Chapter 8 - acht

"Benar, aku tahu kau hanya membantu mengemudinya, kau hanya tertipu oleh bajingan itu."Tunjuk salah satu ibu-ibu dengan nada marah pada Kenzie. Kemudian dia beralih pada polisi yang berdiri di dekat meja "Benar! Pak polisi biar ku beri tahu, nona ini sangat baik. Kau harus membiarkannya pergi. Dia." Tunjuk ibu-ibu itu lagi pada Kenzie "Dia yang menipunya untuk memindahkan mobilnya kamu semua melihatnya.. bukan nona ini. Bajingan ini yang harusnya di periksa. Anak nakal ini yang salah. Kau harus menahannya.

Ocha yang mendengar pembelaan ibu-ibu itu mengangguk setuju tidak lupa dengan wajah lugunya untuk mendukung kata-kata ibu-ibu itu, polisi yang mendengar pun juga mengangguk-angguk dengan ekspresi serius, sedangkan Kenzie sepertinya sudah gatal ingin berteriak dia berdiri dengan galak di belakang ibu-ibu itu dan berteriak membuat ibu-ibu yang tadi bicara tanpa henti terkejut dan langsung menghentikan kalimatnya menoleh pada Kenzie.

"Perempuan tua! Ini bukan urusanmu.!" Kenzie pun menoleh pada Ocha yang sedang di rangkul oleh ibu yang satunya lagi kemudian Kenzie melanjutkan "Jika kalian terus bicara aku tidak akan membiarkan kalian." Ancamnya dengan nada ketus.

"Hei! Meskipun kau punya penasihat hukum tapi mengancam saksi mata akan menambah kesalahanmu.." Kata pak polisi mengingatkan Kenzie yang emosinya meledak-ledak.

Pengacara kusuma yang duduk di kursi dan hanya menonton sejak tadi tersenyum tipis sedangkan ibu-ibu yang berdiri di hadapan Kenzie menunjuk tepat di depan wajah Kenzie dengan wajah puas karena polisi juga membelanya. Kenzie semakin kesal. Polisi pun berbalik pada Ocha dengan senyum ramah.

"Nona, karena banyak orang yang bersaksi untukmu, kau tidak perlu melakukan apa pun untuk mobil tuan ini.. kau bisa pergi sekarang.. kau bahkan bisa menuntutnya karena untuk pemfitnahan.." kata polisi itu lagi ramah bahkan memberi saran untuk Ocha membalasnya.

Ocha mengangguk dan tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya "Tidak perlu.. aku hanya ingin pergi.."

"Jika kau hanya ingin pergi juga tidak apa-apa. Tapi untuk seorang laki-laki yang menghabiskan aset Negara perlu di beri pelajaran." Lanjut polisi itu lagi.

"Ya! Dia perlu di beri pelajaran."

Ibu-ibu yang mendengar itu juga sangat mendukung kata-kata pak polisi membuat wajah Kenzie semakin galak, keningnya berkerut membuat alisnya menyatu, bibirnya mendesis kesal. Ocha terlihat berpikir, terdiam sejenak kemudian berkata.

"Benar, hukuman yang paling pantas untuk seseorang yang se egois dia adalah harus menjalani pelayanan publik." Ujar Ocha tersenyum sinis menatap Kenzie yang sepertinya siap akan meledak kapan saja, di tambah dua ibu-ibu yang sangat mendukung kalau Kenzie harus di beri hukuman semakin membuat laki-laki itu emosi.

Kenzie menatap tajam Ocha dan berjalan ke arahnya namun di hentikan oleh pak polisi tapi Kenzie menepisnya dengan kasar, dua ibu-ibu di samping Ocha juga ingin melindungi gadis itu namun bisa Kenzie lewati begitu saja, sedangkan Ocha melangkah mundur menghindar dari Kenzie. Setelah berdiri di depan Ocha Kenzie mendengus dengan wajah menantang.

"Apa-apaan ini, apa kalian sedang melakukan pengadilan sekarang?" Ocha mencibir pada Kenzie. Laki-laki yang sudah di telan perasaan kesal berteriak pada pengacara kusuma "Hei! Apa kau tuli, sampah apa yang sedang mereka bicarakan!"

Pengacara yang masih duduk di kursi menoleh pada Kenzie "Dengan begitu banyaknya saksi, ku pikir kau hanya perlu menerimanya." Ujar pengacara Kusuma dengan senyum kecil.

