Ocha masih dengan wajah merengut tidak rela rasanya berdiri di dekat Kenzie, bahkan menghirup udara yang sama dengannya saja sudah membuat Ocha kesal. Lihatlah apa yang keluar dari mulutnya. Bukankah dia bertanya apa yang ingin mereka pesan tapi laki-laki menyebalkan itu malah bertanya apakah dia memiliki waktu besok? Sialan.
".. Apa kau punya waktu kosong besok?"
Ocha menatap Ari yang melipat tangan dan meletakkan dagunya di atas meja, sedangkan Arya bertopang dagu sambil menatap Kenzie dan Ocha bergantian seolah mereka berdua adalah tontonan yang menarik.
"Apa yang ingin kau pesan?" tanya Ocha tapi kedua laki-laki itu diam saja. Kenzie tersenyum lebar.
"Mereka tidak akan menjawab sebelum kau menjawab pertanyaan ku." Kata Kenzie masih dengan nada menyebalkan.
Ocha melotot marah tapi dia tidak bisa melampiaskannya begitu saja, Kenzie adalah pemilik tempat dia tinggal jika bibinya di usir karena ulahnya maka itu sangat tidak adil rasanya.
"Sepertinya kau tidak terlalu pandai dalam menggunakan bahasa Inggris, tetapi kenapa masih memaksa untuk menulis setiap katanya menggunakan bahasa Inggris.?" Kenzie tersenyum mengejek.
Mendengar itu Ocha langsung menatap Kenzie "Apakah buku ku ada padamu! Kembalikan!"
Kenzie menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi menatap meja dan tertawa seolah ada yang lucu "Aku sudah membaca semua isinya. Sepertinya kau sangat berterima kasih pada orang yang bernama Andika itu, karena telah banyak membantumu. Apakah dia orang yang kau sukai? Dia bahkan berani meminjamkan buku milik universitas pada orang luar sepertimu." Sudut bibir Kenzie terangkat "Sepertinya aku harus bicara dengan pemilik kampus untuk mengeluarkannya dari universitas."
Ocha merasa sangat kesal karena Kenzie menggunakan Andika untuk mengancamnya "Apa yang kau inginkan dariku"
Kenzie menatap Ocha sejenak "Sudah aku bilang! Tunggu aku besok di sini! Dan jangan sampai terlambat!"
Setelah mengatakan itu Kenzie dan teman-temannya pun pergi, Ocha menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkan perlahan-lahan untuk meredakan kemarahannya. Dia benar-benar benci dengan laki-laki seperti Kenzie. Yang suka menindas orang, suka mengancam orang.
Tanpa mereka sadari ada orang lain yang menguping pembicaraan mereka.
***
Ketika tiga orang laki-laki tampan itu berada di luar kantin mereka saling tos.
Ari tertawa "Bagaimana? Apakah itu berhasil?"
Kenzie memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana menatap lurus " Besok! Aku akan mendapatkan ciuman pertama darinya.."
Mendengar itu Ari dan Arya tertawa terbahak-bahak. Sambil mengacungkan jempolnya pada Kenzie. Tiga orang itu selalu membuat masalah. Tanpa ada yang berani untuk menegurnya. Kenzie terlalu berkuasa dia anak tunggal dari pemilik universitas. Memiliki orang tua tunggal tapi sayang hubungan mereka sepertinya tidak baik.
Mereka bertiga pun pergi meninggalkan kantin menunggu besok hasil akhir dari taruhan mereka siapa yang akan menang.
***
Ke esokkan sorenya. Kenzie seperti biasa apa pun yang di kenakannya selalu membuatnya tampan sempurna. Di sisi lain Ocha berdiri menunggunya dengan pakaian yang sangat sederhana. Sweater putih dan baju kaos longgar bagian dalam dan tidak lupa tas selempang miliknya.
Kenzie menghampiri Ocha dengan senyum lebar penuh kemenangan, berbanding terbalik dengan wajah datar serta kesal milik Ocha.
"Kenapa kau berdiri di sana? Apakah ingin mengajak ku pergi berkencan? Ini masih terlalu awal tapi kau sudah di sini.."
Ocha menatap Kenzie gugup, meskipun dia tidak menyukai Kenzie tetap saja ketampanan pria itu selalu membuatnya gugup.
"Jika pergi dengan mu bisa mengembalikan buku ku, kenapa tidak bisa ku lakukan! Jadi ayo kita pergi sekarang!" jawab Ocha ketus.
Kenzie terdiam dalam hati dia semakin menetapkan nama Ocha di dalam hatinya. Gadis cantik itu benar-benar berhati dingin dan melindungi hatinya dengan lapisan baja paling keras, terlihat mudah tapi nyatanya sangat sulit di tembus. Tapi bukan Kenzie namanya jika tidak bisa menaklukkan gadis berhati dingin itu.
