Chereads / Ending. Jodoh tidak menunggu / Chapter 23 - dreiundzwanzig

Chapter 23 - dreiundzwanzig

Kenzie bersama dua temannya sedang berjalan menuju kantin. Ari seperti biasa dengan mulut besarnya tidak bosan-bosan untuk bergosip meskipun orang yang akan menjadi bahan gosipnya adalah sahabat nya sendiri. Kenzie mengabaikan nya dan sesekali melihat pada ponsel dengan gelisah.

"Kenapa kau terus melihat ponselnya dengan wajah seperti itu, apa kau sudah ada janji bersama seseorang? Siapa peri cantik di lapangan atau gadis cantik kantin?"

Kenzie mendecak lidahnya, ia benar-benar menyesal memiliki sahabat seperti Ari. "Bisakah kalian melakukan hal lain selain bergosip?" dengus Kenzie.

Ari tersenyum lebar sedangkan Arya berlagak seperti sedang memperbaiki kerah bajunya dengan gagah, ekspresi itu, tindakan itu mengisyaratkan pada Kenzie bahwa mereka tidak akan berhenti.

"Sudahlah, aku lapar ayo kita ke kantin saja.." sambung Arya.

Kenzie tersenyum dan perubahan itu tidak lepas dari mata tajam Ari, yang telah lama menjadi sahabatnya ia sangat jarang melihat Kenzie tersenyum begitu lembut bahkan pada ibunya sendiri. Itu artinya gadis pelayan itu benar-benar menggoyahkan hati beku Kenzie. Ari tersenyum lebar."Woah, sepertinya kau benar-benar sudah tertarik pada gadis itu!" goda Ari.

Kenzie menatap sahabatnya itu dengan mata tajam, ingin membantah dan mengatakan sesuatu tapi akhirnya tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Ari dan Arya tertawa bersamaan melihat ekspresi kekalahan di wajah Kenzie.

Dari luar kantin Kenzie melihat ke dalam kantin sambil mencari bayangan Ocha tapi yang di lihatnya bayangan menyebalkan Andika di sana. Kenzie merengut "Di mana dia!"

Ari menatap Kenzie penuh rasa ingin tahu ia bahkan menempel seperti lintah "Apa yang akan kau lakukan? Hei gadis itu tidak ada di sana kenapa kau sempat-sempatnya menelepon sekarang?"

"Berhenti bicara! Sangat berisik. Aku sedang menelepon nya.." kata Kenzie sambil tersenyum lebar.

Berulang kali Ari terkejut melihat perubahan Kenzie hari ini, sahabatnya itu yang biasanya selalu menampilkan wajah dingin dan kejam kini lebih banyak tersenyum. Apakah gadis itu benar-benar luar biasa? Tanya Ari dalam hati.

Panggilan telepon tersambung "Hai, Kenzie.. apakah kau tahu di mana gadis miskin kesayangan mu berada?"

Kening Kenzie berkerut suara di ujung telepon bukan milik Ocha, dengan santai ia bertanya "Kau siapa?"

Gadis yang bicara di telepon tersedak tidak percaya "Kau... Melupakan ku! Aku Tyas!"

"Ooh.. ternyata salah satu dari gadis-gadis itu.." katanya acuh.

Gadis yang bicara di ujung telepon berteriak marah "Kenzie!! Baiklah.. sepertinya gadis itu benar-benar telah mengembalikan sifat kemanusiaan mu.. karena kau telah membuatku marah berulang kali maka kau akan menerima balasanku.."

Ari dan Arya menempelkan telinga mereka untuk lebih dekat dengan ponsel Kenzie, terlihat jelas mereka ingin menguping pembicaraan menarik itu. Bahkan sekarang mereka melihat Kenzie tersenyum aneh, dan di mata Ari dan Arya senyum itu sangat menakutkan. Siapa yang telah mengganggu singa tidur ini? Gumam mereka bersamaan.

"Omong kosong apa yang kau bicarakan! Aku tidak peduli pada gadis pelayan itu! Kenapa aku harus peduli di saat ada gadis cantik lain yang rela datang secara pribadi padaku. Dia bukan apa-apa!"

Ari dan Arya saling pandang mata mereka bertanya, apa yang terjadi? Tapi karena mereka tidak tahu hanya menggerakkan bahu tanda keduanya tidak mendapatkan jawaban pasti, siapa teman bicara Kenzie sekarang.

Di ujung telepon Tyas masih berusaha membuat Kenzie marah "Baiklah.. aku tidak percaya kau tidak peduli pada gadis miskin itu, tidak apa-apa jika kau tidak peduli. Lagi pula dengan keahlian Ocha dia pasti sedang bersenang-senang dengan kakak angkat ku sekarang.."

