Chereads / Ending. Jodoh tidak menunggu / Chapter 17 - siebzehn

Chapter 17 - siebzehn

Melihat Ocha yang pergi dengan laki-laki lain emosi Kenzie kembali meledak dan berteriak "Ocha! Meskipun permainan berakhir atau belum. Aku akan tetap melanjutkannya!" Kenzie mengamuk melempar dan menendang bola basket dengan keras.

Tapi Ocha mengabaikannya dan terus pergi bersama Andika. Sebenarnya jauh di dalam hatinya dia mulai menyukai Kenzie laki-laki dengan perangai buruk itu mampu menarik rasa sukanya, membuat emosinya di aduk.

Di jalan pulang Ocha hanya diam dengan kepala tertunduk menatap ujung sepatunya. Di samping Andika menatapnya lembut "Kau baik-baik saja?"

Ocha mengangguk "Mmm.. aku baik-baik saja." Langkah Ocha berhenti di depan pintu pagar hitam dan berbalik menatap Andika "Terima kasih, sudah mengantar ku pulang.."

"..Mm..Tidak apa-apa. Ya sudah kalau begitu aku pergi."

"Hati-hati di jalan.."

Andika melambaikan tangannya pada Ocha supaya gadis itu tidak perlu khawatir. Ocha masuk rumah dengan langkah berat menghadapi bibinya yang mulai banyak bertanya bahkan menyalahkan Andika yang sudah mengantarnya pulang tapi memang mulut bibinya jika mengeluarkan satu kalimat saja akan sangat menyakitkan. Kenapa bibinya harus mengatakan syukur kalau dirinya bisa tidur dengan Kenzie apakah dirinya begitu rendah di mata bibinya sampai dia tidak pernah memikirkan perasaan keponakannya sendiri.

Ocha sudah tidak tahan menghadapi bibinya yang terlalu matrealistis di tambah lagi dengan pamannya yang bernama johan itu tua Bangka mesum yang selalu mengintipnya saat mandi, Ocha merasa sudah tidak ada ketenangan lagi di rumah gadis itu memutar tumitnya dan berlari keluar meninggalkan suara bibinya yang masih mengoceh supaya dia menjual tubuhnya pada Kenzie.

Ocha terus berlari dan duduk di taman di belakang universitas, meskipun tempatnya agak jauh tapi lampu masih menerangi ketika malam. Ocha duduk di taman sejenak dan mulai merasa dingin oleh hembusan angin malam tapi dia tidak ingin kembali. Sayup-sayup Ocha mendengar suara pamannya johan yang sedang memanggilnya, wajah Ocha berubah masam seketika dia tidak ingin melihat laki-laki tua mesum itu. Tapi jika dia masih duduk di taman itu maka akan cepat di temukan lebih baik dia pergi saja.

Baru beberapa langkah Ocha melihat pintu gudang yang sedikit terbuka dan ada cahaya dari dalam. Tanpa pikir panjang, Ocha pun memutar langkahnya dan masuk ke dalam gudang menutup pintunya dengan sangat hati-hati.

Dalam gudang itu Ocha melihat ada piano tua di atasnya penuh debu. Ocha kembali teringat saat ayahnya masih hidup dulu dia memiliki cita-cita menjadi seorang pianis tapi mimpi hanya mimpi ayahnya kecelakaan dan meninggal, serta meninggalkan banyak hutang akhirnya seluruh asset berharga serta rumah yang menjadi tempatnya berlindung ikut di sita. Dalam satu malam sudah mengubahnya dari seorang putri menjadi rakyat jelata.

Ocha masih menyimpan mimpinya jauh di dalam hatinya, jika sedikit saja keluar akan merobek luka lama yang masih belum sembuh. Ocha menghapus air matanya dan duduk di bangku di hadapan piano, menatapnya sejenak lalu menoleh kiri kanan, tangannya sangat ingin menyentuh tut piano itu tapi takut ada orang lain di sana, setelah merasa aman. Ocha membuka penutupnya dan mekan satu nada hingga menimbulkan bunyi denting yang nyaring.

Ocha meletakkan kedua tangannya di atas tut piano matanya terpejam seketika dia bisa mendengar Für Elise - L.V Beethoven yang mengalun dengan tempo lembut kadang lambat kadang cepat. Ocha membuka matanya yang bersinar cerah seolah dia bertemu jodoh yang selama ini dia mimpikan. Sangat membahagiakan. Ocha pun mulai memainkan piano sesuai dengan ingatannya waktu kecil. Dalam hitungan detik kesedihan karena kata-kata bibinya terlupakan terlempar jauh.

