarnya, lagi-lagi tersenyum lebar dan terbang kearah Prabu. Prabu kemudian tersadar dari mimpinya, ia sedang berada di kamar yang disediakan Tuan Kota. Sebuah suara ketukan di pintu mengagetkan Prabu, Prabu bangun dari tempat tidurnya dan membuka pintu. Terdapat Lilin yang menunggu di depan pintu, Prabu mempersilahkan Lilin masuk.
Prabu menanyakan bagaimana kabar kakak laki-laki Lilin. Lilin menjawab "Tidak buruk, kakak masih dapat berjalan tapi saya takut cedera kakak mengganggu pendalaman ilmunya, terimakasih telah membalaskan dendam kakak, sebagai rasa terimakasih aku akan menemani anda malam ini."
Prabu terkejut ia masih tidak bisa tenggelam dalam kenikmatan duniawi saat ini satu-satunya tujuannya adalah membalaskan dendam keluarganya. Tetapi menolak tawaran seorang perempuan yang datang ke kamar seorang pria merupakan sebuah tindakan yang tidak terhormat di era itu, menolak kedatangan perempuan sama artinya dengan membuat perempuan tersebut menjanda karena di Kerajaan Gutadarma menerapkan sistem Monarki dimana perempuan yang memegang tampuk kekuasaan.
Prabu kemudian menerima Lilin hanya untuk tidur saja di dalam kamarnya tidak lebih, bahkan Prabu ingin tidur di kursi namun dicegah oleh Lilin. Lilin memeluk tubuh Prabu dan tidur di ranjang Prabu, ini merupakan kali pertama Prabu merasakan kedekatan dengan seorang perempuan. Malam itu mereka berdua tidur bersama tidak lebih dan tidak kurang.
Keesokan paginya Lilin mengucapkan terimakasih karena telah menemaninya dan menerima ucapan terimakasihnya. Prabu segera bangun dan mencuci mukanya, mengenang kembali kejadian kemarin malam. Lilin merupakan wanita yang cukup cantik dengan rambut hitam yang dikepang dan wajah yang cukup manis, untung saja Prabu masih dapat menahan diri.
Siang itu ada perjamuan yang diadakan oleh Tuan Kota di aula pertemuan, semua pendekar yang ada di Padepokan diundang. Prabu segera bersiap diri dan keluar dari kamarnya, ia disapa oleh Mulin dan Kubil. Mereka bertiga berjalan bersama menuju aula pertemuan disana Tuan kota sudah menunggu bersama pendekar lainnya. Tuan kota memanggil pelayan masuk untuk menyajikan hidangan perjamuan berupa lusinan nasi tumpeng dan lauk pauk. Pelayan-pelayan menuangkan minuman bagi semua orang, namun Prabu masih bersikeras enggan meminum arak.
Setelah hidangan habis disantap, Tuan kota berdiri dan memberikan pidato.
"Pada hari ini Kita Bulmes telah menerima tambang berlian, hal ini adalah buah hasil kerja keras kelima saudara pendekar kita. Oleh karena itu maka saya ingin memberikan hadiah yang tak seberapa berupa 5000 keping emas bagi setiap peserta yang berpartisipasi dan khusus bagi Pendekar Sumbu yang mengalami cedera mendapatkan 7500 keping emas."
Prabu dan keempat pendekar lainnya maju berdiri, Sumbu juga ikut berdiri dibantu adik perempuannya. Tuan kota menyerahkan sekantung penuh emas kepada mereka semua, Tuan Kota kemudian berbisik kepada Prabu untuk menemuinya setelah perjamuan. Kakak adik Lilin dan Sumbu menghampiri Prabu.
Prabu meminta maaf karena luka yang diderita Sumbu. Sumbu kemudian menjawab "Tidak apa lagipula aku akan menyerahkan kepemimpinan serikat kepada adik ku Lilin. Oh iya maafkan aku belum memperkenalkan diri, sebenarnya kami merupakan anak dari pemilik serikat dagang Bumi Aren, bila dimasa depan kau membutuhkan bantuan datanglah kepada kami markas pusat kami ada di kota Himalaka 2 mil dari sini."
