22.
Ceklek!
Pintu kamar mandi terbuka. Seorang pria berusia matang keluar dari dalam kamar mandi, hanya dengan handuk yang tersampir di pinggangnya. Dia berniat melangkah menuju walk In closet, namun suara teriakan seseorang berhasil membuat pria itu mengubah tujuannya.
"Caeya?" gumam Daniel sembari berjalan cepat menuju ranjang yang jaraknya memang cukup jauh dari kamar mandi dan walk in closet.
"Aaaa!! Om Daniel, help! Tolong Caeya!" suara teriakan Caelia terdengar semakin kencang, membuat Daniel akhirnya berlari.
Sesampainya di dekat ranjang, dia melihat Caelia yang sedang berdiri di atas meja kerjanya dengan seekor singa besar yang ada di bawahnya.
"Om! Zac nakal! Tadi Caeya lagi mau menyalin buku ini ke Om tapi… Zac datang dan sepertinya berniat memakan Caeya!" rengeknya. Bahkan, gadis itu sudah menangis. Matanya terlihat sembab dan hidungnya memerah. Sepertinya Caelia benar-benar ketakutan.
Merasa gemas, Daniel tersenyum tipis. Sangat tipis hingga nyaris tak terlihat. Dia mendekat ke arah Zac, membuat singa jantan itu segera menghampiri dan meminta dipeluk oleh Daniel. Semanja itu Zac pada Daniel.
"Turunlah!" seru Daniel pada Caelia.
Daniel kini tengah sibuk dengan Zac, mengabaikan Caelia yang masih di atas meja. "Om… Zac suruh keluar dulu, baru Caeya mau turun!" rengek gadis itu.
Daniel melirik Caelia, kemudian mendekati gadis muda itu. Tubuh Daniel kini setara dengan Caelia yang naik meja. Pria tampan itu menatap Caelia dingin, seolah sedang marah. "Turun."
Caelia masih keukeuh, menggeleng tegas. "No! Caeya tidak mau turun kalau Zac masih ada disini. Caeya takut!" katanya dengan air mata yang sudah kembali turun membasahi pipi.
"Zac tidak berbahaya." Desis Daniel dengan sedikit geraman.
Caelia menggeleng. Dia menunjuk Zac, menyuruhnya keluar. "Zac keluar dulu, baru Caeya turun dar—"
"Aaa!" Caelia berteriak sewaktu tubuhnya tiba-tiba saja melayang. Daniel menggendongnya tanpa aba-aba, membuat Caelia terkejut.
Diturunkannya gadis itu di atas ranjang. Setelahnya, Daniel beralih menuju Zac.
Caelia sudah meringkuk ketakutan di atas ranjang. Bagaimana tidak? Ada seekor singa jantan di depannya, tengah sibuk bermain dengan Daniel yang sialnya baru Caeya sadari terlihat sangat hot!
"Zac biasa tidur dengan saya." Ucap Daniel. Dia menuntun Zac menuju ranjang, berniat membawanya ke sana. Namun, melihat Caelia yang sangat ketakutan hingga meringkuk dan meremas selimut, Daniel merasa tidak tega. Alhasil, Daniel mengalah.
Pria tampan dengan rambut cokelat mudanya berniat membawa Zac keluar kamar. Namun, sebelum Daniel membuka pintu kamar, Caelia berteriak. "Om mau kemana?!"
Daniel membalik tubuhnya, menatap gadis dengan piyama hello kitty yang melekat di tubuhnya. "keluar." Jawab Daniel dingin.
"Gak boleh! Pakai celana sama baju dulu Om! Nanti kalau ada yang lihat, Caeya cemburu!" seketika itu juga Daniel baru sadar bahwa dirinya belum sempat berpakaian. Pria berambut coklat tersebut mengumpat pelan, "Fu*k!"
***
***
"Om? Om tidak tidur?" Caelia terus mengamati Daniel yang sejak tadi berkutat di depan laptopnya. Pria itu terlihat sedang sangat serius, seolah melakukan pekerjaan yang sangat berarti untuknya.
Bahkan, Daniel sampai tidak dengar sewaktu Caelia memanggilnya. Merasa terus diabaikan, Caelia mencebikkan bibirnya. Gadis cantik itu kemudian turun. Dari ranjang, mendekat ke arah Daniel.
"Om?!" panggil Caelia. Gadis itu sudah berdiri tepat di dekat Daniel, membuat pria tersebut sedikit terkejut. "Caeya?" panggilnya.
"Om sibuk sekali? Sudah jam setengah dua belas malam." Kata Caelia dengan wajahnya yang terlihat polos.
Daniel kini melirik jam tangannya, melihat jarum pendek yang berada di antara angka sebelas dan dua belas sedangkan jarum panjangnya menunjuk angka enam. "hm…" seperti biasa, dia hanya berdehem.
"Om ayo tidur!" ajak Caelia.
Pekerjaan Daniel sebenarnya masih sangat banyak. Namun, melihat Caelia yang sepertinya masih menunggunya untuk tidur, Daniel memutuskan untuk menemaninya. Dia menutup laptopnya, berjalan menuju ranjang diikuti oleh gadis itu.
Keduanya segera naik ke atas ranjang, berbaring di sana. Daniel bahkan sudah memejamkan mata, berpura-pura untuk terlelap.
"Om…puk-puk Caeya…" suara Caelia berhasil membuat Daniel membuka matanya. Dia menyingkirkan lengannya yang tadi menutupi mata, kemudian membelalak sewaktu melihat gadis itu kini telah berbaring tepat di sampingnya dalam jarak yang cukup dekat.
"Puk-puk?" tanya Daniel heran.
Caelia dengan polosnya mengangguk. "Puk-puk… caranya gini…" tangan Caelia membawa tangan Daniel ke pantatnya, meletakkannya di sana. "Om puk-puk Caeya di sini, nanti Caeya baru bisa tidur."
Dengan sedikit ragu, Daniel menurut. Dia melakukannya berulang kali hingga akhirnya gadis itu benar-benar terlelap. Melihat wajah Caelia yang terlihat sangat tenang saat tidur, hati Daniel mendadak menghangat. Dia segera mengecup kening Caelia, kemudian berbisik. "Sleep well Sweetie…"