18.
Gadis Imut
~ Hidup itu jalinan kisah yang terhubung. Seperti pertemuanku denganmu.~
Suara hati Alex saat bertemu dengan Kreci.
copyright ©irma karameena the novel & the quotes
***
"Iya, aku yang mengiriminya," kata Yoga, "sobat, aku berterima kasih karena kau mencabut laporannya."
"Bukan aku," kata Alex, "tapi Ayahku. Dia ingin kau dipenjara."
"Ayahmu? Kau punya Ayah? Bukannya sudah meninggal?" tanya Yoga memancing emosi Alex.
"Siapa yang kau maksud? Ayahku masih hidup," kata Alex.
"Aku nggak peduli. Aku rindu berkelahi denganmu," kata Yoga, "entah kenapa aku merasa kalian orang yang sama."
"Aku nggak mau! Permisi!" Alex hendak pergi dari tempat itu, tetapi Yoga menerkamnya dari belakang. Mencekal leher Alex dengan lengannya.
Krecilia memang sengaja mengikuti Alex dari tadi. Dia tampak sibuk memvideokan adegan itu. Lalu Krecilia mengirimkan pada seseorang. Dan, dia berlari ke arah Alex dan Yoga.
"Berhenti!" kata Krecilia dengan suara imutnya.
Yoga melepaskan Alex. Gadis ini sepertinya pernah lihat. Dia kan gadis yang dipalak oleh Pupus? Alex menatapnya lekat-lekat. Sedang apa dia di sini? Pikir Alex.
"Siapa dia?" tanya Yoga. Teman-teman STM-nya langsung bertindak, lalu menghampiri si gadis.
"Kau sama saja, menyerahkan diri wahai kucing kecil! Kami pemangsa!" kata salah satu anak STM itu dengan wajah seram. Kreci mundur selangkah demi selangkah.
"Tolong! Tolong!!" Krecilia berteriak sebelum anak-anak STM itu menyentuhnya. Krecilia berteriak sekuat tenaganya.
Alex buru-buru menarik tangan Krecilia dan membawanya kabur. Mereka berlari sambil berpegangan tangan. Yoga dan teman-temannya mengejar mereka.
"Ayo lari cepat!" kata Alex padanya.
Krecilia tampak kewalahan menyesuaikan langkah Alex.
"Ah payah! Lamban!" Alex menggendongnya seperti anak kucing. Krecilia berperawakan mungil. Sangat manis dan cantik. Dia sebenarnya menarik. Tetapi dia sering menyembunyikan diri dari kerumunan. Itu yang membuatnya tidak terkenal. Setelah jauh dari Yoga dan sampai ke jalan raya. Alex menurunkan gadis mungil itu.
"Kau siapa?" tanya Alex, "kenapa kau mengikutiku?"
Krecilia hanya diam saja. Mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Kau bisa dalam bahaya kalau kau terlibat, paham? Lihat dirimu! Lemah!" ujar Alex sambil mengutak-ngatik ponselnya. Dia meminta sopir menjemputnya.
Lima menit kemudian, sopir telah menjemputnya.
"Ayo masuk! Kau harus menjelaskannya padaku, kenapa kau ikut-ikutan!?" kata Alex.
Krecilia menurut saja. Dan masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil Alex menginterogasi dirinya.
"Kau siapa?" tanya Alex.
"Kreci," jawabnya.
"Namamu aneh, hmm, oke. Kenapa kau mengikutiku? Kau naksir padaku?" tanya Alex.
Kreci menggeleng dengan wajah lugunya.
"Aku hanya ingin menolongmu," katanya.
"Ingin menolongku?" Alex mengernyitkan dahinya, "kau bahkan berlari saja seperti kura-kura! Apa aku terlihat lebih lemah darimu?"
Kreci menggeleng lagi.
"Kau kelas berapa? Kita satu sekolah kan?" Alex memperhatikan seragam Kreci yang dibalut dengan cardigan. Kreci bahkan menggunakan tas mungil seperti anak SD.
"Kelas tiga," katanya.
"Ya Tuhan..!" Alex menggaruk kepalanya, "hei aku nggak butuh pertolonganmu ya..," kata Alex dengan lembut. Sepertinya menyakiti gadis ini sangat tak manusiawi. Dia sama sekali tak memiliki kemampuan melawan.
Alex menopang dagu. Dan menyandarkan sikunya di atas kursi Alpard-nya itu.
"Kau...," Alex memperhatikan penampilan Kreci, "kau bilang mau menolongku? Oke, oke, kenapa kau ingin menolongku?"
Alex sedikit tertawa kecil.
"Karena... Kau bilang orang seperti Pupus akan disingkirkan," katanya dengan polos.
"Kreci... Hahahaha," Alex jadi tertawa karena gadis ini, "kau yakin kelas 3? Kau seperti terlihat masih SD atau SMP."
"Yakin kok," Kreci mengangguk.
"Di mana rumahmu? Akan ku antarkan," kata Alex.
"Apa aku boleh punya nomermu?" tanya Kreci.
"Kau ternyata berani juga meminta nomorku? Padahal kau lugu," kata Alex.
