Di kampus Kenzie bertemu dengan dua sahabat gilanya. Ari dan Arya. Dia mendekatinya dan bertanya "Apa yang sedang kalian lakukan?"
Ari langsung menghampiri Kenzie dan bertanya bukti foto Kenzie dan hadis kantin itu.berciuman. Kenzie diam. Saja tapi ketika mendengar ada banyak orang yang menunggu hasil taruhan itu kening Kenzie berkerut. Bahkan gadis yang dia putus di tengah jalan waktu itu dengan tidak tahu malunya menyebar berita taruhan itu secara online, sehingga seluruh kampus mengetahuinya. Bukankah itu merusak nama baik orang lain?
Apakah gadis itu ingin balas dendam dengannya. Kenzie melipat kedua tangannya di depan dada mendengarkan celotehan Ari yang penuh semangat, raut wajah Kenzie terlihat tidak peduli dan tidak tertarik karena setelah malam ketika mereka di gudang bersama Ocha dia baru menyadari kalau Ocha adalah gadis yang baik penuh dengan penderitaan, tinggal bersama bibi yang sibuk dengan hasil untung dan rugi serta paman yang selalu memiliki pikiran kotot terhadapnya entah kenapa telah mengetuk sisi terlembut di hatinya. Dia ingin menjaga Ocha dan menjauhkannya dari mata mesum semua orang. Kenzie ingin Ocha hanya menatapnya.
Arya yang sudah tidak sabar dengan hasil taruhannya merebut ponsel Kenzie tapi masih bisa dia pertahankan.
Ari masih berbicara tanpa melihat situasi kalau Kenzie sudah tidak tertarik lagi. Namun dia terus mengoceh "Kali ini Tyas pasti salah bertaruh, tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak bisa di taklukkan Kenzie, bukan?"
Kenzie mengusap wajahnya membiarkan Ari merangkul bahunya seolah mendesaknya untuk mengeluarkan bukti ciuman mereka kemarin.
Ari "..Ayo keluarkan.. seisi kampus sedang menunggu untuk melihat fotomu yang sedang berciuman dengan gadis kantin itu. Cepat keluarkan! Cepat! Ayolah!"
Kenzie terdiam ingin mengatakan sesuatu tapi tidak tahu harus memulai nya dari mana, akhirnya tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ari dan Arya yang melihat tingkah aneh Kenzie bingung.
"Kau punya tidak?!" tanya Ari yang benar-benar tidak sabar lagi.
Kenzie memasang wajah bosan, masa bodoh terbaik miliknya, melengos pergi meninggalkan Ari dan Arya.
Ari menatap Arya "Apa? Apakah itu artinya dia tidak mendapatkan ciumannya! Apakah dia kalah??" teriak Ari histeris seolah dia sudah bertaruh banyak yang dalam perjudian itu. Arya yang melihatnya tertawa lepas.
***
Di sisi lain, Ocha kembali bekerja di kantin melayani pelanggan yang datang berbelanja dengan sepenuh hati dan selalu tersenyum lembut. Dalam kesibukannya melayani pembeli yang antri. Ocha mendengar salah satu pelanggannya yang menyinggung tentang taruhan yang di lakukan Kenzie.
Dalam diam Ocha membenarkan kata-kata dua orang yang sedang mengobrol itu, seolah yang mereka bicarakan bukanlah dirinya yang sedang melayani belanja mereka. Kenzie memang tampan, kaya dan memiliki segalanya, Ocha tahu itu sudah tidak terhitung berapa banyak gadis yang jatuh dalam pesonanya, termasuk dirinya sendiri.
Ada yang mendukung supaya Kenzie menang dalam taruhannya ada pula yang ingin melihatnya kalah, beberapa orang yang ingin Kenzie kalah adalah orang yang pernah dia sakiti hatinya. Bagi mereka yang tidak bisa melawan Kenzie hanya bisa menunggu seseorang yang seimbang untuk mengalahkan nya dan mempermalukannya. Itu sudah memuaskan hati mereka.
Ocha masih diam-diam memperhatikan pembicaraan mereka yang semakin seru. Ocha juga takut kalau dia akan di seret dalam masalah itu lagi, dia sudah lelah menghadapi sikap Kenzie yang seperti bunglon. Jangan ada lagi tambahan masalah untuknya. Dia hanya ingin hidup tenang dengan pekerjaannya.
