Chereads / HIGH CLASS JOMBLO / Chapter 25 - KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN

Chapter 25 - KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN

Sambil berbaring menatap ke arah langit-langit kamar kosan, Oliv menepuk-nepuk bagian pipi nya untuk memastikan bahwa masker wajah yang ia kenakan sudah kering atau belum. Gadis itu masih merasakan bahwa sisa masker wajah nya masih menempel pada jari yang berarti masker wajah tersebut belum kering seutuhnya.

Oliv membuang nafas kasar sebelum berbicara kepada kedua rekan nya yang juga tengah asik sendiri.

Sepulang dari kampus, ketiga nya memutuskan untuk langsung beristirahat di kosan mereka karena kelelahan menghadapi kehidupan akhir-akhir ini.

"Kayak nya, Ide Lo boleh dicoba juga." Ucap Oliv sembari melirik ke arah Agesti yang sedang mengikir kuku nya dengan hati-hati.

"Ide apaan?" Tanya Agesti mendadak linglung. Mungkin karena saat ini ia sedang fokus menata kuku cantik nya yang baru di potong. Meskipun tidak terbiasa memiliki kuku yang pendek, tetapi Agesti sempat di tegur beberapa orang termasuk dosen nya sendiri karena kuku panjang nya tersebut pernah hampir merobek kertas ujian.

"Ide Lo yang kemarin! Masa Lo lupa!" Sungut Oliv sedikit kesal.

Wilia yang menguping pembicaraan kedua sahabatnya itu seketika menoleh sinis. Novel romantis yang tengah ia baca langsung ia tutup setelah menempatkan sematan di halaman berikut nya.

"Buka jasa pacar sewaan?" Terang Wilia menanggapi ucapan Oliv.

Agesti menghentikan aktivitas nya untuk memperjelas maksud Oliv kepadanya.

Saat ini, kedua pasang mata menyoroti Oliv dengan tatapan yang berbeda. Wilia yang tampak heran sekaligus kesal tetap menunggu klarifikasi Oliv meskipun sudah ia yakini bahwa yang di maksud sahabat nya tersebut sama seperti dugaan nya.

Sementara itu Agesti memasang mimik wajah yang berbeda, tampak kesenangan terpancar dari diri si pencetus usaha aneh tersebut.

Oliv mengangguk dengan penuh keyakinan. Sambil menahan masker nya yang sudah hampir mengering sempurna itu agar tidak retak, Oliv pun menjelaskan alasan kenapa ia bisa sepemikiran dengan Agesti yang terkadang kepalanya di penuhi ide-ide gila yang tidak bisa di cerna akal sehat. Hanya orang sakit yang bisa menterjemahkan maksud Agesti dan mungkin saja Oliv sedang sakit hari ini? Entahlah.

"Gue gak mau dijadiin tumbal buat ngeladenin Celo lagi sama kalian! Kalo kita punya uang kan pasti kita gak bakalan ngemis-ngemis pemberian dari orang, termasuk Celo." Pungkas Oliv yang sudah merasa muak saat ia harus berpura-pura menerima kehadiran Celo di kehidupan nya hanya untuk memanfaatkan pemberian lelaki itu.

Wilia dan Agesti saling menatap. Kedua gadis yang saling berseberangan baik posisi duduk maupun pemikiran itu saling beradu mata beberapa detik sebelum Oliv kembali melanjutkan ucapan nya.

"Lagian bener juga kata Agesti, kita gak perlu khawatir kalo kita akan jatuh cinta beneran sama klien kita sendiri, karena kan emang klien kita biasanya cowok-cowok yang bermasalah kayak Tony. Toh, gak mungkin juga Gue jatuh cinta sama cowok-cowok model begitu! Inti nya Gue pengen punya penghasilan sendiri, biar Gue gak liat-liat muka Celo lagi." Ketus Oliv di ujung kalimat nya.

"Lo yakin, kalo kita buka jasa pacar sewaan ini terus Lo bisa terbebas seratus persen dari Celo?" Tanya Wilia masih dengan nada suara yang sinis.

Oliv hanya diam mematung tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Kalo semua orang udah tau kita buka jasa pacar sewaan, mau gak mau kita harus profesional dong! Kerja sama siapapun. Terus gak menutup kemungkinan cowok kayak Celo, atau bahkan si Celo itu sendiri juga bisa sewa kita buat jadi pacar nya. Lo gak mikir ke sana?" Wilia mengerutkan kening nya dan membuat sorot mata Wilia terlihat begitu mematikan.

