Chereads / SHIRO THE MAGICIAN / Chapter 15 - 15. Lantai 8, Nomor 102

Chapter 15 - 15. Lantai 8, Nomor 102

Ketika dalam perjalanan pulang aku baru tahu nama si Polisi, namun Karin lebih sering memanggilnya dengan kata 'pak' karena Polisi biasanya memang sering dipanggil pak di tempat tinggal baruku ini. Polisi itu bahkan mengantar kami sampai ke lantai enam apartemen.

Katanya sih sebagai bentuk terima kasih sudah mau mengamankan induk kucing itu sebelumnya.

Kami baru saja menginjakkan kaki di lantai enam itu ketika mendengar suara seekor kucing mengeong di depan pintu ruang apartemen Karin. Itu Queen. Aku berlari mengejar Queen karena dia tampak panik.

[Queen?]

[Shiro! Kamu dari mana saja?!]

[Ada apa?] aku khawatir melihat Queen yang tampak panik.

[Carol! Tolong dia!]

"Apa calico Persia itu milikmu, Karin?" aku dengar si Polisi bertanya pada Karin.

"Bukan. Dia punya temanku di lantai delapan. Tapi tumben sekali Queen keluar jam segini dan teriak-teriak di depan pintu mencari Shiro."

"Mungkin pemiliknya keluar dan dia terkurung di luar tanpa diketahui pemiliknya!"

[Kita akan minta tolong mereka!] ucapku pada Queen. Aku berlari mendekati Karin bersama Queen. Kami mengeong bersamaan, membuat Karin dan si Polisi jadi bertanya-tanya karena tidak mengerti bahasa kucing. Aku ingin bicara dalam bahasa manusia, tapi kalau diketahui si Polisi bisa gawat.

"Ada apa dengan mereka?" si Polisi bertanya pada diri sendiri.

Karin memperhatikanku, sepertinya ingin memintaku memberitahu apa yang terjadi sampai Queen panik dan mencariku.

Aku berlari ke arah tangga beberapa langkah berharap Karin dan si Polisi mengerti. Queen mengikutiku sambil mengeong ke arah tangga yang menuju lantai atas.

"Tampaknya ada sesuatu yang terjadi di apartemen tempatnya Queen tinggal!" ucap Karin yang telah mengerti maksud kami mengeong sambil menuju tangga atas. Karin berlari mengikutiku dan Queen lalu Polisi itu juga berlari mengikuti kami menuju tangga ke lantai atas.

"Ada di lantai berapa kucing itu tinggal?" tanya si Polisi ketika berlari.

"Lantai 8, nomor 102." sahut Karin terus berlari.

Mendapatkan jawaban dari Karin si Polisi yang memiliki kaki panjang, berlari lebih dahulu menaiki tangga menuju lantai delapan. Karin yang terbiasa naik dan turun tangga tidak tertinggal jauh dari si Polisi. Kami sampai di lantai delapan saat Polisi itu tiba tepat di depan pintu 102. Dia berusaha membuka pintu yang ternyata terkunci.

"Apa sudah dipanggil sebelumnya?" tanya Karin begitu sampai di depan pintu.

Si Polisi melihat sekilas pada Karin yang nafasnya masih teratur setelah berlari menaiki dua lantai. "Sudah, tapi tidak ada jawaban. Sepertinya memang ada sesuatu yang terjadi di dalam!"

Ketika si Polisi dan Karin berbicara, aku dan Queen segera masuk ke dalam apartemen itu melalui pintu kecil khusus untuk Queen agar bisa keluar masuk dengan bebas. Si Polisi melihat kepada Queen dan aku yang memasuki pintu.

"Mereka langsung berlari masuk!" terdengar suara Karin dari luar.

Aku terus berlari masuk mengikuti Queen hingga ke ruang tengah. Aku menemukan beberapa kain berserakan di lantai dan semakin banyak ketika masuk lebih dalam. Lalu akhirnya aku melihat Carol di lantai mengerang kesakitan.

Aku memperhatikannya. Tidak ada luka apa pun. Tampaknya Carol kesakitan karena penyakitnya. [Queen apa kamu tahu Carol meletakkan kunci pintu depan?!]

[Di lemari tv. Untuk apa?]

[Aku akan memberikan pada Karin dan Polisi di luar. Kasihan pintunya belum terbuka walau dia sudah berusaha mendobraknya!] ucapku sambil berlari ke arah lemari tv. Aku memanjatnya cepat dan menemukan kunci yang dirangkai menjadi satu dalam sebuah gelang kecil dan diberi tali kulit yang sepanjang lima puluh sentimeter. Aku menggigit tali kulit itu, melompat turun lalu berlari ke arah pintu.

