27.
Seseorang yang tidak pernah Caelia pikirkan kini ada di depannya, berdiri dengan wajah yang terlampau dingin seolah sedang marah.
Tidak, dia sedang marah besar. Bukan hanya marah seperti biasanya.
Biasa? Tidak ada yang biasa.
Karena, semua yang tiba-tiba menimpa dan datang ke kehidupan Caelia sangatlah luar biasa.
"O-om Daniel?" Tanya Caelia terbata-bata.
Yah, yang ada di depannya saat ini adalah Daniel. Pria yang sangat dirinya cintai. Pria yang berstatus sebagai calon suaminya. Pria yang pagi tadi masih bersikap manis padanya kini ada di depannya dengan wajah dan aura yang sangat menyeramkan.
"Ya, ini aku—"
"No! Kau bukan Om Daniel Caeya!" Potong Caelia cepat setelah mendengar ucapan Daniel.
Tawa jahat menggelegar memenuhi sebuah ruangan sempit berukuran kurang lebih lima kali lima. Hanya ada sebuah dinding bercat putih dan abu-abu. Tanpa ada perabotan apapun
Hanya dua buah kursi di dalamnya. Yaitu, kursi yang di duduki oleh Caelia dengan tali yang mengikatnya, dan sebuah kursi kosong di depan Caelia yang kini telah menjadi tempat duduk bagi Daniel.
"Wow, cukup mengejutkan. Kau menyadarinya lebih cepat dari yang kubayangkan." Kata Daniel.
Caelia terlihat ketakutan sewaktu Daniel palsu duduk di depannya, menatap Caelia dari atas sampai bawah dengan sangat teliti.
"Kau—siapa?" Tanya Caelia dengan suara yang bergetar hebat.
Daniel tersenyum tipis. Dia menyandarkan punggungnya, merapatkan kedua tangannya dengan pandangan lurus ke arah gadis di depannya.
"Caelia Eloise... aku merindukanmu." Bisik Daniel.
Tatapan mata tajam Daniel berubah dalam sekejap. Bagaikan potret foto yang terlampau cepat, Daniel kini terlihat menghangat.
"M-merindukanku?" Lirih Caelia.
"Sangat merindukanmu. Andai aku bisa membawamu kembali..." gumam Daniel pelan, membuat Caelia kebingungan.
Dengan keberanian penuh, Caelia mengulang pertanyaan yang tadi belum terjawab oleh si Daniel di depannya. "K-kau siapa?"
Tawa Daniel mengisi seisi ruangan. Dengan sebuah seringaian yang sangat tajam. "Aku adalah Daniel Alvern Adyatama. Tunggu, ini tahun 2021 bukan? Artinya aku masih calon suamimu." Jawab Daniel, membuat Caelia semakin kebingungan dibuatnya.
"Maksudnya?" Caelia kini baru menyadari bahwa wajah Daniel di depannya terlihat menua. Meski tetap tampan seperti yang biasa Caelia lihat, tetapi dia melihat keributan di beberapa bagian.
Caelia yakin itu. Matanya tidak rabun. Penglihatannya cukup jelas dan akurat meski cahaya di dalam ruangan ini sangat minim. Seolah memanfaatkan cahaya bulan yang masuk melalui celah-celah dinding kaca.
"Bukankah kau pintar Caeya? Kau sangat cerdas hingga membantuku menyelesaikan misi penelitianku dalam waktu singkat. Kenapa tiba-tiba menjadi bodoh seperti ini?" Ujar Daniel.
Mendengar hal itu, Caelia mulai bisa menyimpulkan siapa sebenarnya pria di depannya ini.
"Kau... Om Daniel dari masa depan?" Tanya Caelia ragu.
Meski dia takut, ragu, dan bertanya-tanya tentang apa yang akan dirinya terima, tetap saja dia akan merasa lega jika pria di depannya menjawab 'Ya'. Hal itu karena, Daniel di masa sekarang adalah Daniel yang sangat manis. Caelia tidak sanggup jika tiba-tiba melihat perubahan drastis dari calon suaminya tersebut.
"Kau pintar." Ucapnya, membuat Caelia menelan ludah kasar.
"Lalu kenapa kau menculik Caeya? A-apa Caeya berbuat kesalahan? Atau kau mau membawa Caeya ke masa depan? Atau..." beragam pertanyaan Caelia lontarkan di tengah hatinya yang berdebar sangat kuat.
Hal itu membuat Daniel lagi-lagi tertawa. Mendadak, Caelia bingung. Daniel yang ini banyak tertawa, berbeda dengan Danielnya yang sangat dingin dan jarang tertawa. Bahkan, tersenyum saja tidak pernah.
"Belum waktunya. Suatu saat, aku tidak perlu susah payah melanggar aturan untuk membawamu. Karena pada akhirnya, kau akan kembali sendiri." Jelas Daniel.
Kening Caelia berkerut sempurna mendengarnya. Bukankah Daniel baru saja mengatakan sesuatu seperti kembali? Itu artinya... Caelia pernah ke masa depan?
"Kembali? Apa maksudnya?" Tanya gadis itu. Caelia tidak peduli jika orang berkata dirinya banyak bertanya. Karena dunianya yang tiba-tiba berubah genre membuat Caelia seringkali kebingungan.
"Kembali ke tempatmu. Ke masa depan dan tidak akan kembali lagi ke sini."