Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Apartemen Moon Elty
Ke esokan harinya…
Pagi hari dengan sinar matahari cerah di luar sana, telihat seorang wanita dengan wajah lelap yang kini kelopak matanya bergerak sebelum akhirnya terbuka perlahan.
Kedip! Kedip! Kedip!
Setelah beberapa kali si pemilik kelopak berkedip, kini kelopak mata itu seutuhnya terbuka dengan iris brown bening tersaji cantik. Tangan si pemilik iris ini membentang seraya menguap lebar, sama sekali tidak ada anggun-anggunnya padahal wajahnya sangat cantik.
Hoam!
Setelah puas merentang bebas, kini tanganya ganti mengusak rambutnya serta perutnya yang ikutan gatal.
"Pukul berapa ini? Sial, pulang bukannya tidur malah lanjut minum," umpatnya setelah menanyakan entah pada siapa waktu saat ini.
Wajahnya menoleh ke arah jendela sana dan mengernyit saat cahaya matahari memasuki retina matanya, sedangkan tangannya menghalau cahaya.
"Matahari sudah cerah, kalau begitu lebih baik aku olahraga sebentar, kemudian mandi dan setelahnya bersiap ke kantor," putusnya bermonolog.
Setelah memutuskan apa yang ingin dilakukannya, ia pun turun dari ranjang dan jalan dengan terhuyung ke arah balkon kamarnya.
greeek!
Pintu digesernya perlahan, seketika angin pagi menyambut wajahnya yang langsung segar padahal beberapa saat lalu kelopak mata itu masih kedip-kedip manja.
"Hupp! Haaah! Kimochi…, (Nyaman)" desahnya seraya menarik dan menghembuskan napas melalui hidungnya.
Setelah merasa segar dengan udara nyaman di pagi ini, ia pun mulai merenggangkan kepala, kaki dan tangannya sebagai pemanasan.
Lantainya kamarnya tidak terlalu tinggi dan menghadap ke sebuah taman apartemen di bawah sana, sehingga ia bisa melihat jelas aktivitas penghuni apartemen di taman sana.
Ya, sangking jelasnya, ia yang sedang olahraga pun selalu jadi bahan fantasi oleh para pria yang sengaja berlari di taman, terkadang bahkan sengaja menunggunya olahraga seperti ini.
Awalnya memang risih, namun lama kelamaan ia bosan juga mengusir jika ujungnya selalu diulangi. Alhasil, ia pun pura-pura tidak melihat dan cuek, masa bodo.
Selagi tidak berbuat kurang ajar, ia rasa sepele jika hanya melihat. Toh! Yang lebih seksi darinya kan banyak.
Ya, saat ini ia sedang olahraga dengan baju longgar menutupi hotpants setengah paha di balkon dan itu sudah biasa.
Cukup lima belas menit, ia pun menyelesaikan olahraga dengan tatapan kecewa dari para penonton dan ia tidak bisa mendengkus di tiap kali selesai olahraga.
Temannya menyuruhnya pindah, tapi ia sudah senang tinggal di apartemen yang dibelinya dengan hasil sendiri selama merintis usaha butiknya.
"Okay! Saatnya mandi dan berangkat ke kantor deh," gumamnya seraya memasuki huniannya kembali dan melakukan apa yang direncanakan sebelumnya.
Beberapa saat kemudian…
Striped jumpsuit V-neck tanpa lengan kini terpasang di tubuh wanita pemilik hunian. Ia saat ini sedang duduk di depan sebuah cermin, mematut dirinya dengan riasan natural agar terlihat pas dengan pakaian yang dikenakan.
Rambut ikal panjang berwarna golden brown-nya terurai rapih, dengan sebuah jepit yang ia sematkan di atas telinga.
Sempurna.
Kini tampilannya sudah sempurna, dengan sentuhan terakhir minyak wangi vanilla menguar, aroma manis dan bagi siapa yang menghirupnya akan dipastikan mabuk kepayang.
Kembali ia menolehkan wajahnya kiri kana, kemudian terdiam saat memikirkan ciuman semalam yang sempat dilupakan namun ternyata kembali terngiang.
"Shit! Come on, forget it," ucapnya pada diri sendiri, kemudian ia juga kembali membuang napasnya perlahan seraya beranjak dari duduknya.