Prabu berkata "Baik bila nanti suatu ketika aku mengalami musibah, aku harap dapat sedikit merepotkan kalian bersaudara." sambil tertawa. Kedua bersaudara itu kemudian ikut tertawa bersama Prabu, kemudian Prabu pergi menemui Tuan Kota. Tuan Kota berjalan ke arah belakang Padepokan dan memberu isyarat agar Prabu mengikutinya.
Tuan Kota ternyata mengenal Prabu dan mengetahui bahwa Prabu merupakan buronan dari kerajaan Jayanegara dan bergabung dengan kelompok bandit gunung. Prabu terkejut dengan pernyataan Tuan Kota, apakah Tuan Kota akan menjualnya ke kerajaan Jayanegara?
Tuan kota kemudian menghela napas panjang dan berkata, "Tidak usah takut nak, aku tak akan menyerahkan kepalamu kepada Kerajaan Jayanegara sebaliknya ku serahkan token kepemimpinan milikku, bila memiliki token ini maka nanti kedepannya kamu tak akan kesulitan masuk menjual barang. Untuk kelompok bandit gunung aku akan membuat sebuah kesepakatan, kalian hanya boleh menyerang pasukan dan karavan dari kerajaan Jayanegara, Semua karavan dari kerajaan Gutadarma dan kota kota perbatasan tidak boleh kalian serang, bagaimana?. Bisa dibilang kalian menjadi tentara bayaran kami, kami akan mengirimkan emas 2000 keping per-minggu!"
Prabu dengan cepat menerima tawaran Tuan Kota karena pada saat ini, Kerajaan Jayanegara dan Gutadarma dalam keadaan memanas. Lagipula mendapat sumber pemasukan pasti bagi para bandit gunung merupakan sebuah keuntungan, Prabu akan mendiskusikan ini dengan Ameera dan Kapten. Prabu berpikir untuk memberikan 4000 emas hadiahnya kepada kelompok bandit dan menyimpan 500 emas, 500 sisanya akan ia gunakan untuk membeli senjata nanti. Emas merupakan mata uang yang besar, dibawahnya ada perak dan tembaga, satu buah emas cukup untuk membeli seekor kuda, satu buah perak cukup untuk membeli pakaian, satu buah tembaga cukup untuk membeli 1 genggam nasi.
Prabu kemudian berencana untuk kembali ke desa bandit, Tuan kota mengantarkan Prabu ke gerbang kota. Sudah ada Ameera dan Sugeng disana berdiri menunggu, ternyata rumor kemenangan Prabu sudah sampai ke telinga mereka."Jadi ini ksatria pedang dan tombak yang dirumorkan dipenjuru Kota Bulmes?" Sindir Ameera. Prabu hanya dapat tersenyum sementara Sugeng hanya merangkul bahu Prabu.
Mereka bertiga kembali ke desa bandit dengan berjalan kaki, ditengah perjalanan Sugeng mengeluarkan penutup kepala yang terbuat dari kulit kepala harimau. "Ini hadiah karena kau telah memberikan ku kesempatan menguliti harimau dewasa hahaha." ujar Sugeng.
Dalam perjalanan pulang Prabu bertanya bagaimana kabar penduduk desa, Sugeng tersenyum. "Kau tahu kapten Yuna sudah seminggu ini mencari mu, dia bilang bila kau pulang kembali dia akan membunuh mu!" Ujar Sugeng. Prabu hanya dapat mengerenyitkan dahinya sambil tertawa, "Ada sedikit insiden di malam sebelum aku pergi." Ujar Prabu.
Prabu kemudian singgah membeli 3 tong alkohol di tengah jalan dan 900 tusuk sate, di sebuah warung penginapan. Hadiah ini akan diberikan kepada penduduk desa bandit pikir Prabu dalam hati. Ketika sampai ke desa bandit terlihat bayangan seorang wanita dengan cepat berlari dan mengayunkan pedangnya ingin menebas kepala Prabu. Prabu dengan cepat menangkis serangan pedang itu menggunakan Sekarung emas hadiah turnamen, ternyata wanita itu adalah kapten Yuna.
bersambung.
Sekian terimakasih karena telah membaca komik ini, bila tertarik silahkan dibagikan kepada teman anda :).