Chapter 11 - elf

Kenzie mengambil uang itu dan menghitungnya dengan wajah bosan, seakan itu hanyalah mainan kecil tidak berharga "Hah! Aku harusnya banyak bertaruh" ujarnya mengeluh "Tingkat kesulitannya seperti meminta uang kepada anak tiga tahun dan kecantikan fakultas ekonomi apa itu? Membuatku merasa aku tidak mendapatkan apa-apa" Arsen yang menatap temannya yang berpenampilan culun dengan kaca mata tebal, sebenarnya dia tampan jika saja kaca mata itu di lepas tapi karena ingin mencari kekasih yang benar-benar mau menerimanya apa adanya terpaksa berdandan seperti orang aneh, tapi tetap saja latar belakangnya yang terlahir menjadi anak orang kaya selalu membuatnya menemukan gadis yang hanya memanfaatkan isi kantongnya saja. "Aku sarankan saat kau dalam menjalani hubungan nanti dapatkah kau memilih seseorang yang lebih cantik? Jangan pernah berpikir memiliki hati mereka, kau mengerti."

Kenzie menatap temannya yang berdandan aneh itu entah dari mana dia mendapatkan ide seperti itu, pikirannya juga terlalu polos untuk seukuran laki-laki yang berparas tampan, mungkin karena didikan di rumah yang membuatnya seperti itu. Terlalu baik. Terlalu berpikir positif. Dan terlalu lembut. Kenzie harus melindungi temannya yang satu itu secara ekstra dari cakar gadis-gadis matre.

Kenzie kemudian meletakkan jam mahalnya di atas meja dan mengatakan pada salah satu temannya "Ini jual secara online. Ini untuk membayar hutangmu. Aku rasa itu akan cukup."

Temannya yang sedikit pendiam mengambil jam tangan mahal itu "Terima kasih senior!" Kenzie mengangguk, ternyata laki-laki pendiam itu adalah juniornya yang memiliki ekonomi terbatas. Dan kenzie selalu membantunya. Junior pendiam itu pun pergi meninggalkan tiga orang di sana.

Salah satu dari mereka berkata laki-laki itu berponi seperti artis k-pop bernama Ari."Aku berterima kasih untuk temanku yang bodoh ini, kenapa kita tidak bertaruh lagi? Ini yang terakhir.."

Laki-laki berkaca mata yang kerap di panggil Arya "Kita bahkan sudah dapat target?"

Ari yang memiliki kepribadian liar dan sombong seperti Kenzie kembali berulah "Tujuh besar gadis tercantik di kampus kita semua sudah takluk padamu. Kau mungkin sudah bosan tapi baru-baru ini kami mendapatkan seorang gadis baru. Gadis ini berbeda dari gadis-gadis lainnya, tidak ada satu pun lelaki di kampus yang bisa mendapatkan nomor ponselnya. Dia telah menyakiti banyak hati hingga bersedih sampai tidak terhitung bagaimana? kau tertarik? Aku akan mengirimkan infonya padamu. Mari kita buka topengnya bersama-sama."

Kenzie terdiam mendengarkan sebenarnya dia juga sudah lelah melakukan hal yang sama berulang-ulang tapi hanya itu yang bisa membuatnya merasa senang dan melupakan pertengkarannya dengan ibunya. Di sela musik keras menghentak dan pikiran Kenzie yang melayang-layang seseorang dengan kaca mata tebal dan memeluk buku tebal serta ransel yang terlihat sangat berat di punggungnya datang menghampiri Kenzie.

"Jika kau punya waktu membuat gadis-gadis sebagai taruhan, mengapa tidak menggunakan energimu untuk belajar?" dia adalah salah satu teman sekelas Kenzie yang bernama Eko kutu buku yang tidak pernah mau menerima kalah dan sedikit sombong serta sangat membenci Kenzie, tapi demi mendapatkan beasiswa dan menambah biaya hidup dia rela menurunkan harga dirinya menjual kertas jawaban pada Kenzie dan teman-temannya.

"Eko.." nada mengejek tak terelakkan dari mulut Kenzie "Seseorang yang mendapatkan beasiswa akan sering ke klub seperti ini?"

Eko meletakkan tiga buku tebal di atas meja yang setinggi dada "Untuk membiarkan kalian tetap berada di kampus ini tugas untuk besok, tiga tugas ini aku jamin dapat nilai B."

