Kenzie memperhatikan Lara yang tersenyum lebar hingga membuat matanya menyipit "Kenapa kau senyum begitu lebar?"
Pandangan Lara masih tertuju pada anak-anak yang sedang bermain dengan riang, ia berkata "Melihat mereka tertawa seperti itu aku lebih merasa bahagia, aku selalu berharap mereka bisa hidup seperti anak-anak sehat lainnya. Setelah aku kembali ke sini aku berharap bisa membantu mereka dengan kekuatan yang aku miliki, jika di masa depan aku bisa..." Lara tersenyum malu-malu "Aku ingin menjadi dokter anak." Katanya antusias
Kenzie mengangkat sebelah sudut bibirnya dan berkata dengan nada rendah "Tapi aku tidak tertarik dengan cita-cita mu." Wajah Lara berubah muram Kenzie memang seperti rumor yang di dengarnya menyebalkan, kata-kata nya sangat pedas laki-laki itu bahkan tidak memikirkan perasaannya. Lara sedikit menjaga jarak dari Kenzie ketika laki-laki itu menunduk dan berkata lagi "Aku bertanya tentang mereka, kenapa mereka sangat bahagia?" tunjuk Kenzie pada anak-anak yang sedang bermain bola.
Lara menatap ke arah anak-anak yang sedang bermain bola, gadis itu dengan cepat melupakan rasa jengkel nya pada Kenzie dan berkata dengan senyum jahil di bibirnya.
"Aku bilang pada mereka seorang pelatih akan mengajari mereka bermain bola." Lara menatap puas ke arah Kenzie yang mematung.
Senyum Kenzie menghilang seketika "Seorang pelatih yang kau maksud itu.. apakah aku?" tunjuk Kenzie pada dirinya sendiri. Lara mengangguk senang seolah ia sudah memutuskan tanpa perlu bertanya pada Kenzie apakah laki-laki itu akan setuju atau tidak.
Kenzie menghela napas prustasi ia merasa Lara gadis yang menyebalkan, dia bahkan membuatnya marah tanpa bisa berkata-kata ini pertama kalinya untuknya. Kenzie akhirnya tersenyum paksa meskipun dia egois tapi terhadap anak-anak hatinya selalu lembut. Ia mengangguk setuju tanpa bisa protes.
Ketika Kenzie dan Lara sedang bermain bola bersama anak-anak. Eko menatap Kenzie dengan tatapan tajam dan berjalan mendekat. Lara yang melihat Eko lebih awal menyapanya ramah "Hei teman. Eko."
Eko tersenyum malu ketika menatap Lara namun merengut ketika menatap Kenzie "Itu kau?" tanya Kenzie tidak percaya. Karena Eko juga berada di tempat yang sama sepertinya.
Eko yang selalu tidak puas dan benci pada Kenzie selalu mencari cara untuk menjelek-jelekkan Kenzie di hadapan Lara "Kenzie pria tampan milik universitas Mandala seorang dengan catatan kepolisian seperti berganti pakaian. Ikut ambil bagian dalam acara amal yang di adakan untuk anak-anak, bukankah itu aneh?" tanya Eko berbalik menatap Lara menatapnya dengan lembut.
Lara yang mendengar itu menatap Eko dan Kenzie bergantian. Namun Kenzie tidak merasa khawatir sedikit pun. Lebih baik Lara tahu jeleknya dari pada berpura-pura baik seperti yang di lakukan Eko saat ini.
Tapi Eko tidak berharap ekspresi dan tanggapan Lara di luar harapannya, Lara menatap Kenzie dengan mata berbinar seolah ia juga ingin membuat catatan sebanyak yang di lakukan Kenzie "Benarkah itu?"tanyanya sambil menahan senyum "Aku tidak tahu, ternyata kau memiliki hidup yang sangat menarik seperti itu!"
Eko yang terus tersenyum bangga karena telah menyebutkan aib dan keburukan Kenzie di depan gadis yang di sukainya terkejut. Eko menatap Lara dengan kening berkerut . Lalu berbalik menatap Kenzie yang teraenyum dengan bangga seolah keburukan yang telah dia lakukan bukan lah hal penting. Kenzie tersenyum sinis pada Eko.
