Namun mau bagaimana lagi? Ia harus berkata yang baik-baik tentang Juan agar dirinya bisa membayar hutang pria itu dengan lunas. Tapi, tunggu dulu, bagaimana ini bisa disebut dengan hutang? Dirinya saja tidak meminjam apa pun pada pria tersebut. Bagaimana bisa ini disebut dengan hutang dan gadis itu merasa berhutang padanya? Lagian ponsel itu jatuh pun tidak sepenuhnya salah Clara, tapi pria itu pun tidak berhati-hati saat berjalan.
"Baiklah kalau begitu, saya ada janji dengan teman-teman saya. Jadi saya harus pergi," pamit Ibu Juan.
Clara mengangguk mengiyakannya. Kemudian wanita itu bangkit dari tempat duduknya dan pergi.
Wanita yang bersamanya juga melakukan hal yang sama. Ia berdiri dan menlangkah mengikuti Ibu Juan.
Namun, sebelum pergi wanita tersebut menatap Clara dengan pandangan sinis. Ia tidak mengucapkan apa pun ketika pergi. Clara sangat menyayangkan sikapnya, di balik wajah cantiknya tidak tertera sopan santun di sana. Cantik-cantik tapi atituted nol, komentar Clara di dalam hati.
Gadis itu melihat ke arah jam tangannya, sudah sore dan kesempatannya untuk bertemu dengan editor pun hangus begitu saja. Padahal ini adalah kesempatan emasnya untuk menjadi seorang penulis terkenal, setelah tiga tahun ia menulis naskah dan mengupload-nya ke salah satu media, seorang editor dari sebuah penerbit ternama mengubunginya dan mengatakan bahwa dirinya tertarik dengan naskah buatannya.
Oleh karena ini gadis itu sangat bersemangat sekali, saking semangatnya ia tidak sabar untuk sampai di tempat janjian mereka. Namun sebuah insiden membuatnya harus membatalkan janji tersebut secara tiba-tiba. Mungkin kalau hal ini tidak terjadi, gadis itu sudah membicarakan tentang perkembangan naskahnya seta menandatangani kontrak kerja sama dengan penerbit tersebut. Sangat di sayangkan sekali.
"Maaf ya saya jadi merepotkan kamu," kata Juan setelah di meja tersebut hanya ada mereka berdua.
Juan mengeluarkan sebuah ponsel kemudian memberikannya pada Clara. Ya, itu adalah ponsel Clara.
Karena pria itu meminta maaf, Clara pun tidak enak hati untuk memarahi Juan.
"Gak apa-apa, lagian juga ini kan yang harus saya bayar untuk ganti rugi ponsel Bapak," balas gadis itu.
Iih, apa-apaan ini? Kenapa gue malah baikin dia? Seharusnya kan gue marah! Seru gadis itu di dalam hati. Clara memukul kecil kepalanya karena telah melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan.
"Seharusnya saya hari ini bertemu dengan editor saya. Seorang editor tertarik dengan Novel saya dan berencana untuk membicarakannya hari ini, namun tidak jadi karena waktu janji kami jam 3 sore," ucap Clara menceritakna apa yang menjadi beban pikirannya.
Juan menatap Clara menyesal. Tidak seharusnya ia menahan gadis itu yang sedang ada pertemuan dengan orang penting. Tapi, mau bagaimana lagi? Hanya ini satu-satunya cara agar dirinya terlepas dari perjodohannya dengan Rere. Ya, meskipun tindakan ini harus mengorbankan perasaan seseorang, tapi Juan harus melakukannya karena tidak ada pilihan lain selain yang ia lakukan ini.
"Oke, sebagai gantinya kamu boleh pesan apa saja yang kamu mau. Nanti saya yang aan membayarnya," ucap Juan mengatakan dirinya akan mentraktir gadis itu sebagai ganti dari wajah murungnya. Mendengar hal tersebut, wajah Clara pun berubah. Senyuman terukir di bibirnya mendengar pria tersebut akan membayar apa pun yang di pesan olehnya.
Clara bertanya apakah pria itu serius dengan ucapannya? Dan Juan pun menganggukkan kepalannya sambil mengiyakan pertanyan itu. Gadis itu pun segera memanggil pelayan dan memesan beberapa makanan yang ingin sekali ia makan. Juan cukup terkejut ketika gadis di hadapannya itu memesan banyak sekali makanan, yang dimasalahkan bukanlah total harga yang akna ia bayar namun dalam tubuh yang kecil itu Clara dapat menghabiskan makanan sebanyak itu.
"Pak Juan, kalau saya Take a Wayy juga boleh?" tanya Clara pada Juan.
"Boleh, silakan," kata pria itu mempersilakan gadis itu melakukan apa yang ia mau.
"Asiiik! Mba kalau gitu saya pesan juga beberapa menu untuk take away yaaa ..."
Clara pun kembali mengucapkan pesanan untuk di bawa pulang, semetara di tempat duduknya Jua nmenggeleng kepala pelan.
"Benar-benar mencari kesempatan di dalam kesempitan," ucap Juan pelan agar gadis itu tidak mendengarnya. Detik kemudian, pelayan tersebut pergi sambil mengatakan pada mereka untuk menunggu pesanan. Keduanya saling bertatapan, Clara berterimakasih pada pria terebut dan Juan hanya memandang aneh gadis di hadapannya.
*****
Clara diantar oleh Juan menggunakan mobil pribadi. Gadis itu mengarahkan pria tersebut untuk mengendarai kendaraannya menuju rumahnya.
Gadis itu tinggal di rumah sewaan yang tidak terlalu besar. Juan cukup terkejut gadis tersebut tinggal di tempat seperti ini, rumah yang ada di depannya ini berbeda jauh dengan tempat tinggalnya. "Saya cukup terkejut kemu betah tinggal di tempat seperti ini," ucap Juan pada gadis itu.
"Pak Juan ngeledek saya?" tanya gadis itu menatap Juan dengan tatapan menantang.
"Saya gak ngeledek kamu. Saya cuma mengatakan kalau saya terkejut kamu tinggal di tempat ini.
"Itu sama aja ngeledek," kata Clara melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ya sudah, kalau begitu cepat pulang. Maaf ya saya sudah mengambil waktu kamu yang penting," ucap pria itu dengan tulusnya.
Mendengar hal tersebut Clara tertegun, setelah meledeknya Juan meminta maaf padanya karena sudah membuat harinya berantakan. Kini gadis itu bingung, apakah ia harus marah atau tidak padanya. Pria tersebut seperti memiliki dua kepribadian yang berbeda.