Agesti menarik nafas panjang saat Wilia mencoba meluruskan ucapan Oliv. Bagaimana pun juga, pekerjaan yang akan mereka lakukan penuh dengan resiko. Entah kehilangan nama baik, atau bahkan bisa jadi akan mengganggu perkuliahan mereka saat ini, yang jelas Agesti tidak mau memaksa kedua sahabatnya untuk mengikuti ide gila tersebut.

"Bener juga sih." Ucap Oliv pelan sembari tetap menatap langit-langit kamar kosan nya yang mulai berdebu.

Terdengar suara ponsel milik Agesti berbunyi.

Setelah putus dari Tio, Agesti bahkan tidak pernah menerima telepon dari siapapun lagi kecuali Billy dan orang tua nya sendiri.

Wilia dan Oliv kompak mendengus pelan setelah Agesti mengangkat telepon tersebut.

"Kenapa Bill?" Tanya Agesti malas.

Entah apa yang Billy katakan di telepon nya, yang jelas seketika Agesti langsung tampak terbelalak.

"Malam ini juga? Gila, kerajinan banget Gue harus klarifikasi sama cewek Lo! Lo gak liat, di luar gerimis?" Ucap Agesti setengah membentak.

Untung saja Billy adalah lelaki yang sabar, sama sekali ia tidak pernah terpancing emosi meskipun sering di bentak oleh Agesti.

Billy memang tipikal suami takut istri, kalau di sandingkan dengan perempuan seperti Agesti, ataupun Vadella.

"Please dong, Ges! Tolongin Gue! Cuma Lo yang bisa bantuin Gue buat bisa akur lagi sama Vadella." Rengek Billy saat Agesti mengeraskan volume suara telepon nya.

Wilia dan Oliv saling menatap heran namun sudah bisa menebak drama apa yang terjadi diantara dua sahabat kecil tersebut.

"Gue udah on the way ke kosan Lo." Imbuh Billy kemudian.

"Wah, bener-bener pemaksaan ya! Lo." Pungkas Agesti geram.

"Pokok nya, kalo Lo bantuin Gue, semua yang Lo mau dan temen-temen Lo mau, bakalan Gue penuhin! Serius." Rayu Billy.

Mendengar perkataan lelaki itu, Oliv dan Wilia pun langsung bergeser mendekati Agesti dengan rona wajah yang berseri-seri sampai membuat masker wajah Oliv retak saking bahagianya.

"Gak apa-apa kok, Bill. Lo kesini aja! Kita ijinin Agesti pergi kok." Ucap Oliv dengan sumringah.

"Iya, Billy. Lo langsung aja kesini, Agesti udah siap kok." Sambung Wilia dengan perasaan yang sama.

Pemilik ponsel tersebut segera mematikan sambungan telepon Billy secara sepihak. Untuk kali ini, Agesti benar-benar tidak suka meskipun diiming-imingi pemberian apapun dari Billy. Pasalnya, ia sudah bosan berhadapan dengan Vadella yang selalu mencemburui nya bahkan untuk hal-hal sepele.

"Kalian nyari kesempatan dalam kesempitan ya! Gue males ketemu Vadella, tau gak? Kenapa kalian malah suruh Billy kesini sih?"

Oliv memutar kedua mata nya sembari menggerutu. "Sekarang Lo tau kan gimana rasanya ada di posisi Gue? Ditumbalin sama temen sendiri, untuk membuat kenyang perut kita semua, haha." Tawa Oliv seketika mendominasi ruangan berukuran kecil tersebut.

Sementara itu, Wilia hanya berusaha menahan tawa nya karena takut di amuk oleh Agesti si preman.

"Ck.. ngapain Lo begitu? Ketawa mah ketawa aja, gak usah di tahan-tahan begitu! Kurang ajar Lo semua." Ucap Agesti sembari berlalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap karena mungkin sebentar lagi Billy akan sampai ke kosan nya.

"Hehe, gitu dong! Yang ikhlas kalo bantuin orang, jangan sambil cemberut." Pungkas Wilia mengomentari ucapan Agesti.