Aku keluar dari pintu kecil pada bawah pintu ketika si Polisi tadi sedang mengambil ancang-ancang akan menendang pintu untuk ke tiga kalinya dari yang aku dengar sejak masuk ke dalam apartemen tadinya.

"Shiro!" seru Karin menghampiriku dan aku langsung melepaskan tali kulit yang aku gigit di lantai.

Si Polisi menarik tali kulit yang kuncinya masih tersangkut di dalam pintu. Dia membuka pintu kecil itu untuk mengeluarkan kunci yang tersangkut. "Ini kunci!" serunya yang segera berdiri dan memilih salah satu kunci yang kira-kira kunci pintu.

Karin ikut berdiri dengan menggendongku. "Kalau kunci pintu depan biasanya yang besar itu pak."

Polisi itu segera mengikuti perkataan Karin dan benar saja. Pintu itu terbuka. "Kucing pintar!" ucap si Polisi sambil mengusap kepalaku sebelum memutar gagang pintu. Begitu pintu terbuka, dia segera berlari masuk bersama Karin menuju sumber suara Queen yang mengeong di dekat Carol.

Begitu sosok Carol terlihat oleh Ksrin, ia menjerit memanggil Carol. Sementara itu si Polisi mengeluarkan ponselnya sambil berlari mendekat.

"Jangan menyentuhnya dulu!" ucap si Polisi ketika Karin berlutut di dekat Carol. "Halo. Saya seorang polisi dari Polsek Padang Bulan, bisa tolong kirimkan ambulan ke apartemen The Beauty di jalan Nanas, lantai delapan kamar nomor 102. Tolong secepatnya!"

Karin melihat sekilas pada si Polisi lalu kembali melihat pada Carol, dia ingin menyentuhnya tetapi si Polisi mencegahnya ketika sedang menelpon seseorang kembali. "Halo pak, Zain di sini. Saya bersama teman menemukan seorang perempuan sekarat dalam apartemen yang terkunci! Saya sudah memanggil ambulance dan..." si Polisi melihat sekitar ruangan dalam sekali sapuan. "Tampaknya tidak ada tanda pengrusakan di dalam. Hanya ada kain saja yang berserakan. Sepertinya baru diangkat dari jemuran dan terjatuh bersamaan dengan korban, pak. Baik pak!" si Polisi itu menutup telponnya dan menyimpan kembali ponselnya.

"Kenapa tidak boleh menyentuh Carol?! Dia terlihat sangat kesakitan!"

"Tenanglah. Saya tahu kamu khawatir, tapi segala kemungkinan bisa saja terjadi. Bisa saja dia diserang dan sentuhan kamu bisa menghilangkan bukti! Atau kalau dia sakit, kita tidak tahu apa yang sakit dan menyentuhnya sembarangan hanya akan memberikan efek cedera lebih parah!" jelas si Polisi yang berhasil menenangkan Karin.

Polisi itu yang kebetulan memiliki sarung tangan untuk berkendara, mengeluarkan sarung tangannya, memakainya cepat. Dia lalu berkata dengan suara yang tenang. "Nona Carol. Apa anda bisa mendengar saya?"

Carol yang meringkuk kesakitan membuka matanya perlahan, namun tidak ada jawaban.

"Saya seorang polisi. Saya akan membalik tubuh anda untuk mencari apakah ada luka. Beri isyarat apa saja jika merasa sakit ketika saya membalik tubuh anda!"

Tetap tidak ada jawaban.

Suara serinai ambulance sudah mulai terdengar dari luar.

Si Polisi menyingkirkan baju-baju yang masih tergenggam oleh Carol. Setelah itu ia menyentuh ke dua bahunya dan membalik tubuh Carol dengan hati-hati. Tidak ada jejak luka apapun tentunya karena dia sakit. Tapi apa yang dilakukan si Polisi itu sudah sangat baik untuk menjalankan tugasnya.

Suara dua serinai kini telah terdengar memasuki halaman parkir gedung apartemen.

Karin melihat ke luar jendela.

"Ambulance dan polisi sudah datang! Anda akan segera mendapatkan pertolongan!" si Polisi menenangkan Carol yang telah sangat pucat dan hanya dapat membuka matanya perlahan yang menandakan dirinya masih sedikit sadar.