Chereads / My Sex(y) Friend / Chapter 3 - Korban Penistaan

Chapter 3 - Korban Penistaan

Selamat membaca

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Bar Galaxy

"Mana yang kamu lihat, Lili?" tanya Anya seraya membawa wajah Bosnya untuk ikut melihat ke arah yang mereka maksud.

"Yang itu!" seru Liliana, pasrah saat pipinya di hadapkan sebuah arah sedangkan jadi telunjuk lentiknya tetap mengarah ke pria yang ia maksud.

"Yang mana? Lihat yang jelas arah yang kami tunjukan Lili sayang!"

Kali ini Felixia yang menunjukkan arah dan seketika netra Liliana kembali melotot, saat melihat pria dengan setelan jas rapih serta tampan bak dewa Yunani yang terpampang, sesuai dengan jari lentik temannya yang masih menunjuk.

"What!"

"Bagaimana? Tampan kan?" imbuh Felixia dengan senyum puas, saat Liliana lagi-lagi menganga melihatnya.

"Bukan yang gondrong, enak saja," timpal Anya ikut menambahkan, saat Bosnya ini mengira mereka mencari pria yang tidak sesuai harapan.

Liliana segera menatap dua temannya dengan netra masih melotot, sebelum kembali melihat targetnya yang sedang berbincang dengan orang di meja sana.

"Itu seriusan yang itu?" tanya Liliana tidak percaya.

"Yup!"

Felixia dan Anya mengangguk kompak saat Liliana terlihat sekali bersemangat saat melihat si target, membuat keduanya mendengkus saat mode player Bos cantiknya mulai on.

Huh! Mulai deh.

"Okay! Dia target malam ini, sudah dikunci ya," ujar Liliana dengan nada yakin.

"Iya!"

"Kalau begitu siap-siap kalah. Jangan sampai nangis ya," lanjutnya sombong, namun beda sekali dengan hatinya yang sudah merinding apalagi saat melihat wajah tanpa ekspresi itu.

Yakin, pria itu sepertinya sombong banget. Ya Tuhan, semoga saja aku menang kali ini, pintanya dalam hati.

"Iya, buruan ah! Jangan sampai kamu yang mengerang dahsyat ya. Pokoknya harus dia yang gemas terhadapmu, Li," wanti Felixia mengingat.

Wajahnya sudah menampilkan ekspresi tidak sabaran dengan bibir berkedut ingin tertawa senang, saat membayangkan Bosnya ini memperlihatkan wajah merona.

Khu-khu-khu…

Tawa usilnya hanya dapat mengalun merdu dalam hati, sedangkan Anya sendiri sudah bertepuk tangan memperlihatkan dirinya memang sudah tidak sabar.

"Semangat Lili! Pokoknya kami dukung dari sini," seru Anya antusias.

Liliana kembali melihat dua temannya yang terlihat sekali mengerjainya. Kemudian menghembuskan napas, menenangkan dan meyakinkan diri jika ini hanya sebuah permainan, sebuah tentangan setelahnya lupakan.

Okay, Lili. It's just a game, get it over with and forget about it forever, (Oke, Lili. Itu hanya permainan, selesaikan dan lupakan selamanya)

Liliana berkali-kali merapalkan kalimat itu dalam benak, sebelum akhirnya beranjak dari duduk dan berdiri menjulang di samping meja, kemudian menatap kedua temannya bergantian dengan mata memicing.

"Lihat dan perhatikan, kemudian bersiaplah kalah," gumam Liliana masih saja sombong, sebelum meninggalkan meja dan berjalan dengan langkah tegak.

Liliana juga membusung dada percaya diri, melenggokkan pinggulnya hingga ia menjadi bahan perhatian dengan siulan menggoda, serta tatapan memuja mengiringi langkahnya. Namun, dari langkahnya yang percaya diri ini, tidak ada yang tahu jika ia mengepalkan tangan untuk menghilangkan gugup.

Hanya tersisa beberapa langkah dari meja di mana sang target duduk dan masih menatap ke arah para pria yang ada disekitarnya.

Gluek!

Kambali Liliana menelan saliva saat hanya tersisa tiga langkah dari tempatnya berjalan, hingga akhirnya sampailah ia di samping pria tersebut dan tanpa basa-basi menarik dari yang dipakai si pria, kemudian mengadu bibirnya dengan kecupan berubah menjadi deep kiss.

