Tidak mungkin bagi Hailee untuk menunggu sampai besok setelah apa yang Ramon katakan baru saja saat mereka berada di kamar tidur mereka yang tenang.
Maka dari itu, disinilah Hailee sekarang, duduk di ruang kerja Ramon sambil memegang beberapa laporan yang memberitahunya beberapa informasi penting yang telah orang- orang Ramon kumpulkan, dengan ekspresi wajah yang sulit terbaca.
"Aileen dan George yang telah melakukannya," Ramon menyimpulkan ketika Hailee telah sampai ke bagian akhir dari laporan tersebut.
Namun, bahkan sampai bagian terakhirpun, Hailee masih menolak untuk mengatakan sepatah katapun. Dia sangat diam ketika pikirannya dipenuhi oleh informasi baru yang dia dapatkan.
Semua ini terlalu mengejutkan bagi Hailee hingga dirinya kehilangan kata- kata dan tidak mampu untuk mencerna dengan baik segala hal yang dia ketahui.
Semua informasi penting ini membuat Hailee merasa sangat sesak. Dia tidak tahu harus mulai memikirkannya darimana.
Fakta bahwa kematian kedua orangtuanya adalah sebuah rencana yang dilakukan oleh Aileen dan George atau fakta bahwa Aileen sebenarnya adalah anak kandung dari George Tatum.
Ya, Ramon berhasil mendapatkan informasi tersebut dan kini Hailee mengetahuinya. Aileen adalah seorang Tatum, anak yang lahir dari hubungan terlarang George Tatum dengan seorang wanita yang masih belum diketahui latar belakangnya.
Berbagai perasaan berkecamuk di benak Hailee dan dia tidak dapat memprosesnya dengan baik, dia butuh waktu untuk memahami semua ini, karena sekarang Hailee merasa dunianya runtuh tepat di kakinya.
Apa yang Aileen lakukan padanya ketika di hotel dulu dengan menjualnya pada Roland Dimatrio adalah hal yang sama sekali tidak dirinya duga, tapi terlibat dalam pembunuhan orangtuanya, itu adalah hal yang sepenuhnya berbeda.
Hailee mungkin bisa mengerti dan memahami mengapa Aileen membencinya atau bahkan iri padanya, tapi apa yang salah, yang telah orangtuanya lakukan? Bukankah ibu dan ayahnya bahkan tidak pernah membanding- bandingkan mereka berdua? Bukankah Aileen diperlakukan begitu baik dan diberikan apapun yang Hailee dapatkan? Lalu apa yang salah?
Hailee tidak habis pikir, dia merasa otaknya berhenti bekerja dan meninggalkannya dengan berbagai pertanyaan yang tidak terjawab.
Di titik ini, Hailee mungkin bahkan tidak menyadari nafasnya yang memburu dan tangannya yang gemetar memegang kertas- kertas laporan di tangannya, tapi Ramon menyadari itu dan dengan sigap menyingkirkan bukti laporan tersebut, memutar kursi yang tengah Hailee duduki dan berlutut di hadapan istrinya.
"Hailee," panggil Ramon dengan lembut, tangannya terulur untuk menangkup wajah wanita di hadapannya yang tampak pucat, seolah darah meninggalkan pembuluh darahnya. Kulit Hailee terasa dingin ketika Ramon sentuh dan ini membuatnya khawatir. "Bicara padaku."
Sementara itu, Hailee mengalihkan perhatiannya dan menatap mata Ramon dengan dalam, nafasnya masih memburu dan dia tidak tahu apa yang seharusnya dia pikirkan sekarang.
Ini adalah saat dimana kau memiliki banyak hal untuk dikatakan, tapi tidak ada satu katapun yang dapat kau pikirkan untuk diucapkan, seolah kau secara ajaib kehilangan kemampuan untuk berkata- kata.
"Hailee, katakan sesuatu," Ramon kembali berkata, kali ini dia dapat merasakan perasaan khawatir yang mendalam untuk keadaan istrinya. "Bicaralah."
