Chereads / Ending. Jodoh tidak menunggu / Chapter 20 - zwanzig

Chapter 20 - zwanzig

Di lapangan Kenzie yang sedang menjalani hukuman mulai merasakan sakit kepala, pandangannya juga berkunang-kunang serta buram, keringat dingin membasahi keningnya, Kenzie tidak ingin menyerah meskipun kakinya sakit karena memakai sepatu high heels. Kenzie sendiri juga bingung kenapa dia harus menyiksa diri dan mempermalukan dirinya sendiri seperti ini jika hasilnya jelas sudah dia dapatkan. Tapi entah kenapa melihat air mata Ocha waktu itu membuatnya merasakan sesuatu yang aneh di hatinya. Sejak saat itu dia memutuskan untuk melindungi Ocha apa pun rintangan nya. Kenzie menatap penonton yang bertepuk tangan dengan riang di pinggir lapangan dengan tatapan buram, dia tidak bisa melihat lagi dengan jelas, napasnya juga terasa berat. Kenzie sesekali menatap ke arah pinggir lapangan yang sedikit tersembunyi. Di sana Ocha juga sedang melihatnya. Tatapan gadis itu terlihat khawatir apakah dia menghawatirkan aku? Bathin Kenzie. Tapi sialnya pandangannya semakin buram.

Kenzie masih terus berusaha menahan namun pada akhirnya dia ambruk di lapangan. Seorang gadis berpakaian serba putih datang menghampiri nya, gadis itu juga muncul saat dia bermain basket sebelumnya. Bahkan datang mengacaukan permainan mereka begitu saja. Kenapa dia di sini lagi. Kenzie berusaha menahan kesadaran nya untuk tetap utuh. Ari dan Arya yang ikut berlari di.belakangnya segera menghampiri.

"Kenzie! Kau kenapa?"

"Kenzie kau baik-baik saja!"

Ggadis yang memakai pakaian serba putih datang lebih dekat dan menggenggam tangan Kenzie bahkan membantunya untuk duduk. "Kau baik-baik saja.." Kenzie menatapnya sejenak, lalu menoleh ke arah pinggir lapangan tempat Ocha berdiri sebelumnya tapi gadis itu sudah tidak ada lagi di sana, Kenzie merasa sedikit kecewa dalam hayi, kemudian pandangannya beralih pada gadis yang masih memegang tangannya.

"Kenapa kau lagi!" tanya Kenzie ketus dan melepaskan pegangan tangan itu dengan cepat, bahkan dia terlihat gelisah takut Ocha akan melihatnya, tapi terlambat Ocha memang sudah melihatnya karena itulah gadis itu pergi.

Namun gadis berpakaian serba putih itu tidak menghiraukan nada ketus Kenzie "Kau harus ke ruang kesehatan bersamaku! Untuk melihat apakah ada luka lain atau tidak!"

Kenzie masih berusaha mengatur napasnya menatap gadis berpakaian serba putih itu, rambut panjangnya terurai lurus hitam berkilau, kulitnya putih, hidung kecil mancung dan bibir merah alami. Sekali pandang, dia jelas gadis yang cantik tapi Kenzie tidak tertarik.

Gadis itu tersenyum membuat nya terlihat semakin cantik, karakter gadis berpendidikan dan latar keluarga terpandang terlihat jelas di setiap gerakan dan ucapannya "Oh,ya. Perkenalkan. Aku murid pindahan, biasa di panggil Lara." Kenzie menatap gadis bernama Lara yang baru saja mengenalkan dirinya. Kenzie masih berusaha mengatur napasnya, kepalanya benar-benar sakit sebelumnya tapi sekarang masih bisa ia tahan. Tepat saat itu ibu Kenzie datang dengan wajah datar dan dingin ciri khas sehari-hari nya, sangat sulit melihatnya untuk tersenyum dengan tulus. Orang-orang yang tadi berkerumun segera membubarkan diri meninggalkan Kenzie yang masih duduk di tanah dan Lara yang menatapnya penuh rasa tertarik. Ari dan Arya berdiri seperti patung di belakang Kenzie tidak berani membuat gerakan apa pun takut ketua pemilik kampus akan mengatakan sesuatu yang menakutkan.

"Nak Lara.. maaf.. ini adalah putraku Kenzie.." kata ibu Kenzie mengenalkan pada gadis yang masih duduk di hadapan Kenzie.

