KISAH PERJALANAN ANTONIO : PEMBUNUH BERANTAI 2
Warning : adegan 21 ke atas, kekerasan, kata kasar dan darah
Entah berapa lama kami di sana, tak tahu itu siang atau malam. Terdengar suara tangisan pelan.
"Kassandra itukah kamu ?" tanyaku.
"Bukan..." jawabnya pelan.
"Hei, kamu tidak apa-apa ?" tanyaku pasti perempuan itu.
"Aku ingin pulang ..." rintihnya pelan.
Aku berusaha menggerakan tanganku yang di borgol, akhirnya aku bisa mendekatinya. Aku tertegun melihat kondisinya begitu kurus dan penuh luka sayatan di lengan dan pipinya.
"Sudah berapa lama kamu disini ?" tanyaku perempuan itu menggeleng,
"Apa dia yang melakukannya ?" tanyaku. Dia kembali mengangguk.
Perlahan aku menyentuhnya, entah kenapa tanpa disadari sebuah cahaya memancar dari tanganku dan sedikit demi sedikit luka perempuan itu pun mulai menghilang. Kedua gadis itu terkejut.
"Siapa kamu sebenarnya !" keduanya gugup.
"Hanya seorang pengembara dari jauh !" jawabku.
Perempuan itu bisa bangun walau masih lemah, ia berterima kasih. Ia bercerita yang sama dengan Kassandra, dia lari dari rumah karena kedua orang tuanya sering bertengkar, dan bermaksud ke rumah neneknya namanya Elisa. Secara mengejutkan semuanya di bawa di jalan yang sama denganku, Elisa mengatakan ada dua perempuan lain tapi menurutnya mereka sudah mati dibunuh. Setelah sebelumnya di siksa terlebih dahulu.
"Dia seorang iblis !" ujar Elisa dalam nada marah.
"Benarkah ?" tanyaku.
"Tentu saja, dia sangat aneh! katanya tidak percaya tuhan itu ada! tapi sesekali dia berdoa dengan salib di tangannya sebelum melakukan siksaan kepadaku !" jelas gadis itu.
"Apa ia menyentuhmu ?" tanya Kassandra. Elisa mengangguk, ia cerita pernah diperkosa oleh lelaki lalu menangis,
Kami hanya terdiam, lalu aku bertanya apa sempat singgah di restoran di kota kecil dan mereka mengangguk.
"Apa kemudian kalian tertidur ?" tanyaku lagi. Mereka berdua tertegun dan mengangguk
"Kurasa dia sudah melakukan sesuatu kepada kita, dan pelayan wanita di restoran itu tahu siapa lelaki itu! cuman ia takut tak berani berbicara !" kataku.
----------------
"BRAK !"
Semua terkejut, lelaki itu kembali darang. Dia menarik rambutku dan memukulku berkali-kali sebelumnya dan membawaku pergi dengan menarik tubuhku seperti barang saja dengan menggusur tubuhku. Aku diam saja. Dan dia membawaku kesebuah ruangan dan mendudukanku di sebuah bangku dia mengikat tangan dan kakiku dengan tambang dengan erat. Kemudian menyumpal mulutku.
Tak lama dia pun membawa kedua gadis itu dan melakukan hal yang sama, keduanya menangis tak bisa berbuat apa-apa.
"Barang ini milikmu ?" tanyanya menatap tajam kearahku sambil menunjuk ke meja. Disana ada alkitab, salib dan juga jubahku yang terdapat dari ranselku. Aku mengangguk.
"Menyebalkan, dan sampah !" ia melempar semuanya ke perapian yang menyala.
Kalau di perhatikan kondisi rumahnya sangat bagus, dan juga besar. Semua barang terlihat tua dan antik.Ada empat buah foto yang tertempel di dinding kayu dekat kepala rusa yang di awetkan. Bisa dipastikan lelaki ini bukan orang sembarangan, dan salah satunya foto dirinya.
"Hari ini kalian akan ku habisi !" dan kemudian tertawa terbahak, aku menatapnya.
Dia pun membuka pakaiannya sehingga bertelanjang dada, mengambil sebuah salib dan melalukan ritual doa, apa yang dikatakan Elisa benar adanya. Aku tersenyum di balik sumpalan. Setelah itu ia berdiri dan mengambil sebuah pisau.
"Kalian tahu, kenapa di bawa kesini ?" tanyanya sambil menyeringai menakutkan.
"Kalian tidak berguna, semua yang ku bunuh karena semua kabur dari rumah! kasihan sekali hanya untuk mengantar nyawa untukku !" dia kemudian dia mendekati kami. terutama ke arahku.
"Aku benci, pecundang, orang lemah !" bisiknya sinis, ada kemarahan dalam suaranya. Dia membuka sumpal mulutku.
"Sayang sekali, kamu adalah yang pertama ku habisi !" ujarnya dan tertawa.
"Lelaki menyedihkan! karena selama ini selalu di hukum karena kesalahan kecil oleh ayahnya! ibunya berusaha melindunginya tapi tidak mampu hanya diam dan menangis !" ucapku tiba-tiba, membuat lelaki itu tertegun dan menatapku tajam.