Bibir Hailee bergetar, dia hendak bicara, tapi tidak ada kata yang keluar, bahkan tidak ada air mata yang turun membasahi pipinya. Keterkejutan Hailee tampaknya begitu hebat dan Ramon sedikit menyesal harus memberitahukannya mengenai hal ini secara tiba- tiba.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Ramon lagi pada akhirnya setelah keheningan yang begitu pekat mengitari mereka. "Katakan padaku apa yang kau ingin lakukan?"
Ramon dapat merasakan perasaan tidak berdaya dan putus asa serta kemarahan yang Hailee coba pendam, tapi apa yang Hailee sebenarnya rasakan jauh lebih rumit daripada itu.
Dan Ramon bersedia melakukan apa saja untuk membuat Hailee menjadi sedikit lebih baik.
"Katakan padaku apa yang kau ingin lakukan?" tanya Ramon lagi, dia mengusap pipi Hailee yang pucat dan mengecup keningnya dengan lembut, tapi ini tidak membuat Hailee merespon apa yang dirinya lakukan, karena wanita itu masih terpaku, tenggelam dalam pikirannya sendiri… "Kau ingin melaporkan hal ini?"
Ya, dengan bukti di tangan mereka serta pengaruh keluarga Tordoff yang luas, hal tersebut sudah lebih dari cukup untuk melaporkan perbuatan Aileen dan George dan memasukkan mereka ke penjara untuk waktu yang lama.
Tapi…
Apakah itu yang Hailee inginkan?
Apa yang diinginkannya…?
Apa?
Pertanyaan Ramon menggema di kepala Hailee, dirinya pun kini tengah menanyakan hal yang sama.
Apa yang ingin dia lakukan setelah mengetahui tindakan brutal dan tidak bermoral paman dan kakak angkatnya tersebut?
"Aku ingin mereka menderita," ucapnya dalam satu bisikan yang gemetar. "Aku ingin mereka jauh lebih menderita. Aku ingin mereka menyesali hidup mereka."
"Kau ingin menuntut mereka? Membawa kasus ini ke meja hukum?" Ramon bertanya dengan sabar, di titik ini, dia merasa kalau dirinya akan melakukan apa saja untuk Hailee. Kalau memang jalur hukum yang istrinya inginkan, maka dia akan memenangkan hal tersebut dan tidak akan membiarkan Aileen ataupun George bebas setelah hal mengerikan yang mereka lakukan.
Hanya saja, Hailee tidak langsung menjawabnya.
Penjara?
Apakah itu sebanding dengan apa yang telah Aileen dan George lakukan terhadapnya? Apakah dengan dipenjara mereka akan merasa menderita? Ya, mereka akan menderita. Reputasi yang hancur dan kebebasan yang terenggut.
Tapi, Hailee tidak menginginkan penderitaan semacam itu untuk mereka alami. Penderitaan di penjara terlalu ringan. Kebebasan mereka terenggut? Yang benar saja… mereka berdua telah bekerja sama untuk membunuh orang tuanya. Hanya kebebasan yang terenggut dan reputasi yang hancur tidak akan sebanding dengan apa yang mereka telah lakukan.
Tidak.
Hailee menginginkan lebih. Dia ingin mereka lebih menderita daripada itu.
Dan saat itulah Ramon dapat melihat perubahan dalam diri Hailee. Ada sesuatu yang tumbuh di dalam dirinya dan membuat wanita ini terlihat patut untuk diwaspadai, tapi Ramon tahu kalau bukan dirinya yang harus mengantisipasi kemurkaan Hailee…
"Tidak," Hailee akhirnya bersuara, dia menggelengkan kepalanya dan menatap Ramon dengan tatapan yang belum pernah pria itu lihat sebelumnya. Sebuah tekad. "Aku tidak akan melaporkan mereka. Belum, belum saatnya untuk itu."
Ramon lalu menggenggam tangan Hailee yang masih gemetar. "Lalu, apa tindakan yang akan kau ambil?"
Hailee memejamkan matanya dan menarik nafas dalam. "Aku butuh waktu sendirian, bisa tinggalkan aku sendiri untuk sementara waktu?"