Setelah mendengar itu semua mulut ternganga kaget mata, tidak akan menyangka waktua yang di perlukan sangat singkat untuk mendapatkan ciuman Tyas. Setelah jeda diam sejenak akhirnya tempat itu kembali ramai oleh suara tawa. Wajah Tyas sangat tidak sedap di pandang, bukankah dia ingin mempermalukan Kenzie kenapa laki-laki ini selalu menemukan cara untuk mempermalukan nya balik. Tyas menggigit bibirnya menahan marah.
"Jika aku masih gagal untuk mendapatkan ciuman gadis kantin yang polos itu. Tandanya dia lebih menarik dari Tyas.. aku kalah tanpa penyesalan." Kenzie mengakui tanpa beban.
Tyas mengerut bibirnya ingin memberikan sumpah serapah pada Kenzie. Di pinggir lapangan Ocha menonton dalam diam saat itu dia mendengar Kenzie berteriak mengumumkan hasil taruhan mereka dan bersedia menerima hukuman dari Tyas yang telah memasang taruhan paling tinggi.
"Teman-teman. Aku ingin mengumumkan hasilnya." Mata Kenzie menatap lurus pada Ocha yang berdiri di bawah pohon di pinggir lapangan, Kenzie melanjutkan "Aku! Kenzie sudah berjanji dalam dua puluh empat jam akan mendapatkan fotoku berciuman dengan gadis kantin itu."
Suara semakin riuh dan tidak sabar ingin melihatnya. Tyas juga sama ingin mendengar hasilnya. Karena sebagai seorang putri direktur dia tidak ingin di permalukan terus-menerus oleh Kenzie.
"Hasilnya adalah." Kenzie terus menatap Ocha yang menolak untuk menatapnya, bibir Kenzie terangkat membentuk senyum halus, dan tulus pertamanya. Dengan santai berkata "Aku kalah! Gadis polos itu Ocha Hezan, aku tidak mendapatkan dia. Dia benar-benar gadis baik-baik, jadi aku tidak bisa mendapatkan fotonya" Kenzie menghela napas, membuat raut wajah sedih "Hah! Aku akan menerima kekalahan ku dan hukumanku."
Kembali seruan tidak percaya menggema, termasuk Tyas yang tidak terima dengan hasilnya. Itu artinya dia lebih mudah dari pada gadis miskin itu. Itu artinya harga dirinya jauh di bawah gadis miskin itu. Tyas menahan emosinya bibirnya terkatup rapat matanya menatap tajam pada Kenzie, seakan ingin menelan laki-laki itu hidup-hidup.
Di tepi lapangan Ocha yang mendengar itu juga terkejut. Menatap Kenzie tidak percaya bukankah dia mendapatkan fotonya kenapa dia tidak mengatakan yang sebenarnya dan memilih untuk di permalukan di depan umum. Ocha masih menatap Kenzie tidak percaya namun laki-laki dengan senyum menyebalkan itu menatapnya dengan tatapan cerah tanda semua yang menimpanya bukanlah sesuatu yang memalukan.
Jantung Ocha berdegup kencang, kenapa Kenzie selalu bisa membuat detak jantungnya seperti ini."
Ocha kembali terbayang pada saat mereka di gudang, Kenzie terlihat sangat marah karena dia sudah menyentuh piano berharga miliknya, piano yang memiliki kenangan bersama ayahnya. Kenzie bahkan mempermalukannya dengan mengatakan. Jika sudah berciuman bukankah langkah selanjutnya tidur berdua. Saat itu Ocha benar-benar marah. Sebelumnya bibinya mengatakan hal seperti itu kemudian Kenzie. Laki-laki itu bahkan memintanya untuk melepas bajunya kalau tidak dia akan mengusirnya dari kantin tempat mereka berjualan dan membiarkan orang baru yang menempatinya.
Saat itu pikiran Ocha benar-benar kosong dengan tangan bergetar dan mata yang berkaca-kaca bibirnya berkata pelan "Kalian sama saja.."
Setelah mendengar itu Kenzie berubah pikiran dan terdengar marah, menghentikan gerakan tangan Ocha yang akan membuka bajunya, tepat saat itu air mata jatuh di punggung tangan Kenzie.
