Brak!!
'Sebuah kecelakaan mobil di Manhattan berhasil menyita perhatian publik. Sang pengemudi kehilangan kendali saat menyetir dan berakhir menabrak seorang pejalan kaki yang masih remaja.Keduanya dinyatakan tewas di tempat.'
Berita tersebut menyebar ke banyak orang. Si pengemudi disalahkan habis-habisan oleh masyarakat. Bahkan, media juga membuat banyak berita hoax yang mengatakan bahwa si pengemudi sedang mabuk.
Yudistira sampai mengeluarkan uang banyak untuk membungkam mulut media. Dia tak kenal lelah membersihkan nama sang istri yang tercemar. Di tengah kesedihan yang melanda, Yudistira berusaha kuat. Setidaknya, ini adalah perjuangan cinta terakhirnya sebelum sang istri meninggal dalam kecelakaan tersebut.
Rintik hujan terus Yudistira perhatikan dengan seksama. Matanya yang tajam sama seperti dulu kini memperhatikan bunga matahari yang tubuh di halaman belakang rumahnya. Setiap kali melihat bunga tersebut, dimanapun itu, Yudistira pasti mengingat sang istri. Dia bahkan sesekali menangis.
"Ma!" Teriakan seseorang berhasil membuat Yudistira mengalihkan fokusnya. Pria itu tahu darimana datangnya suara yang terdengar menyedihkan dan putus asa tersebut.
Dia terus berjalan, menuju sebuah kamar yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Sampai di sebuah kamar dengan pintu berwarna hitam legam, Yudistira segera membukanya.
Dilihatnya sang putra yang sudah dewasa. Dia sepertinya sedang bermimpi buruk. Waktu benar-benar berlalu sangat cepat. Dua puluh delapan tahun sudah usia putranya saat ini.
Tubuh dan wajahnya yang mirip dengan sang ibu, membuat Yudistira selalu merasa rindu pada istrinya saat melihat kedua putranya.
"Daniel, kau bermimpi buruk!" Kata Yudistira sembari mengguncangkan tubuh Daniel.
Daniel yang merasa terguncang bangun. Keringat menetes sempurna di tubuhnya. Napasnya naik turun tidak menentu. Pria itu bahkan menatap sekitar, melihat sang ayah dan memeluknya erat.
"Pa! Mama, Mama... dia..." Daniel kembali terisak. Untuk kesekian kalinya, pria tampan dengan tubuh tinggi nya memeluk sang ayah. Menangis dalam dekapan ayahnya.
"Mama tidak suka melihatmu menangis, Daniel. Bangkitlah!" Sentak Yudistira yang tidak tega melihat Daniel menangis untuk kesekian kalinya.
Meskipun Daniel di kenal sebagai sosok yang dingin, pria itu tetaplah hangat pada keluarganya. Terutama pada kakak perempuannya, Evanne.
Saking hangatnya Daniel, pria itu sampai tak merasa sungkan untuk menangis di depan keluarganya. Biarlah orang berkata bahwa Daniel adalah sosok yang kejam dan dingin. Tetapi, keluarganya tidak. Yang mereka tahu dari Daniel adalah, pria itu memiliki hati yang lemah lembut. Terutama terhadap seorang perempuan.
Daniel segera mengusap air matanya, menegakkan tubuhnya. "Pa, sudah tiga tahun tapi... Daniel masih saja terus memimpikan kecelakaan itu." Katanya.
Yudistira tidak bisa melakukan apapun. Dia juga merasa prihatin dengan keadaan putranya tersebut.
Tiga tahun berlalu semenjak kecelakaan yang berhasil mengguncang hati orang-orang terdekat Adeeva.
Dan Yudistira adalah orang yang paling merasa kehilangan atas kematian istrinya. Dia menangis, merenung di dalam kamar sembari terus memperhatikan foto sang istri. Tak henti-hentinya Yudistira berharap bahwa suatu saat nanti, dirinya bangun dari mimpi buruk mengerikan ini.
Bahkan, sampai detik ini sekalipun, pria itu masih memiliki harapan yang sama.