Chereads / UPIK ABU DAN PANGERAN TAMPAN / Chapter 18 - Egois

Chapter 18 - Egois

Ara merasa kesal saja dengan sikap Jie Rui. Kenapa pria itu sama sekali tidak menyangkal semua yang dia katakan saat Wang Zeming bertanya tentang hubungan mereka berdua.

Jie Rui sama sekali tidak menyangkal dan mencoba menjelaskan kepada Ara dan yang lainnya jika hubungan cintanya dengan Cheng Ling hanya cinta sesaat saja.

"Kenapa kami cemberut seperti itu?" Tanya Dena saat menunggu Ara selesai mengerjakan pekerjaannya di cafe.

"Aku kesal. Kenapa Jie Rui tadi tidak menjelaskan apa-apa tentang Cheng Ling? Kenapa dia diam saja? Jangan-jangan mereka sekarang sudah kembali bersama? Bagaimana kalau mereka kembali bersama, Dena?"

Saat ini Dena yang menggulir bola matanya. Sahabatnya ini tadi saja mengatakan dengan mulutnya sendiri jika dia mengijinkan Jie Rui kembali bersama dengan Cheng Ling karena hubungannya dengan Jie Rui sudah tidak sama lagi.

"Den! Kenapa kamu diam saja sih? Kamu ini sahabat aku apa bukan sih?" Tanya Ara mulai kesal.

"Kamu mau apa memangnya? Kamu mau mendatangi Jie Rui dan mencabut semua yang sudah kamu katakan tadi di kantin?"

"Kenapa kamu tidak mendukungku sama sekali? Kamu kenapa jahat? Sama saja dengan Jie Rui."

Ara kesal sendiri karena tidak ada yang mendukungnya. Ara ingin Jie Rui merayunya. Datang kepada dia dan meminta maaf karena sudah memperlakukan Ara dengan sangat buruk di masa lalu. Bukannya datang merayu dan meminta maaf, Jie Rui hanya diam saja sambil melipat tangannya di depan Ara. Dan semua yang dilakukan pria itu semakin membuat Ara merasa kesal.

"Kamu ini yang aneh. Dia sudah melakukan seperti apa yang kamu minta tapi kamu malah marah-marah."

"Aku nggak mau mendengar semua itu. Dia seharusnya datang dan meminta maaf. Bukan diam saja seperti itu."

Dena hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ara yang selalu aneh di matanya ini.

"Terserahlah apa yang mau kamu katakan. Aku sudah pusing mendengar celotehan protes kamu sejak tadi."

Ara cemberut mendengar apa yang dikatakan oleh Dena. Sahabatnya ini selalu to the point jika berbicara tapu Ara tidak pernah marah dengan sifat Dena yang satu ini.

"Sekarang kamu cepat bekerja. Tidak lucu bukan kalau kamu dipecat di hari pertama bekerja?"

"Ya sudah aku bekerja dulu. Bye!"

Dena menggelengkan kepalanya setelah Ara pergi meninggalkan dirinya yang sedang menikmati ekspreso pesanannya.

Dena mengamati setiap kegiatan Ara. Gadis itu tipe yang sangat ceria sehingga Ara bisa dengan mudah berkenalan dan memiliki banyak teman.

Ara kesal karena Jie Rui dengan santainya mengatakan kalau dia sendiri yang akan menjemput Ara di tempat kerja. Pria itu memaksa dan bertanya dimana Ara bekerja kepada Dena.

Melihat Dena mengatakan semuanya dengan jelas membuat Ara semakin kesal. Bagaimana dia bisa menghindari Jie Rui jika pria itu mengetahui dimana tempatnya bekerja?

Dan sekarang jam di tangan Ara sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tandanya Ara sebentar lagi pulang.

Ara tinggal membersihkan beberapa barang dan bersiap untuk pulang. Berkali-kali dia melihat ke arah Dena dan merasa sedikit lega saat melihat Dena masih sendirian.

Tidak ada Jie Rui ataupun Wang Zeming di dekat Dena saat ini membuat Ara bisa tersenyum dengan jelas.

"Ayo kita pulang!" Ajak Ara sambil menenteng tas miliknya di depan Dena.

"Sudah selesai?"