Dan entah kenapa setelah itu Kenzie berubah menjadi seperti orang lain, bicara dengan lembut padanya bahkan bertanya banyak hal dan Ocha sendiri juga tanpa sadar bercerita kalau di rumah dia tidak tenang karena keberadaan pamannya, yang akan mencuri mengintip ke arahnya apa lagi saat dia sedang mandi. Mendengar itu emosi Kenzie mengepul di ubun-ubun ingin menghajar paman Ocha saat itu, tapi dia menghalangi nya, terlalu banyak masalah Ocha tidak ingin menambah masalah lagi pula dia bisa menjaga dirinya. Tapi laki-laki itu dengan ngotot 'mengatakan kalau dia akan menjaganya.
Ocha menatap ke lapangan, melihat Kenzie yang berdiri di tengah lapangan dengan bibir di lipstik merah menyala. Matanya hanya tertuju pada Ocha membuat jantungnya semakin berdetak kencang. Ocha tidak tahu apakah Kenzie menepati kata-kata nya waktu itu. Padahal dia berpikir itu hanya sekedar kata saja untuk menenangkan nya. Atau apakah Kenzie benar-benar menyukainya, mungkinkah ini permainan lain lagi? Ocha merasa ragu dan serba salah menghadapi sikap Kenzie yang seperti ini.
Beberapa orang mulai berbisik-bisik "Kenzie.. ini tidak mungkin kan? Kamu selalu tidak terkalahkan, kali ini kau kalah. Apakah karena gadis ini sangat sulit di taklukkan?" tanya Ari sambil melipat tangannya di dada. "Atau karena kau tidak berani mendekati nya! Ayo sebutkan siapa targetmu selanjutnya!" sepertinya Ari masih tidak menyerah dan ingin melakukan banyak taruhan lagi.
Kenzie yang sudah bosan mendengar celotehan Ari mulai muak, dia pun berteriak "Tidak ada yang lain! Aku sudah bosan dengan permainan ini!" katanya datar, sadar akan sikapnya di luar kebiasaan nya Kenzie kembali berubah seperti biasanya dengan gaya sombong, wajah bosan dan angkuh miliknya "Aku, untuk pertama kalinya bertemu dengan seseorang yang sangat tulus dan bisa menangis." Suara Kenzie mengecil di bagian akhir. "Ocha Hezan! Adalah target terakhirku!"
Tyas yang mendengar itu menganga tidak percaya, dia benar-benar marah sekarang, dia cantik, modis, kaya, memiliki banyak teman dan bisa melakukan apa pun. Tapi dia di kalah kan oleh gadis miskin yang bekerja di kantin universitas? Tyas semakin marah ketika Kenzie meminta Ari memasang kan lipstik di bibirnya. Tidak cukup sampai di sana mungkin karena terlalu marah Tyas menambahkan hukumannya meminta Kenzie memakai sepatu high heel dan berjalan layaknya model tiga kali bolak-balik di lapangan.
Kenzie yang mendengar itu menerima dengan lapang hati, membuat emosi Tyas semakin tidak tertahankan. Dalam Kepalanya dia yakin kalau Kenzie benar-benar menyukai gadis miskin itu oleh karena itulah dia tidak melakukannya. Tyas menatap tajam ke arah Ocha, jika tatapan bisa membunuh seperti pisau tajam mungkin Ocha sudah terkapar dengan ribuan pisau yang menancap di tubuhnya.
Melihat Kenzie yang berani menerima hukumannya, orang-orang yang awalnya menertawakan nya beralih memberinya semangat. Terutama Ari bertepuk tangan paling keras. A Ocha di tepi lapangan hanya berdiri kaku menatap semua itu. Rasanya seperti mimpi.
Mimpi indah yang akan membuat dunia nyatanya menjadi jungkir balik.
***
Di sisi lain seorang gadis cantik sedang berjalan-jalan bersama ibu Kenzie sambil membahas sebuah penelitian. Gadis itu berhenti dan menatap ke arah lapangan. Wajah cantik dan lembutnya tersenyum lebar sambil bertanya "Apakah ada perlombaan?"
Ibu Kenzie hanya diam menatap ke lapangan dia tahu kalau putranya selalu membuat masakan di kampus. Gadis itu semakin tertarik dan pergi ke arah lapangan untuk melihat lebih jelas. Jas putih selutut nya terkembang ketika tertiup angin saat dia mempercepat langkahnya.