Chereads / HIGH CLASS JOMBLO / Chapter 29 - PERMINTAAN MAAF

Chapter 29 - PERMINTAAN MAAF

"Guys, Agesti mana?" Tanya Billy kepada Oliv, Wilia dan Celo yang tengah asyik melahap Mie ayam di kantin kampus yang terkenal dengan topping ayam nya yang melimpah.

Billy pun duduk dan meneguk es teh manis milik Celo dengan keadaan nafas tersengal-sengal.

"Agesti gak masuk kelas hari ini, dia lagi sakit Krn semalem pulang ujan-ujanan" Pungkas Wilia dengan cuek.

"Hah? Agesti pulang ujan-ujanan? Terus, kenapa nomornya gak bisa di hubungi dari semalem?"

"HP Agesti lagi di charger di kosan, kayak nya dia lupa bawa HP waktu jalan sama Lo." Jawab Oliv sekedarnya.

"Lagian Gue mau tanya deh sama Lo, kenapa Agesti bisa pulang sendirian ujan-ujanan sampe sakit sekarang? Emangnya Lo tinggal dia dimana?" Tanya Wilia setelah menelan habis sisa makanan di mulut nya.

Celo yang tidak tahu menahu perihal masalah dua gadis di depan nya dengan Billy hanya bisa diam mendengarkan setiap dialog yang diucapkan ketiga orang tersebut.

"Ceritanya panjang, pokoknya Gue sama Agesti sempet ada problem semalem." Ucap Billy.

"Problem apa? Bukannya yang ada problem itu Lo sama Vadella?" Wilia menyipitkan mata nya.

Billy hanya diam seribu bahasa tanpa mau menjelaskan secara detail perihal kejadian tadi malam.

Batin lelaki itu sangat merasa bersalah saat mendengar Agesti kini tengah sakit karena dirinya. Andai saja tadi malam Billy mengantarkan Agesti pulang, pasti sahabat nya itu tidak akan sakit hari ini.

"Eh! Bill, mau kemana Lo? Pertanyaan Gue belum di jawab!" Tanya Wilia saat melihat Billy berdiri dan buru-buru pergi dari tempat mereka.

"Gue mau jenguk Agesti." Jawab Billy dengan terus mempercepat langkah nya untuk sampai di tempat parkir dan mengambil sepeda motor nya segera.

---

Dengan kecepatan penuh, Billy langsung tancap gas menuju ke kosan Agesti untuk melihat keadaan sahabat nya tersebut.

Namun sebelum sampai di kosan, Billy lebih dulu pergi ke minimarket terdekat untuk membeli berbagai macam makanan dan minuman beserta obat-obatan yang diperlukan Agesti.

Meskipun Billy juga tidak merasa yakin bahwa Agesti akan memberinya ijin untuk bertemu, tapi Billy tetap berusaha untuk menyampaikan perhatian nya dengan sesuatu yang bisa ia lakukan semampunya.

"Ada tambahan lagi, Mas?" Tanya seorang kasir perempuan yang melayani Billy saat itu.

"Cukup, Mbak." Jawab Billy sembari merogoh dompet di saku celana seragam kuliahnya.

"Totalnya 245.000 Mas."

Billy segera menyerahkan uang sebesar 250.000 kepada kasir tersebut dan membawa belanjaan nya yang penuh dengan berbagai Snack, susu, roti dan buah-buahan.

"Kembalian 5000 ya Mas, terimakasih."

Billy pun segera berlalu pergi ke motornya setelah mengambil uang kembalian dari kasir.

Tanpa berlama-lama, Billy memasang helm di kepalanya dan menarik gas dengan cepat agar bisa segera menemui Agesti.

"Ges, mudah-mudahan Lo masih mau ketemu sama Gue." Batin Billy saat ini.

5 menit kemudian, Billy pun sampai di depan pintu kosan.

Ia buru-buru turun dan meletakan helm full face miliknya di atas motor.

Dengan hati-hati, Billy pun berjalan mendekat ke arah pintu sambil menenteng kantong plastik besar berisi makanan dan minuman yang diperlukan oleh Agesti.

Lelaki itu tampak ragu saat tangan nya sudah bersiap mengetuk pintu.

Billy pun menarik nafas dalam-dalam sebelum memberanikan diri menghadap Agesti.

Tok.. Tok.. Tok..