Kenzie yang mendengar itu melotot tidak terima hingga membuatnya tidak bisa berkata apa-apa. Dia pun menoleh pada Ocha yang balik menantangnya dengan senyum kemenangan. Tanpa pilihan Kenzie akhirnya menerima kekalahannya. Dan menjalani hukuman publiknya menjadi pengatur lalu lintas.

****

Di persimpangan bundaran Kenzie berdiri di tengah-tengah jalan mengatur lalu lintas, namun tidka menyadari seorang gadis cantik memakai Honda matik di lampu merah mengenali wajah tampannya, gadis itu pun langsung menelepon temannya siap bergosip dengan topik utama yang sangat panas.

"Hei, ini aku. Kau tahu siapa yang mengontrol lalu lintas? Itu Kenzie dari jurusan hukum, aku akan memotretnya untukmu." Gadis itu pun mengarahkan kamera ponselnya pada Kenzie yang terlihat sangat bosan dan mengantuk. Ketika Kenzie menoleh ke arah lampu merah dia melihat gadis itu sedang mengarahkan kamera padanya dia pun melotot kaget dan berteriak marah.

"Hei! Foto apa yang sedang kau ambil! Siapa yang mengizinkan mu?! Kau dari jurusan apa? Berikan kartu memorinya!" kata Kenzie ketus sambil menghampiri gadis itu, namun gadis it uterus menekan tombol pada kameranya dan mengambil banyak foto Kenzie di ponselnya. Kenzie pun merebut ponsel itu dan ingin menghapusnya namun seseorang tiba-tiba mengambil ponsel tersebut dan meminta Kenzie kembali ke tempatnya untuk mengatur lalu lintas. Kenzie ingin menolak karena dia ingin menghapus foto itu terlebih dahulu tapi orang yang ternyata adalah pengawas itu mengusirnya untuk kembali ke tempatnya lagi. Kenzie menarik napas dalam-dalam lalu melotot pada gadis yang duduk di atas Honda sambil menunjuknya "Ini belum selesai." Katanya lalu berjalan kembali ke tempatnya berdiri sebelumnya untuk mengatur lalu lintas.

Ketika dia berdiri di tempatnya sebuah bus melewatinya dan melihat isi bus itu adalah dua ibu-ibu yang berperang mulut dengannya sebelumnya di kantor polisi. Kenzie menatap tidak percaya "Orang itu lagi.." Kenzie menggertakkan giginya sambil berteriak "Wanita tua! Aku akan mengingatmu!"

****

Di tempat lain Ocha sedang menelepon bibinya dia baru saja mengatakan sesuatu dan suara bibinya seakan langsung menembus gendang telinganya, membuatnya segera menjauhkan gagang telepon dari telinganya.

"Apa? Tidak lagi? Apa yang kau maksud bahkan kau tidak memilikinya lagi? Apakah ikan memiliki kaki dan melarikan dirinya sendiri? Aku katakan padamu lagi, hari ini adalah hari yang sangat penting "

Ocha menghela napas mendengarkan teriakan bibinya, dulu bibinya sangat lembut dan perhatian padanya sekarang bibinya terlihat sangat berbeda dan selalu bicara kasar padanya. "Jangan marah, aku akan memikirkan untuk mendapatkan ikan untukmu.."

"PERGILAH!!!"

Ocha menjauhkan telepon dari telinganya. Kemudian panggilan itu terputus. Ocha semakin lesu ke mana dia akan mendapatkan ikan itu lagi. Karena ikan yang sudah dia perjuangkan selama perjalanan telah di buang ke dalam tong sampah oleh laki-laki sombong itu. Ocha menghela napas berat. Tidak tahu ke mana kakinya akan pergi.

****

Di sebuah dapur kantin terlihat seorang perempuan berambut pendek sedang mengangkat sebuah panci panas dari atas kompor dan meletakkannya di atas meja. Perempuan itu adalah bibinya. Dan suami barunya bernama Johan, laki-laki mesum yang tidak pernah Ocha suka. Tapi akan selalu bertingkah baik jika di hadapan bibinya. Ocha selalu melihat kalau Johan bukanlah orang baik, meskipun laki-laki itu memberinya dan bibinya Tempat tinggal, tapi tatapan Johan padanya terlihat sangat aneh.