Ara mengangguk. Dena memunguti semua barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas miliknya. Mereka berdua keluar dari dalam cafe tapi tiba-tiba langkah keduanya terhenti.

"Kenapa kalian ada di sini?" Tanya Ara terkejut.

Di depannya saat ini berdiri tiga laki-laki. Jie Rui, Wang Zeming dan ditambah Chen Yang.

Mereka bertiga dengan santainya berdiri dengan badan yang bersandar di mobil range rover sport yang Ara tahu itu milik Jie Rui.

"Kalau aku yang jelas menjemput kamu. Dua pria ini sengaja ingin ikut dan Chen Yang ingin tahu siapa tunaganhm,"

Ara dengan cepat menutup bibir Jie Rui agar pria itu tidak menyelesaikan kata-katanya. Ara tidak ingin semua orang tahu apalagi teman-temannya yang bekerja di cafe mengetahui siapa Jie Rui sebenarnya.

"Jangan bicara apapun. Mulut kamu ini ya, kenapa sekarang menjadi semakin aktif bicara?" Tanya Ara masih dengan menutup mulut Jie Rui dengan tangannya.

Mata Ara melihat ke sekelilingnya, berharap kalau teman-temannya yang tadi masih ada di dalam cage belum keluar.

Jie Rui melepas dekapan tangan Ara di mulutnya, dia tidak suka jika Ara melarangnya mengatakan siapa Ara sebenarnya. Bagi Jie Rui semua itu berarti Ara berniat menutupi semua kenyataan hubungannya ini.

"Memangnya kenapa kalau aku mengatakan semua itu? Kamu keberatan?"

"Iya. Aku keberatan. Selama ini kamu kemana saja? Kamu sendiri yang melarang aku saat pertama kali aku datang ke Beijing. Kamu sendiri yang mengatakan kalau sebenarnya kamu tidak mau bertunangan denganku. Kenapa sekarang setelah aku memutuskan semuanya tiba-tiba kamu seperti ini? Aku bukan mainan yang dengan seenaknya kamu mainkan begitu saja. Ayo Dena kita pulang!"

Ara menarik tangan Dena pergi menjauhi mobil Jie Rui dan berjalan dengan cepat ke arah mobil milik Dena.

Ara kesal dengan sikap semena-mena Jie Rui. Ara sudah ingin melupakan pria itu dan ikhlas melepaskan statusnya sebagai tunangan. Ara berusaha memulai hidupnya dari awal lagi tapi Jie Rui tidak mengijinkannya.

"Ah, lepaskan aku!" Pekik Ara saat tiba-tiba Jie Rui menggendongnya di bahu.

Ara terlihat kecil saat bersama Jie Rui. Pria itu dengan santainya menggendong Ara di atas bahu meskipun Ara memberontak dan memukuli punggungnya.

"Aku serahkan teman Ara kepadamu. Yang, kamu ikut Wang Zeming karena aku ada sesuatu yang harus aku selesaikan dengan gadis nakal ini." Ucap Jie Rui sambil memukul pantat Ara keras.

Plak!

"Kamu kalau tidak mau diam, semua orang di sini akan tahu kalau kamu adalah tunangan ku." Ancam Jie Rui dan ternyata ancamannya berhasil.

Ara langsung diam dan menurut apa yang dikatakan oleh pria itu. Ara juga tidak memberontak saat Jie Rui membuka pintu mobil lalu mendudukkan Ara di kursi penumpang.

"Diam dan patuh kalau kamu tidak ingin semua orang tahu siapa aku."

Ara memutar bola matanya. Kesal dengan sikap diktaktor Jie Rui yang dia tahu memang seperti itu. Jie Rui yang selalu mendapatkan apapun yang pria itu inginkan tidak pernah merasakan yang namanya sebuah penolakan.

Saat Ara membungkam mulutnya dan melarang dia mengatakan siapa Jie Rui sebenarnya membuat harga diri pria itu terasa diinjak-injak oleh Ara.

Selama ini tidak ada wanita yang menolak dia tetapi Ara seperti malu menjadi tunangannya membuat harga diri Jie Rui turun drastis.

"Aku mau pulang ke rumah Dena,"

"Tidak ada. Dan malam ini kamu akan bersama denganku."