"Teman kutu buku juga tidak buruk!" Eko segera menatap kenzie tajam. Tapi Kenzie tidak peduli dan terus bicara "Dulu dia hanya berani bersembunyi di perpustakaan tapi sekarang berani menyebarkan tentang privasi orang lain, aku pikir dia sedikit lebih normal sekarang! Dia bahkan juga membuat kekacauan di klub malam!" setelah mengatakan itu Kenzie pergi melanjutkan permainannya bersama anak-anak.
Eko yang mendengar itu layu dengan wajah muram menatap ke rumput di depannya. Sedangkan Lara langsung mengerti maksud dari kata-kata Kenzie ia hanya tersenyum menikmati permainan kata dua orang itu. Baginya Kenzie selalu menarik perhatiannya. Tidak peduli tentang masa lalunya seperti apa pun.
Lara tersenyum dan mengikuti Kenzie meninggalkan Eko dengan wajah merah entah karena malu atau karena marah.
Lara terus memperhatikan Kenzie yang sesekali melihat jam. Lara menepuk bahunya, Kenzie pun berbalik "Apakah kau bosan mengajarkan anak-anak? Atau kau bosan padaku! Ku lihat kau sejak tadi selalu melihat jam." Protes Lara.
Kenzie menggeleng Lara berbeda dengan gadis lain, dia ceria, berpikir terbuka,dan polos Kenzie selalu tidak bisa berkata-kata jika berhadapan dengannya, Kenzie menghela napas berat "Bukan dua-duanya. Ini karena aku memiliki janji yang tidak bisa aku lewatkan.. jika tidak ada lagi aku akan pergi sebentar lagi.." ujar Kenzie.
Eko diam-diam menguping pembicaraan Kenzie dan Lara. Ia semakin membenci Kenzie. Tidak hanya terlahir dari keluarga kaya, dia bahkan mendapat perhatian dari gadis yang di sukai nya.
Lara tersenyum "Baiklah. Karena kau sudah jujur aku akan menerima alasanmu, karena aku yang memintamu datang ke sini, jadi biarkan aku membantumu untuk lari dari tempat ini."
Kenzie tertawa kecil "Bagaimana caranya?" Kenzie menoleh ke arah ibunya yang sedang mengobrol dengan ayah Lara "Kau lihat di sana. Ibuku memiliki mata-mata yang sangat hebat!"
Lara menghela napas dan menggigit bibirnya mencari akal "Hmm.. bagaimana jika kau berakting, kau bisa bertingkah seperti sedang keracunan makanan atau asam lambungmu kambuh. Kau tinggal pilih mana yang menurutmu bisa kau jadikan alasan?" ujar Lara memberikan solusi.
Kenzie tidak bisa berkata-kata. Lara dan Ocha benar-benar gadis yang unik. Jika Lara seperti matahari yang cerah maka Ocha seperti malam gelap tanpa cahaya bulan. Setelah mendengar ide itu Kenzie bereaksi.
Kenzie sedikit terhuyung-huyung wajahnya pucat matanya terlihat tidak fokus dan akhirnya tubuhnya pun oleng jatuh ke tanah dengan suara gedebuk.
Lara juga ikut berakting, dengan bertindak cemas sambil memanggil-manggil nama Kenzie. Mendengar keributan yang di buat Lara beberapa orang datang mendekat untuk membantu. Orang tua Lara dan kenzie juga terkejut dan menatap ke arah keributan tersebut. Lara yang melihat ayahnya datang segera menenangkan kan.
"Ayah,Kenzie baik-baik saja hanya gula darahnya yang turun. Dia akan baik-baik saja setelah istirahat." Ujar Lara
Tapi Eko sepertinya tidak membiarkan kan Kenzie begitu saja, ia sudah di permalukan di depan gadis yang di sukainya sekarang giliran ia untuk membalas.
"Tapi, sepertinya kondisinya sangat parah, sebaiknya telepon ambulan." Kata Eko sambil mengeluarkan ponselnya. Lara segera menatap tajam pada Eko dan menganggap nya sangat mengganggu.
Awalnya lara hanya menganggap Eko salah satu orang baik yang pantas mendapatkan beasiswa penuh dari ayahnya tapi setelah melihat bagaimana dia terus mencoba untuk menjelekkan Kenzie membuat hatinya tidak senang. .