Kehidupan Pelangi kini begitu berwarna, padahal sejak dulu hanya hitam yang mewarnai harinya. Hari-hari ya bersama Raino membuatnya merasakan sesuatu yang bergejolak dalam hatinya. Apakah perasaan cinta itu mulai hadir? atau hanya sebatas rasa peduli?
Hari ini merupakan hari di mana Raino tengah sibuk dengan kegiatan ekskulnya. Biasanya Raino selalu pynya waktu untuk menjemput dan bahkan mengantar Pelangi hingga tiba di rumah. Namun, janjinya seolah sirna karena kegiatan ekskul yang menyita waktunya. Belum lagi harus mengecek kondisi Aditya dan juga Meli di tambah dengan urusan kantor yang harus segera ia kerjakan. Raino b3gitu sibuk, kini setiap pagi hari Raino hanya mampu menjemput Pelangi di rumah dan mengantarnya ke sekolah hanya sebatas itu. Tak ada lagi acara makan bersama di kantin atau mengerjakan tugas bersama. Biasa Raino sering mengajak Pelangi untuk berkunjung ke rumahnya. Sekedar untuk berbincang dengan Meli dan juga menyapa Aditya. Sejujurnya Raino sangat mengharapkan perhatian dan kehadiran Pelangi yang rutin mengajak Meli mengobrol dan meluangkan waktu untuk keluarganya. Jika Raino terlalu sibuk dengan urusan kantor.
Seiring berjalannya waktu, Raino dan Pelangi kini terasa menjauh, sesekali hanya sapaan lewat chat yang mereka lakukan, sebatas tanda persahabatan dan janjinya pada Sherly untuk menjaga Pelangi. Jika keduanya masih berhubungan baik. Raino ingin menjadi atlit basket, sedangkan kehidupannya justru mengajaknya untuk bersikap dewasa dan juga bertanggung jawab atas keluarganya yang sekarang hanya bisa mengandalkan dirinya.
Kehidupan serba mewah, bergelimang harta bahkan di inginkan oleh setiap orang. Tapi, uang bukanlah segalanya untuk Raino. Jika bisa Raino menukarnya dengan perhatian dan kasih sayang serta keharmonisan keluarga, dengan senang hati Raino akan menukarnya dengan hal itu. Tapi, tentu itu tidak bisa. Yang ia ketahui saat ini, ia hanya memiliki Aditya dan juga Meli sebagai keluarganya yang masih tersisa.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Bara yang kini sudah memasukki ruang kelas Pelangi
"Pagi pak," jawab serentam seluruh siswa sedangkan Pelangi sudah menepuk keningnya.
"Apa kita ada penyuluhan lagi pak?" tanya Cherry
"Tidak, kali ini saya yang akan menggantikan pak Artur, karena beliau tengah mendapatkan beasiswa melanjutkan S3nya," jawab Bara yang membuat Pelangi langsung menelan ludahnya, membayangkan akan hal buruk yang akan terjadi padanya.
"Wah.., senangnya kelas kita ada guru tampan yang mengajar," senang Cherry bersama siswi centil lainnya.
"Kalau gitu kita boleh dong minta nomor teleponnya bapak, kali aja bapak mau gitu buat les tambahan di luar jam sekolah," ucap Cristy berpendapat.
"Maaf, kalau untuk hal itu, saya tidak mengadakan les tambahan di jam sekolah,"
"Yah.., bapak pelit banget sih, kita kan mau pintar pak," sambung Cherry.
"Kalian bisa mendaftar di bimbingan belajar lainnya, masih banyak kok, kelas yang kosong jika kalian ingin ikut mendaftar,"
"Gak deh pak, kita maunya di ajarin les sama bapak, biar makin semangat gitu lihat yang ganteng, kan bikin hati adem dan pikiranpun encer pak,"
"Huu..., encer encer, lo kata pak Bara, es?" celetuk Bambang
"Syirik aja lo bambang," protes Cherry
"Sudah-sudah, jangan berisik, pelajaran akan kita mulai dan tentunya saya ingin mengadakan ujian dadakan agar saya tau kemampuan kalian masing-masing,"
"Huuu..., gak asik ah bapak, baru jiga masuk udah langsung ulangan aja," protes siswa.
"Yang tidak suka, boleh keluar!" ucap Bara dan hal itu membuat Pelangi bangkit dari duduknya.
