Ara tidak tahu lagi bagaimana cara menyimpan wajahnya karena semua orang menatapnya di pesta ulang tahun Wang Zeming.
"Apa ada yang salah dengan penampilanku? Kenapa semua orang melihat ke arahku?" Tanya Ara kepada Jie Rui bingung.
"Itu semua karena kamu adalah wanita yang tercantik malam ini. Jadi jangan takut apa yang sedang terjadi."
"Benarkah? Sepertinya mereka tidak melihatku karena aku cantik. Apa karena ada kamu disini?" tanya Ara khawatir.
"Tidak. Semua ini terjadi memang karena kamu cantik dan tidak ada yang lainnya. Memangnya kamu mau kalau semua melihat kamu karena ada sesuatu yang salah?" jawab Chen Jie Rui menenangkan.
Ara terus mengikuti kemanapun Chen Jie Rui membawanya, sepertinya pria itu mencari keberadaan Wang Zeming dan teman-temannya yang lain.
"Itu mereka, kita ke sana!"
Ara mengangguk patuh. Dia tidak mungkin menolak kemana saja Jie Rui membawanya bukan?
"Ara?"
Ara menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Dena berada tidak jauh dari tempatnya saat ini sedang melambaikan tangannya kepada Ara.
Ara memutuskan untuk menghampiri Dena dan meninggalkan Jie Rui setelah minta izin kepada pria itu.
"Kamu juga ada di sini? Aku merasa orang-orang di sini menatap aneh kepadaku. Memangnya ada yang aneh pada tubuhku ya?" tanya Ara setelah dia berada di depan Dena.
"Kamu luar biasa cantik. Mereka mungkin heran saja, kenapa kamu ada di tempat ini apalagi kamu bergandengan dengan Chen Jie Rui, pria satu-satunya yang menjadi incaran setiap wanita."
"Kamu benar juga. Kenapa aku mau datang ke tempat ini tadi? Sekarang aku bingung sendiri kan? Menjadi pusat perhatian itu tidak mudah." Ucap Ara menyesali keputusannya. "Kamu sendiri kenapa ada di sini? Kamu juga mengalami pemaksaan sama seperti aku?"
Dena menghembuskan nafasnya berat. Matanya melihat ke arah Wang Zeming dan teman-temannya yang sedang menikmati pesta ulang tahun pria satu itu.
"Wang Zeming mengancam ku. Aku harus mau pergi kemanapun dia mau, kalau tidak dia akan menyebarkan video saat aku mabok di tempatnya dulu."
Ara melotot tidak percaya, "Jadi kamu dengan Wang Zeming saat itu benar-benar melakukan itu? Kamu yakin dia tidak berbohong?"
"Aku tidak tahu. Aku melihat tubuhku sudah tidak memakai sehelai pakaianpun. Melihat Wang Zeming memaksa untuk bersama dengan segala ancaman yang dilakukan oleh pria itu."
Ara mendengarkan dengan ngeri apa yang diceritakan oleh Dena karena selama ini Dena tidak pernah menceritakan tentang laki-laki yang dekat dengannya selain satu nama Jiang An, cinta pertama Dena.
"Aku pikir kamu tidak akan bisa lari dari pria itu, sama dengan aku. Aku bingung, kenapa sekarang Jie Rui berubah setelah aku memutuskan untuk pergi? Sekarang rasanya aku sulit untu pergi, dia bisa menemukan aku dimanapun aku berada."
Dena dan Ara sama-sama menghembuskan nafas dengan kasar. Ara merasa hidupnya tidak akan sama lagi seperti dulu. Ara sudah menyerah dengan cintanya sehingga dia mau terlalu berharap.
"Sepertinya dia sekarang sudah mulai menyadari kehadiran kamu."
Ara masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dena, hatinya masih sangat tidak percaya dengan semua hal yang terjadi akhir-akhir ini.
"Aku tidak tahu, semua terasa semu di dalam diriku, Dena. Dia tiba-tiba berubah seperti itu karena benar karena rasa cintanya atau hanya karena perubahan penampilanku? Aku masih sangat ragu dengan semuanya."