Semakin sulit maka semakin tertantang jadinya. Kenzie mendengus "Jadi pada akhirnya kau hanya peduli pada Andika!"
Kening Ocha berkerut tidak senang, dia mulai mengerti karakter Kenzie sedikit. Jika hatinya tidak senang maka akan banyak orang yang akan menderita. Tapi jika hatinya senang maka akan sebaliknya. Ocha merasa sedikit gugup jika Kenzie berubah pikiran dan melakukan hal yang akan merugikan Andika. Karena laki-laki itu tidak bersalah.
"Kau sudah berjanji padaku! Lagi pula Andika hanya ingin membantuku. Jika ada masalah kau hanya perlu menemuiku! Jangan libatkan orang lain!" gerutu Ocha.
Kenzie merasa darahnya menggelegak menahan marah, kenapa gadis cantik, tapi berpenampilan sederhana yang berdiri di hadapannya ini selalu menguji batas kesabarannya.
"Kau pergi berkencan denganku tapi sejak tadi yang keluar dari mulutmu hanya nama laki-laki lain. Kemampuan merayumu sangat luar biasa." Kenzie selalu bisa mengeluarkan kata-kata pedas penuh racun yang akan membuat lawan bicaranya mungkin akan menangis karena kesal.
Ocha menggeleng kan kepala menatap tidak percaya pada Kenzie sambi menggerutu "Kenapa ada orang yang sangat menyebalkan seperti ini?! Memutar balikkan fakta. Bukankah kau yang duluan mengungkit nama Andika sebelumnya! Kenapa kau menyalahkan aku sekarang!" Ocha melotot pada Kenzie.
Kenzie menatap Ocha datar tapi ada banyak akal dalam kepalanya, berjalan mendekati Ocha menatap gadis itu dari atas ke bawa dengan tatapan tidak sopan. Ocha sedikit mundur menjauh dari Kenzie. Tapi laki-laki itu dengan sengaja mengelilinginya sambil terus memperhatikannya.
Ocha ingin menjauh tapi Kenzie mendorongnya untuk masuk ke dalam sedan putih miliknya.
"Apa lagi yang akan kau lakukan!" tanya Ocha waspada.
Kenzie tersenyum tipis melihat sikap waspada Ocha. Jarang ada gadis yang bertingkah seperti itu di hadapannya. Kenzie membuka pintu mobil dan meminta Ocha untuk masuk ke dalam mobil sambil memberi komentar pedasnya pada pakaian sederhana Ocha.
"Kau pasti tidur sambil berjalan, kenapa masih menggunakan piyama?"
Ocha terkejut lalu menatap penampilannya sendiri. Jelas itu bukan piyama, di mana mata laki-laki ini melihat! Dasar buta. Jelas ini adalah pakaian terbaiknya. Benar-benar beracun!
Kenzie mendesak dengan wajah mulai bosan "Masuk ke dalam mobil jika kau masih ingin buku mu kembali! Lalu mari kita lihat seberapa mampu kau bisa membuatku bahagia hari ini."
Pertahanan Ocha perlahan roboh, gadis itu masuk ke dalam mobil. Ternyata Kenzie membawanya ke sebuah lapangan basket. Lapangan itu berada dalam ruangan, di luar cuaca dingin hujan turun sangat lebat, di tambah di dalam ruangan itu AC menyala membuatnya semakin dingin. Di sana, di lapangan itu sudah ada beberapa orang yang menunggu. Kenzie langsung berganti pakaian dan Ocha duduk di tribun sebagai penonton. Mereka bertanding sangat serius. Di tribun Ocha memeluk tubuhnya sendiri karena dingin. Kenzie bahkan tidak sadar kalau gadis yang di bawanya sedang kedinginan. Sekali lihat Ocha tahu kalau Kenzie sangat pandai bermain basket lihat saja ketika dia memasukkan bola ke dalam ring dengan mudahnya.
Kenzie berhenti sejenak dan menatap ke arah tribun melihat Ocha yang sepertinya menggigil kedinginan. Tapi Kenzie tidak berhenti bermain, terus mencetak angka. Sampai akhirnya dia terjatuh. Permainan tiba-tiba berhenti. Kenzie akhirnya meminta untuk istirahat dan menghampiri Ocha sambil membawa. Segelas susu panas dan jaket miliknya lalu di sampirkan di bahu Ocha.
Diam-diam Ocha merasakan meskipun mulut Kenzie kasar dan beracun tapi terkadang tindakan laki-laki itu lebih lembut dari lidahnya yang selalu berkata kasar dan sombong.