"Apa kau baik-baik saja"
Masih dengan gaya sombong dan sok kuatnya " Aku tidak lemah seperti mobilku.. sekali tabrak masih belum selesai sampai sekarang.."
Benar saja, tidak ada yang bisa mengalahkan lidah beracun dan pendendam seperti milik Kenzie, baru juga di puji kalau tindakannya lebih lembut. Kenyataannya masih mengungkit masa lalu, jika saja ini tidak demi buku yang masih di tahannya, mungkin sumpah serapah lebih cocok untuknya dari pada harus bicara dengan nada lembut. Menyebalkan sekali.
"Aku juga sudah berulang kali meminta maaf padamu, aku tidak sengaja merusaknya." Itu karena kau yang memberi petunjuknya salah. Sialan. Teriak Ocha dalam hati namun tidak bisa dia keluarkan, dia harus sabar. "Hari itu aku sedang terburu-buru. Lagi pula aku sudah memenuhi janjiku padamu, untuk berkencan dengan mu. Jadi kapan kau akan memberikan buku ku?"
Kenzie menatap lapangan basket, berkata dengan nada datar "Kesanku padamu sangat buruk kan?" Elise tidak mengerti kenapa Kenzie bicara seperti itu jadi dia memilih diam saja. Kenzie kembali berkata "Aku memintamu berkencan adalah untuk meminta maaf yang tulus. Atas buku mu, ikan mu, Waktu mu, Keluguanmu. Maafkan aku."
Ocha hampir tersedak susu panas yang di minumnya, apakah dia harus percaya pada laki-laki licik seperti Kenzie. Karena mulut manisnya akan selalu menemukan kata-kata yang baik untuk menipu orang sepertinya tapi tetap saja keluguan Ocha selalu membuat hatinya tersentuh setiap kali orang meminta maaf.
"Sebenarnya kau tidak perlu minta maaf, karena tidak ada alasan untuk meminta maaf. Sekali kau kehilangan artinya sudah hilang! Sekali kau terluka artinya terluka. Meminta maaf tidak akan mengulang waktu, juga kejadian yang sama tidak akan terjadi lagi. Tapi karena kau sudah meminta maaf, aku akan menerimanya. Karena dengan maafmu kau membuktikan, kalau kau bukanlah orang jahat."
Ocha tersenyum membuat senyuman itu menular pada Kenzie. Ocha berharap penilaiannya kali ini tidak salah untuk melabeli Kenzie bukan orang jahat. Ocha melihat kelapangan yang sudah kosong.
"Kemana semua orang?"
"Mungkin keluar, mencari makan. Lihat apa kau ingin mencoba bermain basket." Ajak Kenzie dengan tatapan sedikit jahat, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Tidak! Aku tidak bisa melakukan itu, tidak kah kau lihat kalau aku sangat pendek bagaimana aku bisa memasukkan bola ke dalam keranjang yang tergantung tinggi di sana." Tolak Ocha.
Tapi Kenzie bukanlah laki-laki yang dengan mudah akan menerima penalakan, karena dalam otaknya ada banyak cara untuk membuat Ocha turun ke lapangan bersamanya.
"Aku akan mengajarimu bagaimana caranya.."
Ocha tercengang "Kau akan mengajariku?"
"Mmm.."
Pada akhirnya Ocha turun juga ke lapangan memegang bola basket gugup. Gerakannya kaku membuat Kenzie yang melihatnya terkekeh.
"Ayo, Kau pasti bisa. Pantulkan bolanya angkat dengan sebelah tangan mu, seperti ini.. Lempar!"
Bola meleset bahkan tidak mencapai keranjang sedikit pun. Kenzie akhirnya benar-benar tertawa lepas. Ocha tidak terima di tertawakan tapi bagaimana dia bisa membalas laki-laki itu? Tubuhnya tinggi dan kuat. Kenzie akhirnya berhent tertawa.
" Ayo, kita ulangi lagi." Ajak Kenzie.
"Tidak mau! Sepertinya kau menggunakan cara ini untuk menindasku, apa kau masih dendam karena mobilmu belum selesai di perbaiki? Lihat kau juga mencuri kesempatan untuk memegang tangan ku! Dasar kuno."