Wajah tenang Kenzie berubah dingin seketika. Arya dan Ari tanpa sadar memberi jarak dua langkah menjauh dari sumber malapetaka. Kenzie berlaku pergi dengan ponsel masih menempel di telinganya mendengarkan Tyas bicara. Semakin lama Kenzie diam suasana di sekitar mereka semakin terasa dingin. Arya bergidik ngeri ia merasa perang dunia akan segera meletus sekarang.

"Hei, gadis bodoh! Dengar aku sudah mengatakannya sebelumnya aku tidak peduli dengannya jadi percuma saja kau mengatakan banyak kata padaku! Sebaiknya kau matikan saja teleponnya atau biar aku saja yang menutupnya untukmu, aku tidak keberatan sama sekali. Dan satu hal lagi jangan coba-coba mengancammu dengan hal murah seperti ini aku tidak akan tertarik.."

Kenzie menutup panggilan telepon, keningnya berkerut memikirkan kata-kata Tyas. Jika Ocha tidak ada di kantin maka kemungkinan yang di katakan Tyas adalah benar, tapi di mana Ocha sekarang? Kenzie terlihat semakin khawatir. Namun setelah ia mengingat satu tempat yang bisa menjadi kemungkinan terbesar dengan keberadaan Ocha, Kenzie langsung berbalik dan berlari kencang meninggalkan area kantin.

Ari dan Arya yang di tinggal begitu saja terkejut "Kenzei.." teriak Arya tapi tidak mendapatkan jawaban.

Tepat saat Kenzie berlari pergi Andika keluar dari pintu kantin melihat Kenzie yang berlari dengan panik. Andika mendekati Arya menahan lengannya "Hei! Ada apa dengan Kenzie! Ke mana dia akan pergi!"

Arya menghela napas tidak senang "Aku tidak tahu, dia menerima telepon sebelumnya dan setelah itu seperti yang kau lihat sekarang.. aku sedikit mendengar kata lapangan sebelumnya.."

Andika sudah tahu sekarang kenapa Ocha menghilang, semua itu pasti berhubungan dengan Kenzie. Seketika itu juga Andika berbalik dan berlari menyusul di mana Kenzie menghilangkan sebelumnya.

****

Di lapangan Ocha terikan di bawah tiang ring basket. Tyas dan Rio berdiri di hadapannya dengan sangat angkuh menatap ke arah Ocha yang masih berusaha melepaskan diri dari ikatan talinya. Rioa bermain dengan bola sesekali ia memantulkannya ke lantai lalu memasukkannya ke dalam ring yang tepat berada di atas kepala Elise.

"Sudah aku katakan! Kenzie tidak akan datang! Untuk apa kau melakukan ini padaku!" teriak Ocha kesal.

Tyas tersenyum sinis "Kau. Sepertinya sangat mengenal, Kenzie lebih dari dugaan ku! Ternyata hubungan kalian memang tidak sesederhana itu.. tapi aku yakin dia akan datang!"

Ocha mengerut kening, setelah bertemu dengan Kenzie hidupnya benar-benar jungkir balik bahkan tidak ada lagi kata damai "Lepaskan aku! Berhenti kekanakan. Kenzie tidak ada urusannya denganku, dia tidak akan datang untukku!" kata Ocha sambil menatap ke arah lain menolak menatap langsung ke arah Tyas.

Tyas dan Rio saling pandang "Bagaimana kalau Kenzie tidak datang menyelamatkan nya, apa yang akan kita lakukan padanya."

Melihat dua orang itu yang mulai ragu, Ocha menambahkan "Kalian telah menghabiskan banyak waktu dengan sia-sia. Bahkan menculik ku, sudah jelas Kenzie tidak akan datang! Kalian hanya akan terlihat semakin konyol dengan melakukan ini padaku. Karena aku yakin dia tidak akan pernah datang!" Ocha kembali menegaskan.

Sebenarnya ia juga takut pada Rio yang memiliki tubuh besar tinggi, laki-laki itu menunduk mendekatkan wajahnya pada Ocha. Secara refleks Ocha membuat jarak dengan Rio. "Aku tidak menyangka, ternyata gadis yang di sukai Kenzie levelnya sangat rendah. Tapi tidak apa-apa meskipun kau mengatakan tidak ada hubungannya dengan Kenzie tapi aku yakin dia peduli padamu jadi aku akan membuat orang yang dia pedulikan ini menderita.." Rio menatap ke arah jari-jari tangan Ocha uang kecil dan halus. "Aku dengar kau sangat pandai bermain piano, lihat tanganmu.." Rio menggenggam tangan Ocha.

****