"Sip! Saatnya pergi bekerja," gumamnya kemudian.
Persiapan akhirnya selesai. Maka itu, dengan senyum manis terulas ia pun keluar dari kamar, tepatnya dari huniannya dan turun menuju basement di mana mobilnya berada.
Lima belas kemudian…
Sebuah mobil Volvo terlihat memasuki halaman sebuah gedung butik besar, kemudian parkir di tempat bertanda khusus untuk si pengendara.
Dari dalam keluar seorang wanita dengan jumpsuit-nya, kemudian berjalan menuju butik setelah menutup pintu dengan sedikit keras.
Brakh!
Memasuki lobby, sapaan atas namanya terdengar ramah dengan si wanita yang balas sapaan mereka dengan senyum cantik terulas.
"Selamat pagi, Nona Liliana!"
"Selamat pagi!"
Ya, si wanita ini adalah Liliana, dengan nama lengkap Liliana Scarlet.
Tahun ini usianya genap 26 tahun dan ini adalah butik miliknya sendiri, butik yang dirintis bersama dua temannya yaitu Anya sebagai asisten dan Felixia sebagai model exclusive-nya.
Liliana adalah wanita muda dengan wajah cantik, bibir penuh serta memiliki iris coklat bening yang terlihat indah. Bukan hanya itu, ia tinggi semampai dengan senyum manis yang selalu mampu menarik lawan jenisnya.
Liliana seorang yatim-piatu, setelah kepergian sang ibu di waktu dirinya masih sekolah menengah pertama, sedangkan ayahnya lebih dulu berpulang bahkan saat dirinya masih belum mengerti.
Beruntung ia memiliki otak yang cerdas, hingga ia mendapatkan beasiswa full dan juga kerja paruh waktu yang cukup membiaya hidup.
Tidak ada yang tahu bagaimana cara Liliana bisa hidup mandiri sampai saat ini. Hanya dua sahabatnya yang tahu mengenai masa lalunya dan masa perjuangan yang dilalui seorang Liliana.
Ting!
Lift terbuka, Liliana keluar dari dalam sana dan berjalan menuju ruangannya berada. Dari tempatnya berjalan, ia bisa melihat asistennya yang berdiri di depan pintu, sepertinya sengaja menunggunya datang.
"Selamat pagi, Nona!" sapa sang asisten—Anya dengan nada formal, jika mereka sedang ada di kantor seperti ini.
"Pagi, Anya. Ada acara apa hari ini?" tanya Liliana seraya melangkah masuk, setelah membuka pintu ruangannya dan Anya sendiri mengekor di belakang sambil membacakan jadwal hari ini.
"Ada rapat internal untuk pemilihan busana fashion show minggu depan. Lalu, kita juga ada pertemuan dengan salah satu perusahaan, untuk pembuatan seragam," jelas Anya kemudian berhenti sejenak saat Bosnya menginterupsi.
"Seragam ya? Sudah siapkan desain yang mau diajuin?"
"Sudah Nona. Kita juga sudah mengirim contoh desain. Tapi sama pemimpin mereka belum dipilih," jelas Anya dengan kernyitan bingung dari Liliana sebagai si pendengar.
"Loh! Kenapa? Artinya kita harus bawa desain yang lain untuk jaga-jaga?" sahut Liliana cepat.
"Iya seperti itu lah," jawab Anya dengan anggukan kepala pelan.
"Ya sudah deh! Meeting internal dulu, acara fashion show ini penting soalnya. Pesta besar akan kembali tersiar saat akan memulai fashion tahunan kota," putus Liliana seraya mengikat rambutnya rapih, sehingga kini leher jenjang itu terlihat menggoda.
"Kalau begitu aku kabarin mereka untuk kumpul," sahut Anya sigap, kemudian meninggalkan ruangan saat Liliana mengangguk, mengizinkan.
"Okay!"
Blam!
Pintu tertutup, menyisakan Liliana yang kini mulai mengerjakan laporan yang sudah diperiksa oleh masing-masing devisi. Ia tenggelam dengan pekerjaannya dan tiba-tiba sebuah ketukan kembali terdengar, disusul dengan seorang wanita cantik tinggi memasuki ruangannya.
"Selamat pagi, hari yang indah!"
"Prett! Kemana uangku keluarkan sialan!"
"Uang apa?"
"…."
Bersambung.