"Kamu mau apa Pe- Anggi?" tanya Bara yang langsung meralat ucapannya
"Saya mau keluar pak," jawab Pelangi santai, membuat Bara menggertakkan giginya
"Atas dasar apa?"
"Karna saya tidak suka dengan ujian dadakan yang bapak berikan," jawab Pelangi masih dengan begitu santai, membuat siswa yang lain terdiam dengan tindakan Pelangi, biasanya Pelamgi tidak pernah bersikap seperti ini. Justru ia terlihat begitu penurut pada semua guru dan selalu menyelesaikan semua tugasnya dengan baik. Bara tidak mampu berkata apapun lagi.
"Apa sekarang saya sudah boleh keluar pak?" tanya Pelangi dan itu membuat Bara menatapnya dengan amarah.
"Tidak ada yang boleh keluar dari ruangan ini, hingga jam pelajaran saya selesai!" jawab Bara bernada tinggi, membuat semua siswa terkejut dengan kemarahan Bara. Pelangi dengan santai berjalan mengarah pada guru pengganti itu, "Saya permisi ke toilet pak, kebelet soalnya," Pelangi sungguh senang melihat kemarahan guru pengganti itu, wajah merah penuh dengan amarah yang ia tahan. Membuat perut Pelangi terasa sakit, karena menahan tawa sedari di dalam kelas. Tanpa jawaban dari Bara, Pelangi lantas keluar dari kelasnya. Ia cukup tahu, tak akan mungkin Bara melarangnya jika sudah berurusan dengan toilet.
"Dasar rubah kecil, sudah berani ternyata bermain-main denganku," umpat Bara dalam hatinya.
Alih-alih ke toilet, Pelangi justru asik melihat Raino tengah latihan basket bersama teman lainnya. Pelangi terlalu malas berada di dalam kelasnya, rasanya ia belum siap jila Bara menjadi pengganti pa Artur yang bersikap begitu ramah dan humoris pada setiap siswa.
"Loh Gi, kamu ngapain disini?" tanya Raino yang penasaran saat mendapati Pelangi tengah asik dengan minuman bobanya bersama sebuah roti di tangan sebelahnya.
"Lagi liatin kamu latihan," jawabnya santai
"Trus, pelajaran kamu?"
"Sekali-kali bolos gak papa kali ya Ren?"
"Kok tumben? emang gurunya gak marah kamu bolos?"
"Lagi malas aja, kamu tau sendirikan kalau pak Artu lanjit S3, jadi aku belum terbiasa ama guru pengganti,"
"Ya kalau kamu di hukum gimana? udah masuk gih, gak lucukan kalau tiba-tiba kamu di hukum karna asik nonton anak basket latihan,"
"Dih, kepedean banget pak,"
"Ya habisnya kamu bolos malah kesini,"
"Biarin aja, dari pada ke perpus, malah buat otakku makin pusing,"
"Terserah kamu deh Gi, aku gak ikut-ikutan ya?"
"Yang ngajak kamu bolos juga siapa? kan aku cuma lihat kalian latihan doang,"
"Iya Iya, aku lanjut latihan ya?"
"Semangat!"
Bukan Bara namanya jika tidak bisa menemukan Pelangi, begitu asik terlihat Pelangi tengah duduk bersantai sambil menikmati boba dan cemilannya di tambah dengan pandangan matanya yang sibuk memperhatikan bola, Pelagi tak sadar jika dirinya sudah menghabiskan waktu 30 menit dengan izin ke toilet. Dengan santai Bara duduk di samping Pelangi, sambil memperhatikan wanita yang tengah asik dengan kegiatan bolosnya.
"Seru ya, liatan cowok-cowok latihan?" tanya Bara dan Pelangi mengangguk, tanpa sadar suara siapa yang tengah bertanya padanya.
"Boleh dong bagi cemilannya?"
"Nih, ambil aja," ucap Pelangi sambil menyerahkan cemilannya pada Bara yang sampai detik ini belum ia sadari.
"Enak ya? Beli dimana?"
"Kantin, kalau lo mau ambil aja semua, gue balik ke kelas ya," Pelangipun bangkit dari duduknya, ingin beranjak dari tempatnya dan kembali ke kelas. Namun, siapa sangka keinginannya harus ia hentikan saat mendapati sosok Bara tengah asik menikmati cemilan darinya.
"Eh, ba-pak,"