Gadis itu menunduk menatap wajah Kenzie sambil bergumam "Kenzie...?" Gadis itu langsung tersenyum lebar mengabaikan ekspresi tidak suka di wajah Kenzie. Lara gadis cantik, calon dokter dia juga baik seta ceria. "Hei, teman baru.. kenapa setiap kali kita bertemu, kau selalu meninggalkan kesal yang mendalam padaku.?" Lara semakin tertarik pada Kenzie di kampus sebelumnya banyak laki-laki yang menyukainya, karena latar belakang dan parasnya tapi Kenzie terlihat berbeda. Laki-laki itu masih cuek saja.

"Terserah.." kata Kenzie di sela napasnya yang masih tersengal-sengal. Mendengar jawaban Kenzie ibunya memutar mata bosan, anaknya selalu bertindak memalukan tidak bisa di harapkan.

Lapangan yang tadi ramai kini telah sepi, Kenzie juga sudah di bawa ke ruang kesehatan. Sedangkan Arya dan Ari mulai bergosip seperti biasa "Aku pikir nasib Kenzie sangat beruntung. Dia mendapatkan gadis cantik di saat seperti itu, ngomong-ngomong bukan kah dia putri tunggal direktur Robert."

Arya mengangguk "Benar aku dengar, dia datang bersama ketua hari ini..."

Ari tertawa pelan "Ku pikir, ketua akan menjodohkan mereka berdua kau tidak lihat, pandangan ketua pada gadis itu penuh dengan harapan yang tak dapat di lukiskan."

Arya juga tertawa tapa suara "Aku pikir juga begitu, ibu mana yang akan membiarkan anaknya berhubungan dengan gadis biasa seperti Ocha jika ada gadis yang lebih sempurna dengan latar belakang yang sempurna"

Ari "Mmm.. kau benar.. ayo cepat kita pergi ke kantin, perutku lapar.." Ari menyeret Arya menuju kantin.

Dua orang itu tidak menyadari kalau di sana juga ada Ocha dan mendengarkan semua perkataan mereka pandangan mata Ocha meredup, sejenak Ocha menatap ke arah lapangan yang tidak ada siapa pun di sana, tentu saja di cuaca panas terik siapa yang akan suka di sana. Setelah diam sejenak Ocha menghela napas berat. "Benar siapa yang akan membiarkan anaknya berhubungan dengan gadis miskin sepertinya" Gumam Ocha pelan ia pun pergi meninggalkan tempat itu dan berjalan ke kantin menolong bibinya.

Benar. Mencari uang adalah prioritas utamanya saat ini, dan setelah itu dia akan pindah hidup sendiri jauh lebih baik dari pada tinggal bersama paman yang mesum. Ia juga bisa menenangkan diri dari bibinya yang selalu mengomeli nya untuk mendapatkan kekasih yang kaya. Tidak peduli apa pun itu. Ocha tidak akan membiarkan dirinya di kendalikan oleh bibinya dan di lecehkan oleh pamannya. Sepanjang jalan Ocha masih mendengar bisik-bisik mahasiswa tentang aksi Kenzie di lapangan ada yang memujinya sebagai pria yang memiliki karakter dan bertanggung jawab, meskipun dia memiliki label playboy di kepalanya.

Tapi ketika melihat Kenzie memegang tangan gadis itu di lapangan tadi. Ocha tiba-tiba menghentikan langkahnya perasaannya kembali jelek. Kenapa ia begitu peduli dengan siapa Kenzie akan menjalin hubungan, kenapa ia harus merasa sakit melihat Kenzie bersama gadis lain memangnya siapa dirinya. Ocha kembali menghela napas berat berjalan ke salah satu bangku kayu di taman dekat lapangan. Jika perasaannya terus seperti ini ia tidak akan bisa bekerja dengan baik. Jika bibinya melihatnya seperti ini dia juga akan memarahinya karena tidak bekerja dengan baik, bahkan akan lebih marah lagi jika dia mendengar bisik-bisik mahasiswa yang sedang makan di kantin mereka. Bibinya pasti akan menyebutnya gadis bodoh lagi, dan mengungkit hal yang sama lagi. Kenapa ia tidak tidur saja bersama Kenzie untuk menjeratnya.

"Ada apa denganku? Kenapa aku terus memikirkannya?"