Billy sengaja hanya mengetuk pintu tersebut tanpa memanggil Agesti. Hal itu ia lakukan agar Agesti setidaknya mau membukakan pintu untuknya meskipun hanya beberapa detik.

Karena belum juga mendapat jawaban, Billy kembali mengetuk pintu kamar kosan tersebut lebih kencang lagi.

Sepertinya Agesti masih tertidur dan masih lemas untuk membukakan pintu untuknya.

Karena Billy tidak sabar, ia pun semakin memperkeras ketukan nya sampai tiba-tiba pintu pun terbuka dengan pelan.

Tampak wajah pucat Agesti muncul di balik pintu untuk memastikan siapa yang sedari tadi mengganggu waktu istirahat nya tersebut.

Melihat sosok dihadapannya, Agesti pun berniat untuk segera menutup kembali pintu tersebut namun segera di cegah oleh Billy.

"Lo mau ngapain sih, kesini?" Tanya Agesti dengan nada suara yang begitu kecil dan begitu lemas.

"Ges, Gue mau minta maaf sama Lo! Gue.."

Belum selesai Billy berbicara, Agesti segera menutup pintu kamar nya rapat-rapat tanpa memperdulikan nasib Billy saat ini.

Baginya, untuk apa ia harus memikirkan nasib Billy sementara tadi malam saja ia dibiarkan pergi dan pulang dengan keadaan basah kuyup tanpa dipedulikan oleh Billy.

"Ges, Gue kesini mau minta maaf sama Lo! Tadi malem Gue dicegat sama ibu nya Vadella waktu Gue mau ngejar Lo." Suara Billy mendominasi sekitar tempat tersebut. Untungnya, kebanyakan penghuni kosan tidak ada di sana karena sedang pergi ke kampus atau pun bekerja.

Teriakan Billy sama sekali tidak menggugah hati Agesti sedikitpun. Gadis itu kembali menarik selimut tebalnya dan tidur dengan posisi kedua telinga yang ia tutup dengan sebuah bantal kecil agar ia tidak terganggu dengan teriakan Billy di depan pintu.

Suhu tubuhnya yang semula sempat normal, kini terasa panas kembali. Keringat dingin mulai membasahi tubuh Agesti saat ini.

Sejak tadi pagi, ia belum sarapan sama sekali. Seperti kebanyakan orang sakit pada umumnya, Agesti kehilangan nafsu makan dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas apapun meskipun hanya sekedar pergi ke toilet. Tubuh tinggi nya begitu lemas untuk digerakkan, gadis itu lebih memilih berbaring di kasur nya tanpa memperdulikan apapun selain kesembuhan nya.

"Ges, Gue tau Lo belum makan! Gue bawain makanan sama Lo! Gue taro di depan ya.. Gue pergi dulu, sekali lagi Gue minta maaf." Teriak Billy untuk ke sekian kali nya.

Sepertinya Billy sudah menyerah. Ia harus kembali ke kampusnya karena masih ada kelas yang harus ia hadiri.

Dengan perasaan kecewa, Billy pun meletakkan kantong plastik besar tersebut tepat di depan pintu kamar kosan Agesti dan berlalu pergi kembali ke motornya.

Sambil memasang helm di kepalanya, Billy masih menatap ke arah pintu berharap Agesti tiba-tiba membukakan pintu untuknya dan masih mau berbicara dengannya lagi.

Meskipun Billy sudah biasa bertengkar dengan Agesti, tetapi jujur saja, untuk kali ini Billy merasa sangat bersalah dan kasihan kepada sahabat kecil nya tersebut karena sudah dipermalukan oleh ibu kandung Vadella di depan nya. Padahal tadi malam, niat Agesti adalah untuk membantu Billy dan Vadella agar bisa berdamai kembali dan tidak salah paham lagi kepada dirinya. Tapi yang dilakukan orang tua Vadella kepada sangat keterlaluan. Agesti sampai di cap sebagai gadis tidak baik oleh orang tua Vadella hanya karena masih berteman baik dengan Billy, sahabat kecilnya.

Kalau saja Agesti tahu bahwa ia akan diperlakukan seperti itu sebelum nya, mungkin ia tidak akan pernah mau menginjakkan kaki di rumah Vadella tadi malam.

"Ges, maafin Gue." Ucap Billy pelan sebelum menyalakan sepeda motor nya.