Ari berkata pada Eko " Hei.. kenapa tugas yang kau jual sangat mahal.. tapi Cuma dapat nila B." katanya dan merangkul bahu Eko seolah itu sudah biasa di lakukannya.

Eko tersenyum tipis tidak mau kalah, seperti penjual yang sedang menjajah dagangannya dia juga tidak mau menurunkan harga sedikit pun "Kalian bahkan tidak masuk kelas. Jika kalian dapat A profesor akan memiliki alasan untuk mencurigai kalian."

Kenzie sedang melihat kertas jawaban dengan wajah bosan "Tapi jika aku ingat, aku tidak minta nilai tugas dengan nilai B, aku ingin tugas yang bisa mengeluarkanku langsung dari kampus."

Eko terkejut "Maaf, aku hanya tidak memiliki kemampuan untuk membuat pekerjaan jelek seperti itu. Menulis tugas dengan nilai B sudah menjadi batasan ku. Itu adalah masalahmu jika kau tidak ingin lulus. Tapi aku sudah menyelesaikan pekerjaan ku. Untuk itu kau harus bayar.!"

"Ok..ok." jawab teman Kenzie seakan sudah melihat kemarahan di wajah Eko. Sambil merogoh saku celananya mengambil uang dan menyerahkannya pada Eko "Ini, kami tidak akan mencurigaimu."

Eko menerima uang itu dengan wajah dongkol, sedangkan teman Kenzie yang menyerahkan uang tadi menepuk bahu eko lembut tapi berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang mengejek. Namun lagi-lagi Eko harus menahan rasa kesal dan marahnya, setelah menerima uang itu dia pun berbalik pergi.

Kenzie yang melihat Eko pergi mendengus dingin "Tidak heran dia satu-satunya yang bisa mendapatkan beasiswa penuh, tidak ragu-ragu sama sekali untuk mengambil uang orang" Eko tidak mendengarkan dan dia hanya peduli pada uang di tangannya serta ingin cepat pergi dari klub yang hingar bingar dengan suara keras dan bau minuman keras yang menyengat itu. Eko tidak pernah mau memahami cara pikir anak-anak kaya yang memandang sebelah mata tentang pendidikan dan selalu suka bersenang-senang menghabiskan uang.

****

Tapi sepertinya itu hari sial untuk Eko karena dia terlalu asyik melihat uang di tangannya tanpa sengaja menabrak seorang. Orang itu tinggi, gaya berpakaian yang buruk dan terlihat seperti preman jalanan. Kenzie melihat itu dan Ari yang duduk di sampingnya berkata. "Itu Rio. Sepertinya dia ke sini untuk balas dendam karena saudara angkatnya Tyas. Di tambah lagi mereka kalah di pertandingan terakhir."

Kenzie hanya mendengarkan sambil terus minum di gelasnya bergaya seperti bos besar. Arya bertanya sepertinya dia tidak terlalu suka bicara, hanya akan bicara jika di perlukan saja "Apa yang harus kita lakukan? Lawan kita kuat sekali dan kita tidak." Katanya lagi sambil melihat Eko yang makin tersudut oleh kelompok Rio yang terus mendesaknya bertanya di mana Kenzie berada. Rio tidak tahu kalau orang yang di carinya ada di depannya duduk dengan santai menikmati segelas anggur dengan gaya bosan.

Kenzie "Sepertinya hari ini aka nada masalah."

Arya berkata lagi sedikit khawatir "Lima untuk tiga?" ya jumlah mereka hanya tiga orang sedangkan lawan mereka ada lima orang. Tapi Kenzie sepertinya tidak peduli dia mengambil kerupuk di dalam mangkok dan memasukkannya ke dalam mulut suara renyah terdengar jelas ketika dia mengunyahnya dengan nikmat.

Eko masih berusaha untuk menjelaskan dan menjauh secepatnya dari kelompok Rio tapi sepertinya laki-laki berwajah sangat itu tidak akan membiarkan Eko pergi dengan mudah. Karena bosan mendengar Eko bicara dia langsung memukulnya membuat laki-laki lemah berkaca mata itu tersungkur sambil memegang perutnya kesakitan. Kenzie melihat itu dan mulai tertarik seperti menemukan mainan baru.