****

Kenzie yang habis bertengkar dengan ibunya memilih pergi dari rumah, entah kenapa dia selalu bertengkar dengan ibunya mungkin karena terlalu merindukan ayahnya, atau karena dia terlalu menyalahkan ibunya yang membuat ayahnya meninggal di tambah keberadaan pengacara Kusuma yang selalu merusak pemandangannya.

Kenzie tertidur di sofa dengan sandaran tinggi. Tidak akan ada yang bisa melihat keberadaannya. Wajah tampannya terlihat damai dan polos ketika matanya terpejam, tidak ketika matanya terbuka selalu menampakkan tatapan tajam dan senyum sinis, menganggap semua orang rendah di matanya.

Kenzie bermimpi bertemu dengan ayahnya, bermain piano seperti saat dia masih kecil. Bibir yang jarang tersenyum tulus kini tersenyum sangat tulus terlihat sangat tampan. Tapi semakin lama denting piano terdengar semakin jelas. Kenzie bergerak matanya terbuka sedikit menyipit, menoleh ke arah suara piano. Dan melihat punggung seorang gadis yang duduk membelakanginya. Kenzie duduk dan berdiri mendekati punggung ramping itu dengan langkah pelan. Menatap jari-jari ramping putih kecil yang menari-nari di atas tut piano.

Gadis itu tidak menyadari keberadaan Kenzie. Dan terus serius bermain piano. Kenzie berjalan semakin mendekat dan langsung menyambar lengan kurus itu membuat permainan piano itu berhenti mendadak. Ocha mendongak dan terkejut melihat keberadaan Kenzie juga ada di sana.

"Siapa yang mengizinkan mu menyentuhnya!" nada suara Kenzie terdengar tajam menusuk. Dan saat itu dia baru bisa melihat wajah gadis itu.

"Itu kau!" kata Ocha menatap laki-laki yang berdiri tinggi di depannya.

Kenzie yang sudah marah karena pertengkaran dengan ibunya sebelumnya, menjadi bertambah marah melihat keberadaan Ocha di sana, di tambah gadis itu sudah menjadikannya sebagai taruhan "Siapa yang mengijinkan mu berada di sini.! Apa kau mengikuti ku! Apa kau masih kekurangan uang!" bentak Kenzie sambil menggenggam tangan Ocha sangat erat "Apakah kau menjadi semakin tidak tahu malu! Kau bukan mahasiswa di sini kenapa kau selalu berkeliaran di kampus. Kau bahkan berani memainkan piano ini.!"

Ocha berusaha melepaskan genggaman tangan Kenzie tapi terlalu kuat. Ocha meringis " Aku minta maaf, aku tidak melakukannya dengan sengaja."

Sudut bibir Kenzie terangkat "Maaf?! Kau akhirnya tahu bagaimana cara meminta maaf. Tidak ada gunanya minta maaf, bukankah kau pernah bilang seperti itu sebelumnya."

Ocha menyentak tangan Kenzie terburu-buru akan melarikan diri "Aku harus pergi sekarang."

Secepat kilat Kenzie bergerak menghalangi jalan Ocha membuat gadis itu menabrak dada kuat milik Kenzie. Kepala Kenzie menunduk menatap Ocha sudut bibirnya terangakat sinis. "Mau melarikan diri." Nada rendah Kenzie menggetarkan jantung Ocha. Kenzie melangkah maju dan Ocha mundur "..Aku ingat sekarang bukankah kantin tempat keluarga mu baru di buka?" Mata Ocha melebar, dia tahu Kenzie mulai mengancamnya.

Ocha terus mundur sampai langkahnya terhenti karena menabrak piano yang ada di belakangnya. Kenzie memerangkap tubuh Ocha, dan mendekatkan wajahnya ke telinga Ocha sambil berbisik "Apakah aku harus melaporkan mu, ke Rektor universitas?" mata Ocha semakin melotot, kenapa berhadapan dengan Kenzie selalu membuatnya tidak bisa berkata-kata. Seolah semua kosa katanya terserap habis oleh tatapan tajam milik Kenzie.