Ara merasa wajahnya memerah saat berhadapan dengan Jie Rui. Pria itu terlihat biasa saja dan sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Ara di depannya.
Ara mulai menghabiskan makanan yang dibuat oleh Jie Rui. Ini pertama kalinya Ara memakan masakan yang dibuat oleh Jie Rui.
Pria itu terlihat dingin di luar tapi hangat di dalam. Makanan yang dibuat oleh Jie Rui rasanya juga tidak kalah enak dari masakan koki dari restoran bintang lima.
"Kamu suka?" Tanya Jie Rui tanpa melihat Ara.
"Enak. Kamu pintar membuat makanan."
"Karena aku terbiasa hidup sendiri."
Ara menghentikan makannya dan melihat Jie Rui dengan tatapan tidak percaya. Jie Rui adalah anak yang tidak kekurangan apapun tetapi Jie Rui sangat mendiri.
"Kenapa kamu mau tinggal berpisah dari Pa, Ma?" Tanya Ara hati-hati.
"Memangnya kenapa kalau aku memilih berpisah dengan mereka? Kamu ada masalah?"
Ara menggelengkan kepalanya, tidak keberatan sama sekali dnegan apa yang baru saja dikatakan oleh Jie Rui. Pria itu selalu membuat Ara merasa takut jika sedang serius.
"Habiskan makanan kamu. Aku mau mandi."
Ara kembali memakan makanannya yang masih tersisa dengan mata mengikuti kemana Jie Rui melangkah.
Setelah melihat Jie Rui masuk ke dalam kamar, Ara bergegas membersihkan piring bekas makan mereka berdua. Ara malu mendapatkan perlakuan Jie Rui yang tidak biasa ini dan dia ingin secepatnya pergi dari apartemen ini.
Ceklek,
Ara membuka pintu kamar Jie Rui dengan sangat pelan. Ara berusaha dengan sekuat tenaga agar dia tidak menimbulkan suara, apapun itu.
Ara mendengar bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi. Tanpa berpikir lama dia langsung mengambil tas selempang miliknya lalu kembali keluar dari dalam kamar Jie Rui.
"Lebih baik aku segera pergi dari sini. Mau ditaruh mana mukaku ini? Aku malu!" Ucap Violet pada dirinya sendiri.
Violet mengambil sepatunya lalu pergi dari apartemen Jie Rui. Pria itu membuat Violet bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Jie Rui yang awalnya dingin kepadanya, kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini?
Violet memanggil taksi yang kebetulan melintas di depannya. Jantungnya berdebar hebat saat mengingat apa yang dia lakukan saat ini.
Jie Rui akan tetap menemukannya, setidaknya dia tidak akan bertemu dengan pria itu untuk sementara.
Tidur di ranjang yang sama, mendapat pelukan adalah hal-hal yang tidak pernah Ara pikirkan.
"Gila... gila... gila...."
"Iya Nona? Ada masalah?" Tanya sopir taksi yang baru saja mendengar umpatan Ara di jok belakang.
"Oh maaf, tidak ada masalah apa-apa." Jawab Ara sambil meringis.
Bibirnya memang selalu lepas kontrol, seharusnya Ara bisa menjaga bibirnya agar bisa dikendalikan dan tidak seenaknya mengumpat seperti ini.
Ara memukul bibirnya sendiri berulang-ulang, merutuki tingkahnya yang selalu ceroboh.
"Ada apa denganku? Sungguh memalukan diriku ini."
Taksi yang membawa Ara ke apartemen Dena sudah mulai mendekati gedung tinggi yang beberapa minggu ini Ara tinggali. Ara ingin menyembunyikan dirinya di apartemen Dena sampai semua kembali normal.
Ara masih belum bisa menerima semua perubahan diri Chen Jie Rui yang tiba-tiba bersikap baik kepadanya. Dari sikapnya Ara seringkali menebak kalau pria itu sudah bisa menerimanya tetapi kadang saat Jie Rui mengabaikannya, membuat semua yang ada di pikirannya langsung hilang seketika.
"Kita sudah sampai, Nona."
"Oh... terima kasih, Paman."
Ara keluar dari dalam mobil lalu berlari cepat ke dalam gedung, dia berharap Dena berada di apartemennya karena Ara tidak membawa kunci.