"Tahu apa kamu hah ! berani-beraninya berkata seperti itu !" ucapnya marah.
"AAAAHHHH !" aku mengerang kesakitan ketika pisau itu menyayat tangan ku, sementara kedua gadis itu berteriak dan menangis.
"Itu hukuman bagi orang yang sok tahu !" katanya kembali ekpresinya terlihat puas tapi dingin.
"Tapi sayang, sesudah dendam yang menumpuk lama akhirnya ayahnya yang di bencinya dibunuh !" aku melanjutkan perkataanku, ia kembali marah. Dan memukul wajahku. wajahku berdarah.
"Kamu sebenarnya yang banci! karena tidak mampu melakukan itu diranjang terhadap wanita, bahkan mendapat ejekan !" kataku kini aku yang tersenyum menyeringai.
"Jleb !" mataku melotot ketika ia menusukan pisaunya ke dadaku.
"Kurang ajar! F**c ...kamu lebih baik mati! dasar banci, homo !" teriaknya dengan sumpah serapah dan kemarahan yang meledak dengan menusukan berkali-kali pisau itu ke tubuhku, darah pun memuncrat ke ruangan dan tubuhnya.
Kedua perempuan itu hanya bisa menangis dan menutup mata melihat tubuh Antonio yang terkapar ditusuk beberapa kali oleh lelaki itu. Dan ia menghentikannya ketika tubuh itu tidak bergerak lagi. Nafasnya terengah. tubuhnya basah oleh noda darah dan keringat karena terpicu dendam, ia bangkit dan tersenyum puas.
"Kalian berdua akan mendapat gilirannya nanti !" katanya sambil menyentuh kedua wajah perempuan dengan tangan berdarah.
Ia mengambil minuman anggur, dan meminumnya. Ia tertawa dan kemudian terdiam.
"Sayang sekali, dia benar! apa yang dikatakannya semuanya, aku di anggap anak lemah tidak berguna oleh ayahku !" dia berdiri dan menatap sebuah foto lelaki berumur dan gagah.
"Dia selalu menghukumku dengan alasan aku harus menjadi seorang keluarga Jasperson haruslah lelaki yang kuat! kuat demi mendpat warisan rumah besar serta perkebunan yang luas ini ! Fu**ck !" dia melempar gelas ke arah foto dan hancur berkeping-keping.
"Kalian pikir aku lelaki yang lemah juga ... hah !" tangan lelaki itu mencekram wajah Elisa dan Kassandra.
"Akan aku buktikan bahwa aku seorang pria sejati !" ucapnya dan membuka salah satu tali dan setelah itu merobek baju Kassandra, gadis itu meronta, lelaki itu memukulnya dan membantingnya ke meja. Lelaki itu berusaha memperkosanya.
"Hi ... hi ...!" semua terkejut ketika sebuah tawa mengerikan terdengar. Dan mata mereka tak berkedip terutama lelaki itu melihat Antonio bangkit dan berdiri dengan penuh luka tusukan dan darah.
"Siapa kamu .. ! kamu sudah mati !" teriak lelaki itu dan berlari mengambil senapan di meja di bawah kepala rusa, sepertinya senapan berburu. Kassandra buru-buru turun dari meja wajahnya terluka karena di pukul tadi, ia berusaha membuka tali yang mengikat Eliza.
"DOR !"
"DOR !"
Dua kali lelaki itu menembak Antonio yang bangkit dari kematian, satu terkena dada dan perutnya. membuat luka berlubang cukup besar menganga. Tubuh itu ambruk, lelaki itu puas, walau wajahnya pucat pasi.
"Ha ... ha ...! ternyata kamu memang banci, hanya beraninya dengan senjata !" terdengar sebuah tawa lagi, kembali Antonio bangkit. Lelaki itu terkejut dan mulai ketakutan.
"DOR !" beberapa kali pria itu menembak Antonio sampai peluru habis, nafasnya terengah.
"Sudah habis? sayang sekali !" Antonio berjalan mendekati laki-laki itu dengan senyum menyeringai lebih menyeramkan dari dia tunjukan sebelumnya.
"Si ..siapa kamu !" teriaknya ia mengambil tongkat besi dan berusaha menyerangnya.
"Aku iblis, aku ada dalam dirimu !" Antonio berkata. "Kamu benci gereja bukan? karena menurutmu itu percuma tidak memberikan pertolongan buatmu dan juga ibumu! kini kamu memujaku !" ujar Antonio tertawa.
"Kamu sudah, menuntaskan dendammu! tapi sayang, kamu keenakan sehingga melakukan kepada orang tak bersalah untuk menyalurkan kebencianmu di mulai dari ibumu karena menurutmu dia tidak membantumu malah terdiam, kemudian istrimu, para gadis, termasuk aku !" lanjut Antonio berjalan di mendekati lelaki itu,
"Jangan mendekat !" teriak lelaki itu, dengan ketakutan yang amat sangat.
Bersambung ....