21.
Dan disinilah Caelia berada. Di mansion pribadi milik Daniel yang cukup mewah. Gadia cantik berambut royal blue tersebut menatap banyak pelayan yang kini menyambut dirinya.
Mereka seolah kedatangan majikan baru. Mendadak, Calie merasa seperti menjadi nyonya besar di mansion mewah milik calon suaminya.
"Zac!" Teriakan Daniel berhasil menginterupsi Caelia. Gadis itu menghela napasnya, kemudian tersenyum miris.
Dalam hati, dia membatin. 'Ya, jangan lupakan para kekasih Daniel yang sesungguhnya. Mungkin lama kelamaan Caeya akan cemburu dengan Zac.' Batin gadis itu sewaktu melihat Zac, si singa jantan yang terlihat sumringah sewaktu melihat kedatangan tuannya.
"Silahkan Nona, biar saya tunjukkan kamar Nona." Mendengar ucapan itu, Caelia memasang wajah kesal, dia menghiraukan pelayan tersebut, berjalan mendekat ke arah Daniel.
Gadis itu berdiri agak jauh, karena takut dengan Zac. Meski begitu, Daniel paham ada yang ingin Caelia katakan dengannya.
"Ada apa?" Tanya Daniel dingin. Wajahnya terlihat datar, tanpa ekspresi seperti biasanya.
"Kita tidak tidur sekamar?" Tanya Caelia polos. Daniel berdeham, menandakan bahwa dia menyetujui ucapan Caelia.
"Kenapa?" Kembali, wajah polos itu terlihat mengerut kesal. Padahal, Caelia sangat berharap bisa memeluk Daniel saat tidur. Sepertinya akan sangat nyaman mengingat gadis itu tidak pernah mendapat figur sosok seorang ayah. Dan dia berharap mendapatkannya dari Daniel.
Secara tidak langsung, Daniel adalah figur ayah dan pasangan untuk Caelia.
Daniel hanya menatap Caelia dingin tanpa berniat menjawab. Dia sekarang justru mulai mendekati seekor harimau putih bernama Roxy. Caelia mengetahui namanya.
Dilihatnya pria itu sedang duduk di antara kedua hewan buas yang menyeramkan. Caelia jadi bergidik ngeri melihatnya. Namun, entah mengapa menurut Caelia Daniel lebih menyeramkan dari kedua hewan itu.
Merasa tidak mendapat jawaban apapun dari Daniel, alhasil Caelia mengangkat tangannya, memanggil pelayan dengan suaranya yang manja. "Pelayan! Tolong bawa koper ini ke kamar Tuan." Kata Caelia, membuat Daniel mendelik tajam.
Daniel akan melayangkan protes, namun Caelia terlebih dahulu mencegahnya. "Kalau Om gak ijinin Caeya tidur sama Om, nanti Caeya mau tidur di rumah Jerry aja! Lagipula Caeya udah kenal sama orang tua Jerry!"
Caelia tidak berbohong. Jerry 'kan saudaranya Cerry. Tentu saja gadis itu mengenal baik orang tua mereka.
"Jerry?" Caelia bisa melihat rahang Daniel yang mengeras, ketat tanda kemarahan.
Gadis itu tersenyum senang, wajahnya penuh kemenangan. Dia berhasil menipu Daniel.
"Hm, Jerry! Teman Caeya. Eh tidak, dia mantan kekasih Caeya!" Katanya lagi dengan percaya diri.
Seolah tidak puas mengerjai calon suaminya, Caelia segera membuka ponselnya. Dia menghubungi Jerry. Tentunya, tanpa pikir panjang Jerry segera menjawabnya.
"Ada apa? Kau mencari Cerry?" Tanya Jerry.
Caelia mengubah nada bicaranya agar terdengar semakin manja. "Jerry, Caeya lagi-lagi di tinggal di rumah sendirian sama Mom. Apa Caeya boleh menginap di rumah Jerry lagi?!" Gadis itu sengaja menekan kata 'lagi', membuat Daniel semakin tersulut api cemburu.
"Lagi?!" Benar saja, Daniel tak mampu menyembunyikan emosinya. Tangannya mengepal sempurna, dengan wajah yang terlihat semakin menyeramkan.
"Iya... 'kan Caeya sering tidur di rumah Jerry. Jadi, gak masalah kalau misalkan Caeya mau menginap di sana lagi." Wajah Caelia terlihat sangat puas. Mengerjai Daniel adalah sesuatu yang menyenangkan untuknya. Mendadak, Caelia ragu apakah Daniel benar-benar seorang ilmuwan pintar. Pasalnya, Daniel terlihat polos dalam dunia percintaan.
"Fine! Kau tidur bersama saya." Desis Daniel.
Caeya bersorak. Dia memutus panggilan teleponnya, berlari kecil mendekati Daniel dan mengecup pipi pria tersebut. "Terima kasih Om!"
Gadis itu bahkan lupa sekarang sudah berada di antara dua hewan buas yang menyeramkan. Meski diam, tetap saja mereka terlihat seram.
"Astaga! Aaa!" Teriakan Caelia berhasil membuat Daniel terkejut. Telinganya seolah berdengung mendengar teriakan gadis itu.
Tak sampai di situ, Daniel kembali dikejutkan dengan tubuh Caelia yang tiba-tiba melompat. Hal itu membuatnya reflek menggendong Caelia.
"Ada apa?" Tanya Daniel dingin.
Caelia terlihat ketakutan bukan main. Jarinya menunjuk Roxy yang kini menatapnya tajam. "Harimau putih Om sepertinya tidak menyukai Caeya..." lirih gadis itu dengan tubuh bergetar.
Daniel menyeringai, menatap wajah ketakutan gadisnya. "Dia cemburu."
"Cemburu?" Tanya Caelia polos.
"Hm. Dia sering menggigit orang yang terlalu dekat dengan saya, seperti kamu saat ini."