Ocha juga tahu meskipun Kenzie selalu suka bertindak seenaknya tapi laki-laki itu juga baik dengan caranya sendiri. Terlihat normal padahal memiliki penyakit PTSD jika para penggemarnya tahu tentang itu apakah mereka masih akan tergila-gila? Ya, sebagian tentu saja akan tetap tergila-gila. Kenzie putra tunggal pemilik universitas ternama, siapa yang akan menolak. Tidak peduli memiliki penyakit yang penting hidup terjamin.
Ocha yang sedang melayani pembeli terkejut ketika melihat ke arah lapangan yang ramai. Ocha melihat Kenzie dan gadis yang bertengkar dengannya hingga menghentikan bus yang sedang berjalan di jalan raya. Ocha sedikit tertarik tapi dia tidak bisa mendekat. Hanya bisa melihat keramaian dan suara sayup-sayup.
"..Kenzie, pemburu gadis universitas Mandala untuk pertama kalinya berjuang dengan keras untuk mendapatkan gadis polos dengan status rendah. Sekarang ada banyak orang yang bertaruh apakah Casanova kampus akan jatuh ke tangan gadis itu atau tidak".
Ari yang terus mengekor di belakang Kenzie dengan bangga berkata "Kenzie, jangan biarkan semua orang ini menunggu, cepat umumkan hasilnya. Dan jangan lupa buktinya juga supaya mereka tidak menyebutmu bermain curang.."
Di saat semua orang sibuk dengan kata-kata mereka Kenzie hanya berdiri dengan gaya bosan dan menghela napas dari waktu ke waktu. Kenapa semua orang sangat sibuk mengurus urusannya. Jika dulu dia melakukan semua ini hanya untuk senang-senang saja tapi setelah bertemu Ocha dia merasa tingkahnya yang seperti itu terlalu kekanakan dan bodoh.
"Apa taruhannya? Ah, seperti ini saja siapa yang bertaruh sangat besar untukku maka aku akan mengikuti kemauannya.." kata Kenzie santai.
Tyas dengan senang hati menjawab "Aku! Jangan khawatir aku tidak akan membuatmu malu.. jika aku menghukum mu karena kalah.." senyum Tyas tersungging jahat di sudut bibirnya. Dia sudah menunggu lama untuk membalas dendam pada Kenzie yang telah mempermalukannya waktu itu. Kali ini gilirannya untuk membalikkan keadaan.
Tyas tersenyum jahat "Jangan gugup.. kau hanya perlu melakukan sedikit antraksi saja.." katanya sambil mengeluarkan lipstik dari dalam tas tangannya. Kau hanya perlu berdiri di sana dan pakai lipstik ini.."
Semua orang yang berkerumun berteriak histeris penuh minat tanda permainan mereka semakin menarik, sebagai penonton tentu mereka harus meramaikan supaya semakin panas. jarang melihat Kenzie berada dalam keadaan terendah seperti itu. "Apa kau ingat?" tanya Tyas "Kau membelinya untukku!"
Kenzie menarik napas dalam-dalam masih dengan wajah tenang "Kau sangat ingin mempermalukan ku?"
Tyas mengangguk dengan tatapan polos "Benar! Saat aku mendapat kesempatan maka aku tidak akan melewatkannya sedikit pun!"
Kenzie tersenyum tapi tidak mencapai matanya "Ternyata pembalasan cewek seperti ini!".
Tyas berkacak pinggang menantang Kenzie "Di kantor polisi waktu itu aku sudah mengatakan nya, aku akan membalas kembali perbuatanmu!"
Kenzie menghela napas masih dengan wajah tenang seolah yang sedang menjadi tontonan bukanlah dirinya "Ari? Apa kau ingat taruhan untuk mendapatkan ciuman Tyas? Berapa lama waktu yang aku butuh kan saat itu?" katanya dengan nada bosan memuakkan.
Tyas yang mendengar itu di ungkit lagi ekspresi wajahnya langsung berubah masam.
Ari tersenyum nakal berlagak akan berbisik nyatanya suaranya bisa di dengar oleh semua orang yang berkumpul di sana "Sepuluh jam empat puluh menit."