Persetan dengan rasa malu!

Liliana mengumpat dalam ciumannya, menyesap bagaimana bibir dengan netra melotot itu menatapnya kaget.

Tidak peduli.

Liliana tetap mencium dalam bibir si pria, yang hanya diam saja tanpa niat membalasnya sama sekali.

Sialan, dia tidak membala-

Umpatan Liliana berganti dengan netra yang ikut membulat sempurna, saat ternyata bibirnya yang menginvansi kini justru malah balas diinvansi. Bukan hanya itu, tapi si pria ini juga balas menatapnya dengan tatapan aneh, saat bibirnya kini dibawa masuk ke dalam bibir pria itu.

Pria yang menjadi target Liliana ini awalnya memang terkejut dengan apa yang dilakukan. Namun ada yang aneh saat bibirnya menyatu sempurna dengan bibir si wanita.

Oleh sebab itu, ia yang awalnya hendak mendorong menjauh si wanita, justru semakin menarik bibir itu untuk bergulat indah bersamanya. Ia bahkan tidak mempedulikan saat teman-temannya menganga melihat kegiatan ini, karena baginya saat ini mengerjai si wanita lebih diprioritaskan ketimbang wajah melongo teman-temannya.

Emhh…

Shit!

Si pria ini mengumpat saat desahan erotis mulai terdengar di telinganya, padahal ia yakin jika musik di sekitarnya sangat memekakan telinga. Tapi ini aneh, kenapa suara itu justru lebih mendominasi indra pendengarannya?

Dan sialnya, ia pun turut menggeram dengan tangan menarik pinggang itu hingga kini si wanita duduk di pangkuannya.

Brugh!

Entah sudah berapa mereka saling mengadu bibir, tapi yang jelas keduanya kini akhirnya melepas tautan itu dengan napas hangat saling beradu.

Hosh! Hosh! Hosh!

Si pria melihat netra wanita yang ada dipangkuannya tanpa berkedip, menganggumi bagaimana wajahnya terpantul di iris brown bening itu. Sedangkan si wanita—Liliana yang juga menatap netra itu sama sekali tidak bisa berpaling, saat warna sehitam langit malam itu menghujaminya/

Deg! Deg! Deg!

"What the fuck!"

Shit!

Umpatan dari salah satu teman si pria, yang akhirnya sadar dari jerat hipnotis ini membuat Liliana yang mendengarnya tersentak kaget. Ia melotot ke arah tiga pria yang menatapnya dengan bibir menganga, kemudian kembali melihat si pria yang memangku hanya menatapnya datar.

Crap!

Dengan terburu Liliana berdiri dari pangkuan si pria, kemudian meninggalkan meja tempat ia telah membuat banyak orang menganga. Namun, baru juga ia ingin melangkah sebuah tarikan membuatnya kembali berbalik.

"Mau kemana?" tanya si pria datar nan dingin, menatap Liliana tajam karena ditinggal begitu saja setelah bibirnya dinistai.

"Bukan urusanmu, Tuan," jawab Lilian ketus sebelum menyentak tautan tangan mereka hingga terlepas dan ia segera meninggalkan meja dengan lari secepat kilat.

"Hei! Tung-

"Biarkan saja Ken, nanti juga ketemu lagi," sela Chriss seseorang yang mengumpat saat sadar dari aksi mesum temannya dan seorang wanita asing.

Ken, ya tepatnya Kendrick lah yang menjadi sasaran penistaan, sehingga ia pun kembali terdiam saat mendengar ucapan temannya tersebut.

"Hn."

"Tapi, yang tadi itu bagaimana rasanya?"

***

Kembali pada Liliana yang saat ini berlari menuju mejanya. Ia bersyukur karena banyak tamu yang berdiri dan berlalu lalang saat ia pergi tanpa permisi, sehingga ia tidak perlu takut mejanya duduk ketahuan oleh si pria tampan itu.

Tap!

Hosh! Hosh! Hosh!

"Wah Lil! Kamu berhasil, kita kal-

"Tidak penting! Yang saat ini harus kita lakukan adalah pergi dari sini," sela Liliana seraya mengambil tas miliknya, kemudian menyampirkannya di bahu.

"Hah! Kok begitu?"

"Buru-buru sekal-

"Ck, cepat pergi sebelum kita ketahuan. Aku lihat tatapannya tejam sekali, ayo cepat kita pergi!"

"Apa!?"

Bersambung