"Kamu mau melihat keseriusannya ini? Bukannya sebentar lagi liburan musim panas? Kamu bisa pulang ke Indonesia, kamu lihat reaksinya dia saat tahu kamu akan pulang ke Indonesia."
Ara terdiam, matanya melihat ke arah Chen Jie Rui yang sedang tertawa bahagia bersama dengan teman-temannya tetapi saat melihat ada seorang wanita berada di dekat Chen Jie Rui dan juga Wang Zeming, ikut bergabung dengan para pria yang menjadi tokoh utama di pesta milik Wang Zeming.
"Kamu tahu tidak siapa sebenarnya wanita itu? Selama ini memang aku sering melihat dia dengan Chen Jie Rui, dia kekasihnya?" Tanya Ara sambil menunjuk wanita yang dia maksud dengan dagunya.
Dena ikut melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ara, melihat wanita yang sedang asyik berbincang dengan Wang Zeming dan juga Chen Jie Rui sedangkan Chen Yang terlihat tidak suka dengan wanita itu.
"Yang aku dengar, dia itu mantan kekasih dari tunangan kamu, eh... kalian masih bertunangan bukan?"
"Aku tidak tahu. Aku sudah tidak memakai cincin pertunangan kami. Lihat saja kamu lihat jari-jariku sudah kosong." Ucap Ara sambil menunjukkan jari-jarinya ke depan Dena.
"Kamu serius? Yakin kalau jari-jari kamu sudah tidak memakai cincin itu?"
Ara mengangguk. Tiba-tiba Ara melihat tangannya dan matanya hampir lepas dari tempatnya saat itu juga.
"Kamu yakin yang ada di tangan kamu itu bukan cincin pertunangan kamu yang selama ini menghiasi jari manis kamu?" Tanya Dena memperjelas keberadaan cincin yang melingkar cantik di jari Ara.
"Kenapa cincin ini ada di sini lagi? Aku sudah meletakkan cincin ini di dalam laci kamar ku, kenapa bisa ada di sini lagi?" tanya Ara pada dirinya sendiri.
"Ya mana aku tahu? Kamu ini aneh, bagaimana bisa kamu tidak sadar kalau cincin itu kembali melingkar di jari manis kamu?"
"Aku tidak tahu, benar deh. Aku tidak sadar kalau cincin ini sudah melingkar di jari manis ku lagi. Dia tahu apa meletakkan cincin ini berarti dia masuk ke dalam kamarku dong?"
Dena memutar bola matanya, kesal dengan keluguan Ara yang menurutnya terlalu berlebihan.
"Kamu ini lugu atau bodoh sih? Kenapa kamu terkejut saat tahu dia masuk ke dalam kamar kamu? Bukannya kamar itu sudah tidak kamu tempati karena kamu memilih untuk tinggal bersamaku? Jadi wajar dong kalau dia bisa masuk ke sana? Itu juga rumah dia, lagian aku pernah dengar kamu dan dia tidur di dalam kamar kamu karena kamu muntah saat mabok itu?"
Ara menutup wajahnya dengan kedua tangan, dia merasa malu dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Dena. Semua kenyataan yang dikatakan oleh Dena benar terjadi meskipun itu hanya Dena yang tahu.
"Bisa tidak kamu itu tidak lagi membahas tentang mabok itu? Bukannya kita tadi sedang membahas tentang cincin ini ya? Kenapa cincin ini bisa melingkar kembali di jari manis ku dan bukan tentang cerita mabok yang terjadi pada beberapa waktu lalu?"
"Ya... ya... ya... terserah kami deh. Mau ngomong sama kamu juga tidak akan pernah ada gunanya."
Ara cemberut. Dena sama sekali tidak bisa membantunya keluar dari teka-teki yang terjadi membuatnya semakin kesal saja.
"Kamu sepertinya bukan temanku. Kamu sama sekali tidak membantuku."