***
Ara memasuki gedung tempatnya kuliah dengan was-was. Kepalanya terus melihat ke semua arah dengan sangat hati-hati, berharap jika dia tidak akan bertemu dengan Chen Jie Rui di kampus.
Ara berlari menuju kelasnya dengan cepat, nafasnya terdengar menggebu setelah dia berhasil masuk ke dalam kelas tanpa diketahui oleh pria yang bernama Chen Jie Rui.
"Fiuh, akhirnya aku aman. Aku tidak mungkin terus-menerus tidak masuk kelas bukan? Bisa-bisa beasiswaku dihentikan karena ulahku sendiri." Ucap Ara pada dirinya sendiri.
Ara meletakkan tasnya di atas bangku lalu duduk di kursi kesayangannya dengan perasaan lega.
"Ara, kamu mengenal senior kita?" Tanya Xing Dong, ketua kelas Ara.
"Senior? Senior siapa? Aku tidak tahu." Jawab Ara bingung.
"Senior kita. Pria yang menjadi idola di kampus kita ini."
"Senior?"
Ara masih bingung dengan apa yang sedang ditanyakan oleh Xing Dong. Siapa senior mereka yang terkenal di kampus? Tunggu dulu! Senior yang terkenal?
"Maksud kamu Chen Jie Rui?!" Tanya Ara setelah dia menyadari siapa yang dimaksud dengan Xing Dong.
"Iya. Dia. Kamu mengenalnya? Jika kamu mengenalnya, bisa kamu membantuku untuk berkenalan dengannya? Aku sangat mengaguminya, Ara."
Ara meringis mendengar permintaan Xing Dong kepadanya. Bukannya Xing Dong adalah pria dan dia kagum dengan seorang pria?
"Kamu? Kamu menyukai Chen Jie Rui?" Tanya Ara hati-hati.
"Aku mengaguminya, bukan menyukainya dalam maksud cinta. Aku masih normal, Ara."
Ara meringis mendengar apa yang dikatakan oleh Xing Dong. Ada perasaan lega saat mendengar Xing Dong masih menyukai perempuan.
"Kamu belum menjawab pertanyaan ku. Kamu mengenal Chen Jie Rui?"
Ara menggelengkan kepalanya pelan, dia takut jika dia mengangguk akan menimbulkan masalah untuk Jie Rui ke depannya.
"Aku tahu kamu mengenalnya. Dia mencari kamu sejak beberapa hari yang lalu."
"APA?!"
"Jangan berteriak Ara. Telingaku masih normal tanpa perlu mendengar teriakan melengking milik kamu ini."
Ara kembali meringis. Dia merasa tidak enak hati saat mendengar gerutuan Xing Dong dengan kedua tangannya dia kibaskan di telinga. Mengurangi dengung yang diakibatkan oleh teriakan Ara di depannya.
"Dia terus mencari kamu. Aku yakin dia juga akan mencari kamu sebentar lagi. Kamu ada masalah dengan dia? Ngomong-ngomong kamu kemana saja dua hari tidak masuk?"
Ara menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Ara pikir Xing Dong tidak akan bertanya tentang absennya beberapa hari ini tetapi ternyata tidak.
Xing Dong menatap Ara yang salah tingkah, sebagai ketua kelas Xing Dong memiliki kewajiban untuk mengecek absen teman-teman sekelasnya apalagi absen Ara, seorang mahasiswa dengan beasiswa.
"Aku... aku sedang tidak enak badan." Jawab Ara berbohong.
Ara memilih bermain aman. Tidak mungkin Ara mengatakan kalau dia menghindari Chen Jie Rui bukan? Jika Ara mengatakan semuanya sesuai kenyataan, kampus ini bisa langsung roboh karena rasa penasaran wanita-wanita yang ada di kampus ini.
"Kamu yakin dengan jawaban kamu ini? Kamu tidak sedang berbohong bukan?" Tanya Xing Dong penuh selidik.
"Tidak, Xing Dong. Aku tidak akan berani berbohong kepada kamu. Sudah sana! Aku mau membaca materi pelajaran yang tertinggal." Ucap Ara sambil mendorong tubuh Xing Dong menjauhi dirinya.
"Ara! Ikut denganku sekarang juga!"