Kenzie tertawa lagi, rasanya hari ini dia sangat sering tertawa, padahal gadis itu tidak melakukan apa-apa, selain mengomel padanya. "Aku tidak mencuri kesempatan tapi benar-benar ingin mengajarimu. Aku hanya tidak ingin kau terjatuh karena itulah aku memegang mu, bukankah aku sudah bilang akan menjagamu."
Pada akhirnya mereka hanya berebut bola, Ocha juga tanpa sadar telah melepaskan kewaspadaannya pada Kenzie. Berulang kali Kenzie membuat Ocha hampir terjatuh tapi secepat itu pula dia menangkap dan memeluknya. Mereka saling pandang dengan napas menderu, perlahan Kenzie mendekati wajah Ocha dan berbisik "Pejamkan mata mu.." Tapi Ocha tidak mengerti dan terlambat untuk mengerti karena Kenzie sudah menciumnya.
Kepala Ocha tiba-tiba terasa kosong, tapi tepat saat itu Ocha mendengar suara klik dari kamera, akhirnya bathin Ocha tersenyum sinis tapi membiarkan tindakan Kenzie yang mengambil foto berciuman mereka. Ocha juga ingin tahu sampai sejauh mana laki-laki itu akan bermain, meskipun Ocha harus mengobankan ciuman pertamanya pada laki-laki jahat ini.
Tiba-tiba seseorang datang mengamuk dan langsug memukul Kenzie. Ocha terkejut tapi setelah melihat siapa orangnya Ocha berusaha menghentikannya.
"Andika.. Hentikan.."
Andika melotot penuh kemarahan pada Kenzie napasnya memburu "Dasar bajingan!"
"Andika apa yang kau lakukan?" tanya Ocha. Yang masih terkejut dengan tindakan Andika yang muncul tiba-tiba.
Andika menunjuk Kenzie garang " Bajingan ini, menjadikan mu taruhan dengan teman-temannya. Bahwa dia akan mendapatkan mu-."
Kata-kata Andika segera di potong oleh Kenzie. Sekarang Ocha kembali melihat wajah menyebalkan itu lagi, dia hampir melupakannya.
"Ya, dengan bukti foto kita yang sedang berciuman."
Emosi Andika semakin memuncak "HAPUS!" teriak Andika berusaha merebut ponsel Kenzie. Ocha hanya bisa berdiri kaku, meskipun dia sudah bisa menebak kalau akhirnya akan seperti ini tapi tetap saja rasanya sakit. Ocha menarik napas lalu menghembuskannya perlahan.
"Andika.. Kau datang terlalu cepat." Akhirnya kedua laki-laki itu berhenti dan menatap Ocha penuh rasa ingin tahu " Kau tidak tahu, kalau aku juga bertaruh dengan mahasiswa lain? Kalau playboy ini dalam satu bulan akan datang dan mengencaniku dan dalam seminggu kami akan berciuman" Ocha menatap Kenzie datar " Kau terlalu meremehkan ku, apakah aku begitu terlihat mudah di bohongi di matamu? Bukankah kau sendiri yang bilang kalau aku sangat bagus dalam bersandiwara? Karena jika aku menang mereka akan berbelanja di kantin kami selama satu bulan."
Kenzie jelas tidak akan menyangka kalau keadaan akan berubah menjadi dirinya sebagai barang taruhan. "Apa yang kau katakana?" udara tiba-tiba terasa dingin, wajah Kenzie mengeras seketika. Dia tidak pernah di permainkan dan di permalukan seperti saat ini, dia adalah pemenang di setiap taruhan. " Jadi, karena uang kau membohongi diri sendiri, karena uang kau bertengkar setengah hari gara-gara ikan? Kau ketakutan karena buku. Ternyata kau sama saja dengan gadis lainnya hanya menyukai uang!" teriak Kenzie penuh kemarahan.
Ocha menatap Kenzie yang terbakar emosi dan menjawab dengan tenang "Ya, setidaknya aku menang, sedangkan kau kalah. Aku pikir kau juga tidak akan masalah, lagi pula kita hanya bermain. Dan tentang ciuman, itu hanya sebuah sentuhan bibir, tidak ada yang hilang. Karena permainannya sudah selesai tidak ada alasan untuk melanjutkan." Ocha pun berbalik pergi menarik tangan Andika menjauh dari Kenzie, dia tidak ingin emosi Kenzie meledak dan memukul Andika karena jelas ini adalah permainan mereka.