"Maaf kalau nggak boleh," kata Kreci menunduk lagi.
"Boleh kok," Alex mengambil ponsel Kreci lalu mengambil ponsel Kreci yang sedang digenggamnya.
Alex mengetikkan nomernya di ponsel Kreci. Alex bahkan menyimpannya sendiri di ponsel gadis itu. Dan memberinya nama 'Alex Ganteng'.
"Sudah nih," kata Alex menyerahkan kembali ponsel gadis itu.
"Terima kasih," kata Kreci.
"Sama-sama, hehehe," Alex jadi gemes melihatnya. Kreci punya kedipan mata yang lucu dan menggemaskan. Alex jadi sedikit gemas-gemas gitu, tetapi punya perasaan padanya sepertinya tidak.
Alex mengantarkan Kreci ke rumahnya. Gadis itu melambaikan tangan pada Alex.
"Pacar, Tuan?" tanya Sopir tiba-tiba, "ini pertama kalinya lho."
"Bukan," jawab Alex singkat.
***
H-2 pemilu ketua osis. Pagi itu bukan Yoga kalau menyerah. Dia dan Baskoro menyebarkan isu kalau Alex itu penyuka sesama jenis. Ini akan membuat suara para fans Alex dari kalangan cewek pecah. Benar saja, Dina dan kawan-kawannya menyerbu Alex.
"Alex, kau suka laki-laki ya?" tanya Dina berkacak pinggang, "aku kecewa padamu, Lex. Padahal hatiku saat ini untukmu seorang."
"Aku juga, aku juga mulai jatuh cinta padanya, tapi ternyata dia kaum...Ah sudahlah!" kata Misca kesal lalu meninggalkan Alex.
"Alexxxxx!!! Kami semua patah hati!" Alex diserbu cewek-cewek. Seolah-olah Alex adalah manusia yang layak diserbu dan didemo. Mereka bahkan membuat tulisan protes 'Alex jangan abnormal! Kami mencintamu! Kau ketua osis idaman!'
"Alex kelainan! Alex kelainan! Kami patah hati!" mereka sedag mendengungkan kekecewaan. Bahkan mereka berencana mogok makan demi Alex.
"Sebentar-sebentar! Siapa yang suka laki-laki sih?" tanya Alex pada mereka.
Massa malah semakin banyak. Alex dikerumuni cewek-cewek itu. Lalu Alex kabur lari mereka. Saat dia kabur, tak sengaja dia bertemu dengan Pupus.
"Hahahaa, cieee yang suka sama ehem nih ye," kata Pupus terkekeh mengejeknya.
"Siapa yang kau maksud?!"
"Ya kau lah, siapa lagi," kata Pupus.
Alex mendekati Pupus. Dia tak menyangka kalau Alex akan menghampirinya.
"Kau pernah menawariku jadi wakil kan kalau aku menang?"
Pupus mengangguk.
"Bagaimana kalau kita pacaran saja?" kata Alex, "daripada aku dibilang homo."
"Heh? Pacaran? Denganmu? Najis! Cuih!" Pupus meludahinya lagi. Kini ludahnya jatuh di bagian celananya.
Alex mendelik karena celananya diludahi Pupus.
"Arggh! Baiklah kalau kau nggak mau jadi pacarku," kata Alex berlalu darinya.
Pupus terkekeh. Baru kali ini Alex terlihat bingung sejak mencalonkan diri jadi ketua osis, hanya dia yang jalannya mulus. Pupus menjadi optimis lagi.
"Ini pasti kerjaan si Baskoro," kata Pupus, "pintar juga dia. Haha."
Alex pusing tujuh keliling. Gosip ini benar-bener mencuat seantero sekolah. Alex normal woy! Alex cuma jomblo! Batin Alex memaki-maki diri. Dia terlihat stress karena dua hari lagi pemilu. Rasanya sangat mustahil dia mencari pacar di waktu-waktu dekat ini.
Mengajak Pupus jadi pacarnya. Itu hal yang gila. Alhasil dia hanya kena semprot dengan ludah najis Pupus. Ya Tuhan... Bagaimana caranya dia menemukan pacar? Dina? Misca? Ah tidak mungkin! Mereka akan semakin yakin kalau Alex homo. Karena Alex meminta mereka saat kondisinya seperti ini.
"Argghhhh! Paman Marco! Tolong carikan aku pacar bayaran!" kata Alex sambil merengek.
"Apa???" Marco juga tak kalah kagetnya. Saat tuannya itu tiba-tiba pulang dari sekolah punya permintaan itu.
"Semua orang di sekolah memanggilku homo," kata Alex.
"Homo? Oh jadi karena tuan nggak punya pacar dari kalangan perempuan ya?"
"Iyalah! Emang aku punya pacar dari kalangan laki-laki? Sialan! Siapa sih yang menyebarkan rumor ini?"
Marco tertawa. Sumpah ini itu lucu banget tuan! Batin Marco.
Alex tiba-tiba teringat Kreci. Ya, kreci! Alex bisa memanfaatkannya.
***
to be continued