"Om mau kemana?" Caelia yang baru saja menyelesaikan mandinya kini menoleh, mendapati Daniel yang sudah siap seperti hendak pergi. Bahkan, di tangan pria itu sudah terdapat sebuah kunci mobil yang membuat Caelia semakin yakin bahwa calon suaminya tersebut berniat untuk keluar.
Manik mata Daniel yang berwarna coklat kini mengamati Caelia yang hanya mengenakan handuk. Tidak bisa Daniel pungkiri, sebagai pria normal dia merasa tertarik.
Cukup lama Daniel terdiam, terus memandangi Caelia dengan tatapan laparnya. Hingga akhirnya, suara dering telepon berhasil membuat Daniel terkejut.
Pria itu melirik ponsel di genggaman tangannya, melihat nama sang kembaran di sana. "Saya harus meninjau lokasi dengan Nathan." Jawab Daniel.
Wajah Caelia yang tadinya biasa saja kini berubah menjadi datar. Gadis itu sepertinya merajuk. "Berapa jam? Dengan siapa saja? Apa Itu artinya Om mau meninggalkan Caeya sendirian disini? Bagaimana jika nanti ada yang menculik Caeya?" cerocos gadis itu panjang lebar.
Daniel menghela nafasnya, mengusap wajahnya kasar. "Saya hanya sebentar, Caeya." Ucapnya dingin.
Caelia berdecak. Dia mendekati Daniel dengan suasana hati yang sangat buruk. "Sebenarnya berapa lama? Lokasinya di mana? Dan juga, dengan siapa saja? Apa Caeya tidak boleh ikut?" gadis itu mencecar Daniel dengan banyak pertanyaan.
Daniel kini menahan nafasnya sejenak sewaktu Caelia semakin mendekat. Daniel akui, Caelia sangat cantik. Tak hanya itu, tubuh gadis berambut royal blue tersebut juga indah di usianya yang terbilang cukup muda.
Tanpa berkata-kata apapun, Daniel segera menghubungi Nathan. Dia memberikan ponselnya kepada Caelia, kemudian berkata. "Saya pergi dengan Nathan. Kau bisa bertanya padanya." Jawab Daniel.
Dia merasa, Caelia akan lebih percaya pada Nathan daripada dirinya. Sungguh, dia harus pergi sekarang dan tidak bisa mengajak Caelia. Tempatnya cukup beresiko dan tentunya jauh dari pusat kota. Jalanan di sana masih terbilang tanah tanpa aspal, kaki Caelia akan sakit jika ikut. Dan Daniel tidak ingin itu terjadi.
"Kenapa Caeya harus bertanya pada Mister Nathan? Kenapa tidak Om saja yang menjawabnya?" kesal Caelia yang kini telah mengerucutkan bibirnya, membuat Daniel merasa cukup gemas.
Daniel hanya diam, kemudian memperhatikan gadis di depannya yang kini sedang mengarahkan ponselnya ke telinga.
"Ada apa Niel? Kau dimana sialan?! Aku sudah di depan. Cepatlah keluar, waktu kita tidak banyak!" gerutu Nathan. Dia sejak tadi memang sudah diluar Mansion Daniel, menunggu sang kakak yang tak kunjung keluar. Dia tidak tahu kalau Caelia menginap di sini. Daniel memang belum memberitahu siapapun.
"Ehm… Mister Nathan? Ini Caeya… maaf kalau Caeya mengganggu sebentar…" lirih gadis itu, merasa sedikit tidak enak hati. Namun, Caelia juga tidak bisa membiarkan Daniel keluar begitu saja tanpa memberi kejelasan. Bisa mati penasaran Caelia.
"Eh, Caelia? Kau sedang bersama Daniel? Bukannya Daniel dirumah?" balas Nathan.
"Mister Nathan bisa bertanya pada Om Daniel tentang itu. Maaf sebelumnya Mister, Caeya hanya ingin bertanya. Apa Om Daniel sungguhan akan pergi mengurus pekerjaan? Berapa jam Om Daniel akan pergi? Dan dengan siapa saja?" Caelia langsung mencecar Nathan dengan banyak pertanyaan.
Dapat Caelia dengar, Nathan tertawa kecil. Adik kembar dari Daniel tersebut kini mulai memahami bahwa anak muridnya yang termasuk kekasih sang kakak cukup posesif. Meski begitu, Nathan memakluminya. Bagaimanapun juga, Caelia masih muda.
"Kami akan pergi cukup lama, mungkin sekitar lima sampai enam jam tergantung cuaca dan lokasi di sana, Caeya. Kami tidak berdua, tetapi satu tim dengan para ilmuwan yang lainnya—"
"Apa ada yang perempuan, Mister Nathan?" tanya gadis itu cepat.
Dalam hati, Daniel tertawa kecil. Rupanya, Caelia sangat pencemburu.
"Tentu saja ada. Tetapi, mereka sudah menikah. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan memastikan Daniel aman dan tidak berselingkuh." Ucap Nathan ditengah tawanya yang indah.
"Terima kasih, Mister Nathan… tolong jaga Om Daniel dengan baik ya? Pastikan dia tidak nakal.."
"Caeya hanya takut Om Daniel diam-diam pergi dengan mantan kekasihnya…"
***
***
Dan disinilah Caelia berada. Di halaman luar mansion Daniel yang cukup luas. Gadis itu tengah memperhatikan langit sembari memainkan ponselnya. Lima jam telah berlalu semenjak kepergian Daniel. Dan kini, Caelia memilih untuk menunggu calon suaminya di halaman luar. Bukankah Nathan bilang mereka hanya akan pergi selama kurang lebih lima sampai enam jam? Artinya, mereka seharusnya datang sebentar lagi.
"Permisi Nona… makan siang telah siap. Tuan berpesan pada kami untuk memastikan Anda makan." Seorang pelayan tiba-tiba saja datang, mendekati Caelia.
Rambut berwarna royal blue milik gadis itu tersapu angin yang cukup kencang. Caelia melirik pelayan tersebut, kemudian menghela nafasnya. "Caeya mau makan disini saja. Tidak mau di dalam." katanya dengan nada manja.
"Baik Nona. Kalau begitu saya akan mempersiapkannya." Pelayan tersebut melenggang masuk, meninggalkan Caelia seorang diri.
Gadis itu kini memperhatikan beberapa pengawal yang ada di dekat sana. Tubuhnya besar-besar, mirip Daniel.
"Kebakaran!" entah apa yang terjadi, suara teriakan dari arah belakang tiba-tiba terdengar. Seluruh pengawal yang ada di sana segera berlarian menuju sumber suara. Kini, hanya tersisa Caelia yang masih di tempatnya dengan bibir mengerucut.
Gadis itu terus diam, sampai tiba-tiba sebuah mobil hitam terhenti di depannya. Merasa bahwa itu mobil Daniel, Caelia berlari menghampiri. Gadis itu berdiri di tepi mobil, mengetuk kacanya.
"Om Dan— Anda siapa?!"